Sinopsis Story of Kunning Palace Episode 3 - Part 2

Xie Wei membawa Xue Ning ke kamar penginapannya dan langsung gencar menyindirnya secara halus karena dia yakin bahwa Xue Ning sebenarnya pintar dan pasti memahami situasi tadi.

Xue Ning dengan lihainya pura-pura bodoh dan mengklaim kalau dia tidak mengerti apa-apa, dia cuma pura-pura sok pintar saja. Xie Wei jelas tak percaya, pasti dengan trik seperti ini Xue Ning untuk menipu Yan Lin. Dia memperingatkan Xue Ning bahwa Yan Lin adalah muridnya, masa depannya tidak boleh sampai rusak.

Xue Ning pasti cukup pintar untuk memahami bahwa konspirasi bukanlah jalan yang benar dan tidak akan bertahan lama. Jika Xue Ning benar-benar menyukai Yan Lin, maka jangan menipunya. Tapi jika tidak suka, maka jangan ganggu Yan Lin.

Xue Ning tidak terima, hubungannya dengan Yan Lin cuma sekedar hubungan asmara. Lagipula, dia tidak melakukan apa pun yang keterlaluan. Kenapa Xie Wei begitu yakin kalau dia sedang menipu dan mencelakai Yan Lin?

Ataukah Xie Wei berprasangka padanya dan mengira dia punya rencana jahat karena alasan lain? Karena itukah Xie Wei menganggap bahwa apa pun yang dia lakukan adalah salah?

Xie Wei tersenyum sinis mendengarnya, "jika sejak awal kau berbicara seperti ini padaku, untuk apa aku menemanimu bersandiwara di sini?"

Xue Ning penasaran, jika tadi dia tidak nekad melepaskan diri dari si pemberontak, apa Xie Wei akan membvnvhnya untuk menyingkirkan bahaya?

"Menurutmu? Kau sudah tahu aku ingin membvnvhmu, juga bisa membvnvhmu. Seharusnya kau mengerti apa yang harus kau lakukan dan apa yang tidak seharusnya kau lakukan," ancam Xie Wei.

Tepat saat itu juga, kedua pengawalnya Yan Lin datang untuk melaporkan kedatangan Yan Lin. Dia mau masuk, tapi dihalangi pasukan mereka. Xie Wei akhirnya membiarkan Xue Ning pergi.

Setelah Xue Ning keluar, pengawal kedua melapor ke Xue Ning bahwa kedatangan Xue Ning di sini memang hanya kebetulan. Dia benar-benar diundang Yan Lin untuk datang kemari. 


Tapi... pengawal bingung dengan sikap Xie Wei. Kenapa Xie Wei tidak menjelaskan pada Xue Ning kalau Xie Wei sebenarnya tidak berniat membvnvhnya?

"Apa salahnya membuatnya takut. Jika takut, maka tidak akan berani mengacau lagi."

Yan Lin akhirnya bisa lega begitu melihat Xue Ning, dia tadi sudah diberitahu tentang apa yang terjadi barusan. Peringatan Xie Wei tadi memang membuat Xue Ning ketakutan untuk terlalu dekat dengan Yan Lin, makanya dia langsung melepaskan pegangan tangan Yan Lin dengan canggung dan meyakinkannya bahwa dia baik-baik saja.

Yan Lin mengira kalau Xue Ning pasti sangat ketakutan sama si pembvnvh tadi. Makanya dengan manisnya dia meyakinkan Xue Ning untuk tidak takut, dia pasti akan melindungi Xue Ning. Dia menyesal tidak datang lebih cepat tadi, menyesal karena membiarkan Xue Ning datang kemari sendirian.

Padahal yang ditakuti Xue Ning sama sekali bukan si pembvnvh tersebut. Memikirkan Xie Wei, Xue Ning penasaran dengan dekatnya hubungan Yan Lin dengan Xie Wei.

Hmm, sepertinya Yan Lin sendiri tidak tahu apa-apa tentang hubungannya dengan Xie Wei, malah dia cuma berkata bahwa dia mengenal Xie Wei hanya karena Xie Wei adalah guru muda Putra Mahkota, dan hubungannya dengan Xie Wei juga tidak begitu dekat.

Tapi tentu saja Xue Ning jadi heran. Fakta kalau mereka berdua bisa bersatu melakukan kudeta di kehidupan sebelumnya, jelas menunjukkan bahwa hubungan mereka pastinya tidak sesederhana hubungan guru dan murid.

Tapi untuk sekarang ini, Xue Ning memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi dan beralih topik mengajak Yan Lin ke festival lentera sekarang, dia mau sekarang.

Baiklah, Yan Lin pun dengan senang hati menggandengnya pergi kencan ke festival lentera itu. Acaranya sangat meriah, pastinya kali ini tanpa perlu mengalami apa yang dialami Xue Ning di kehidupan sebelumnya, dan mereka berdua menikmati kencan mereka dengan riang gembira.

Yan Lin memberikan apa pun yang Xue Ning inginkan, termasuk sekeranjang penuh kacang rubah. Setelah itu, dia membawa Xue Ning ke atas bukit di mana mereka bisa melihat pemandangan malam seluruh kota yang sangat indah.

Namun saat Yan Lin mulai membahas tentang upacara kedewasaannya sebentar lagi, Xue Ning seketika terdiam cemas. Karena di acara itu nanti, Keluarga Yan dibant4i (di kehidupan sebelumnya) dengan hanya Yan Lin yang selamat. Dan setelah itu, Xue Ning dengan kejamnya meninggalkan Yan Lin demi menikahi Shen Jie dan menjadi permaisuri.

"Kau begitu baik padaku. Sebenarnya apa yang kau sukai dariku?" tanya Xue Ning.

Karena di mata Yan Lin, Xue Ning tuh beda dari gadis-gadis lain di ibu kota yang biasanya sok malu-malu kucing, sedangkan Xue Ning selalu terus terang. Jika dia menginginkan sesuatu, dia akan merebutnya. 

Kalau sedang tidak senang, dia akan pasang muka masam pada siapa pun. Kalau sedang senang, dia akan menghibur orang lain dan membuat orang bahagia. Jika sedih, dia akan bersembunyi dan menangis sendiri.

Namun Xue Ning tidak bisa senang mendengar semua ini, karena dia jadi ingat betapa kecewanya Yan Lin di kehidupan sebelumnya terhadapnya. Karena wanita yang dulu dia kira adalah orang yang jujur dan pantas dicintai, ternyata adalah yang paling munafik dan penipu.

"Tapi semua orang tidak menyukaiku. Ibu Wan tidak menyukaiku, Ibu tidak menyukaiku, bawahan di kediaman tidak suka, orang lain di ibu kota juga tidak menyukaiku. Jadi, apakah kau tidak pernah berpikir kalau kau menyukai orang yang salah?"

Tidak memahami kegalauannya, Yan Lin dengan tegas menyangkal semua ucapan Xue Ning tadi. Dia yakin kalau Ibu Wan menyukainya. Ibu Wan bisa saja membawa rahasia pertukaran bayi ke liang kuburnya agar anak kandungnya menjadi satu-satunya putri sah Keluarga Jiang, tapi nyatanya, Ibu malah mengungkapkan rahasia sebelum ajalnya agar Xue Ning kembali ke keluarganya. 

"Ning Ning-ku layak mendapatkan kasih sayang terbaik di dunia."

"Tapi aku tidak akan selamanya menjadi gadis kecil yang akan puas hanya disayangi olehmu seorang. Aku akan menjadi dewasa, aku akan menjadi jahat."

Yan Lin tak percaya, "Ning Ning selamanya adalah yang terbaik."

"Yang terbaik bukan aku. Jiang Xue Ning tidak pantas kau perlakukan seperti ini."

"Layak atau tidak, aku yang menentukannya. Di mataku, kau adalah yang terbaik. Jangan menangis lagi. Hatiku iba."

Yan Lin tiba-tiba bergerak mendekat untuk menc1vmnya, tapi ingatan tentang pemb4nta1nnya Keluarga Yan yang akan datang dan bagaimana dia semakin menghancurkan Yan Lin setelahnya, sontak membuat Xue Ning mendorong Yan Lin menjauh.

Yan Lin mengira kalau Xue Ning seperti ini karena dia bersikap kurang ajar, padahal sebenarnya Xue Ning merasa bersalah dan takut. Karena itulah, Xue Ning memutuskan untuk menarik batas sekarang saja sebelum dia menyakiti Yan Lin lebih jauh dengan menyatakan bahwa dia hanya menganggap Yan Lin sebagai teman terbaiknya.

Dia langsung pamit pergi saat itu juga, tapi Yan Lin menolak menyerah begitu saja, lalu tiba-tiba dia berteriak melamar Xue Ning. Namun Xue Ning hanya menjawabnya dengan diam membelakanginya dengan berlinang air mata.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments