Biarpun sudah beralasan kalau dia tidak pandai melukis, tapi Zhi Yi tetap memaksanya untuk melukis. Dia berusaha menjilat Zhi Yi dengan memuji-muji kecantikannya pun, tidak mempan.
Khawatir kalau Zhi Yi akan memusuhinya seperti di kehidupan sebelumnya, Xue Ning tiba-tiba punya ide bagus. Alih-alih melukis di kertas, Xue Ning justru mendudukkan Zhi Yi di bangkunya dan mulai melukis bunga kecil di pelipisnya Zhi Yi untuk menyamarkan bekas lukanya.
Dia meyakinkan Zhi Yi untuk tidak terlalu memedulikan bekas lukanya, apalagi di hadapan banyak orang, karena orang-orang akan menganggap itu sebagai kelemahan Zhi Yi dan akan menggunakan itu untuk menyakiti Zhi Yi.
Namun jika Zhi Yi tidak peduli, atau setidaknya, pura-pura tak peduli, maka orang-orang pun tidak akan bisa mengetahui kelemahannya, dan tidak akan bisa melukainya.
Seharusnya Zhi Yi bangga dengan bekas lukanya karena bekas luka itu kan bekas luka pada masa pemberontakan Raja Pingnan 20 tahun yang lalu. Pemberontak sudah dimusnahkan, sisa pendukungnya juga sudah kabur dan bersembunyi. Jadi bekas lukanya Zhi Yi itu adalah tanda kehormatan dinasti mereka.
Sungguh kata-kata yang bagus dan mengharukan, Zhi Yi suka sekali hingga dia langsung menatap Xue Ning dengan tatapan yang justru membuat Xue Ning tegang.
Soalnya Xue Ning ingat tatapan itu, itu tatapan yang sama persis saat Zhi Yi jatuh cinta padanya di kehidupan sebelumnya. Waduh! Padahal Xue Ning sudah tidak memakai samaran pria loh. (Jangan-jangan si tuan putri... jeruk makan jeruk?)
Cemas, Xue Ning langsung berlutut dengan heboh memohon maaf, bersikap seolah Zhi Yi tidak menyukainya karena dia sudah salah bicara tadi.
Zhi Yi jelas bingung dengan sikapnya, padahal dia bahkan tidak menyalahkannya dan justru sangat menyukainya. Untungnya Xue Shu dengan cepat menengahi situasi ini dengan mengajak Zhi Yi untuk pulang saja. Zhi Yi setuju, tapi berjanji akan datang lagi lain kali untuk menemui Xue Ning.
Hadeh! Xue Ning jadi menyesali ucapannya tadi, " mulutku ini, sungguh membuatku menderita."
Kebetulan, Xie Wei saat ini tengah berada di Restoran Chengxiao bersama seorang Pejabat Chen dari Departemen Hukum. Dia benar-benar khawatir dan tak tahu harus bagaimana menangani kasus pemberontak Raja Pingnan yang sekarang dialihkan ke Departemen Hukum.
Masalahnya Adipati Xue menangkap beberapa pasukan Keluarga Yan, itu kan sama saja menuduh Keluarga Yan bersekongkol. Pejabat Chen tidak tahu bagaimana harus menginterogasi mereka.
Kalau interogasinya berhasil, bukankah itu artinya dia menyinggung Keluarga Yan? Sebaliknya, jika interogasinya gagal, maka itu artinya dia menyinggung Keluarga Xue dan akan dituduh lalai menangani kasus.
Karena itulah dia membutuhkan bimbingan Xie Wei. Tapi sepertinya Xie Wei enggan membantunya, dan cuma meyakinkannya untuk tidak terlalu ambil pusing.
Tidak masalah biarpun interogasinya gagal menginterogasi pemberontak kan memang pada dasarnya tidak mudah. Kalaupun hasilnya gagal, mereka tinggal menyalahkan Zhang Zhe saja, biar dia yang menanggung hukumannya.
Tapi sebenarnya, dibalik sikap cueknya, Xie Wei sangat khawatir dengan nasib Keluarga Yan. Jelas ada yang menarget Keluarga Yan dan mau menuduh mereka bersekongkol dengan pemberontak, dan kemungkinan orang itu adalah Kaisar. (Hah? Kaisar memusuhi Keluarga Yan?)
Tiba-tiba pelayan restoran datang membawakan pesanan, tapi dia bukan pelayan, melainkan pembvnvh yang menyamar. Untungnya, Pengawalnya Xie Wei melihat b3latinya sehingga Xie Wei berhasil menghindar tepat waktu.
Xie Wei ternyata benar-benar menyayangi Guqin-nya. Bahkan dalam situasi genting seperti ini, dia masih berusaha melindungi Guqin-nya. Saat si pembvnvh secara tak sengaja memutus senar Guqin-nya, itu sontak membuat Xie Wei jadi marah.
Kebetulan saat itu, Xue Ning baru tiba di restoran untuk menemui Yan Lin. Tapi bukannya bertemu Yan Lin, dia malah jadi terlibat dalam pertarungan itu, dan akhirnya malah disandera si pembvnvh. Xue Ning jelas kaget melihat Xie Wei di sana, dan langsung sadar kalau si penyanderanya ini adalah musuhnya Xie Wei. Bahaya! Dia tidak boleh sampai terlibat.
Makanya saat si penyandera bertanya-tanya apakah Xue Ning mengenal Xie Wei, Xue Ning berbohong menyangkal dan mencoba membujuk dan menawarkan berapa pun yang si penyandera mau asalkan dia dilepaskan.
Tapi Xie Wei dengan santainya mengakui bahwa mereka berdua memang saling mengenal, malah Xue Ning adalah penyelamatnya dulu. Karena itulah, dia membujuk si penyandera untuk melepaskan Xue Ning. Jangan melukai orang yang tidak bersalah.
"Omong kosong! Kau pejabat sialan yang setia pada Kaisar sialan itu, telah mencelakai banyak pendekar. Apa itu namanya bukan melukai orang yang tidak bersalah!" kesal si penyandera.
Hmm, sepertinya dia orangnya Raja Pingnan. Xie Wei semakin yakin saat melihat simbol Raja Pingnan yang ada di b3latinya.
Xue Ning jadi tambah ketakutan sekarang. Xie Wei kan kejam dan berdarah dingin. Takutnya Xie Wei bahkan tidak akan memedulikan nyawanya demi menangkap si pemberontak ini.
Xie Wei tetap tenang membujuk si pemberontak untuk melepaskan Xue Ning, dia janji akan membantunya keluar dari ibu kota dengan selamat. Bahkan saat si pemberontak menuntutnya untuk menggantikan Xue Ning sebagai sanderanya, dia langsung setuju.
Hmm, apakah Xie Wei sungguh sebaik itu? Tidak mungkin, Xie Wei tuh kejam dan berdarah dingin. Xue Ning yakin kalau Xie Wei pasti dia punya rencana lain.
Yups benar sekali. Saat itu juga, Xue Ning baru melihat adanya pen3mbak jitu yang bersembunyi di lantai atas dan bersiap men3mbakkan pan4hnya ke arahnya dan si pemberontak. Gawat! Xie Wei memang benar-benar tidak memedulikan nyawanya. Xie Wei pasti mau membvnvhnya sekalian sama si pemberontak ini.
Xue Ning jelas tidak mau mati begitu saja bersama si pemberontak ini. Makanya dia langsung nekat melepaskan dirinya. Xie Wei refleks melindunginya dan si pen3mbak jitu langsung meman4h si pemberontak. (Oh? jadi dia tidak bermaksud membvnvh Xue Ning?)
Si pemberontak masih hidup, tapi Xie Wei dengan dingin dan kejamnya menvsvkkan panah itu semakin dalam dan seketika membvnvh si pemberontak.
Shock, Xue Ning jadi semakin ketakutan pada Xie Wei. Apalagi kemudian Xie Wei malah berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan padanya.
Xue Ning refleks menyilangkan tangan melindungi dirinya, mengira Xie Wei mau melakukan sesuatu padanya, padahal ternyata Xie Wei cuma mau memberinya saputangan.
Namun ada yang menarik perhatian Xie Wei dari pergelangan tangan Xue Ning, sebuah bekas luka sayatan. Xie Wei tahu bekas luka itu dan itu sontak membuatnya teringat masa lalu.
Empat tahun yang lalu saat mereka dalam perjalanan kembali ke ibu kota, mereka terjebak dalam hujan salju ekstrem. Xie Wei sakit entah apa, namun Xue Ning menolongnya dengan meminumkan darah dari pergelangan tangannya untuknya.
Bahkan di saat seperti ini, Xie Wei masih sangat memedulikan Guqin-nya dan terus membawanya bersamanya. Xue Ning yang berjuang memapahnya sendirian, lama-lama jadi kesal dengan kekeraskepalaan Xie Wei untuk mempertahankan Guqin-nya dan akhirnya tega menghancurkan Guqin itu di hadapan Xie Wei.
"Sudah mau mati, masih saja memikirkan benda yang tidak berguna. Orang sepertimu tidak pantas hidup!" rutuk Xue Ning.
Itu kenangan yang pastinya membuat Xie Wei jadi tidak suka pada Xue Ning, tapi di sisi lain, Xue Ning juga yang menolongnya dari keadaan sekaratnya waktu itu.
Baru menyadari kalau Xie Wei ternyata cuma menyodorkan saputangan untuk menyeka darah yang ada di telinganya, Xue Ning akhirnya bisa lega. Dia menggunakannya untuk membersihkan telinganya sebelum kemudian mengembalikannya.
"Nyalimu cukup besar. Sayangnya digunakan dalam hal yang tidak tepat," sindir Xie Wei, "ikut aku."
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam