Sinopsis Mysterious Lotus Casebook Episode 2 - Part 1

Dari mana Lian Hua bisa tahu kalau dia masih dalam tahap ujian akhir Balai Bingchuan? Tentu saja dari plakat curian itu, soalnya di plakat itu tertera nama pemilik asli plakat. Balai Baichuan juga tidak akan sembarangan menerima orang baru.

Selain itu, Lian Hua juga bisa menebak dari penampilannya kalau Duo Bing saat ini sedang kekurangan uang karena tidak mendapatkan bantuan finansial dari keluarganya yang tidak setuju dia jadi detektif.

Dari semua inilah Lian Hua menyimpulkan kalau para ketua Balai Baichuan menetapkan syarat padanya untuk menyelesaikan beberapa kasus, baru dia akan diterima secara resmi. 

Fakta kalau dia ada di sini, jelas menunjukkan bahwa kasus pembvnvhan Ketua Aliran Lingsan ini pastilah kasus pertamanya Duo Bing.

Bagaimana dia bisa tahu kalau ini pembvnvhan? Karena sebenarnya, sebelum kejadian ini, Ketua Aliran Lingsan pernah mendatanginya untuk mendapatkan obat penyehat tubuh, orang itu bahkan masih berhutang lima tael padanya.

Tidak masuk akal jika orang yang sebelumnya berusaha bertahan hidup, mendadak merelakan hidupnya untuk menjadi Dewa (mati). Karena itulah, Lian Hua menawarkan bantuan agar Duo Bing bisa menyelesaikan kasus ini.

Dalam perjalanan masuk, mereka berpapasan dengan seorang wanita yang menggendong seorang anak kecil yang baru saja diusir dari sana. Hmm, apakah ibu dan anak ini penting?

Aula sudah penuh orang dengan beberapa anak remaja berjejer di tempat kandidat. Salah satunya adalah Wang Fu. Ujian pertama adalah memukul alat musik kuno di hadapan jasad patung emas mendiang Ketua Aliran.

Tapi ada yang aneh. Begitu para remaja itu memukul kentongan itu, tiba-tiba muncul percikan api yang seketika membakar para remaja itu... kecuali Wang Fu. Oh? Apakah benar-benar dia, orang pintar yang dipilih oleh Ketua Aliran melalui wasiatnya?

Duo Bing dengan cepat menyela karena kasus kebakaran tadi jelas-jelas disengaja karena ditemukan bekas timah di dalam alat musik tadi dan juga bubuk fosfor di baju para kandidat.

Tapi jika kebakaran tadi adalah buatan manusia, artinya, sekarang malah Wang Fu yang jadi mencurigakan karena bisa saja mereka melakukan cara ini untuk menjadikan Wang Fu sebagai pemenang.

Duo Bing sontak membela pelayannya habis-habisan dan akhirnya memperkenalkan dirinya sebagai detektif dari Balai Baichuan, karena itulah, dia meminta mereka untuk memberinya waktu menyelidiki kasus ini.

Namun Pengurus Alisan Lingsan - Piao Er Huang, mendesak agar masalah penerus Ketua Aliran ditetapkan hari ini juga sesuai wasiat mendiang.

Menengahi mereka, Lian Hua usul agar dia berbicara dengan patung emas Ketua Aliran Qingsan untuk menyelesaikan masalah pemilihan penerus ini. Dia meyakinkan kalau dia tahu cara berbicara dengan arwah.

Untungnya berkat dukungan dua orang tetua dari aliran lain yang mempercayai omongan Lian Hua karena dia adalah si Tabib Jenius Li yang terkenal itu, Lian Hua dan Duo Bing pun punya kesempatan untuk menyelediki mayat Ketua Aliran yang sekarang jadi patung emas tersebut.

Sekilas tidak tampak ada yang aneh, bahkan Duo Bing pun tidak melihat adanya keanehan. Namun Lian Hua beda, mata tajam dan jelinya bisa menangkap detail terkecil dari kondisi mayat patung itu dan surat wasiatnya, dan langsung bisa mengambil kesimpulan tentang bagaimana sebenarnya orang ini bisa tewas dan siapa tersangkanya.

Jadi begini, Ketua Aliran sebenarnya tidak berniat mati betulan. Dia sebenarnya cuma pura-pura dengan menggunakan teknik yang sama dengan si pencuri, bisa dilihat dari pose meditasi kedua tangannya yang sama persis dengan pose meditasi yang dilakukan si pencuri di kasus sebelumnya.

Namun saat Ketua Aliran melakukan trik ini, si pelaku yang merupakan salah satu orang terdekat korban malah membvnvhnya dengan menggunakan Lima Tapak Beracun yang bekasnya bisa dilihat di bagian punggung korban.

Duo Bing mengenali Lima Tapak Beracun ini adalah milik Xin Lei dari Aliansi Jinyuan. Berarti pelakunya sudah pasti Xin Lei yang menyamar.

Namun bagaimana caranya mengubah jasad korban menjadi patung emas di hadapan begitu banyak orang dalam waktu yang begitu singkat?... Mari kita pindah ke TKP.

Kali ini Duo Bing yang berkontribusi menemui rahasia bahwa di bawah TKP, ada sebuah lubang rahasia yang di dalamnya tersembunyi patung emas asli yang digunakan pelaku untuk bermain ilusi.

Begini kronologinya, setelah Ketua Aliran selesai berpidato dan pura-pura mati dengan menggunakan Ilmu Pernapasan Terbalik, si pelaku memanfaatkan waktu yang begitu singkat untuk menyilaukan pandangan semua orang dengan bantuan beberapa cermin besar berlapis emas yang tergantung di atas pagoda dan menjatuhkan Ketua Aliran ke dalam lubang ini lalu cepat-cepat menggantinya dengan patung emas saat semua orang sedang bersujud.

Namun kemudian si pelaku diam-diam membvnvh Ketua Aliran lalu menyembunyikan jejak kejahatannya dengan menyiram seluruh tubuhnya dengan cairan emas, benar-benar menjadikannya patung emas.

Apa alasan korban memalsukan kematiannya?... Ada sebuah buku anak-anak di kamar Ketua Aliran. Aneh sekali, dia sudah tua dan tidak menikah juga sesuai aturan aliran, lalu kenapa dia punya buku anak?... Jangan-jangan... dia punya anak di luar nikah?

Lian Hua yakin kalau penerus yang dia sebut di surat wasiatnya sebenarnya bukan anak berusia 16 tahun, melainkan anaknya sendiri yang berusia 6 tahun. 


Bagaimana Lian Hua bisa yakin? Karena di surat wasiat itu, ada satu huruf yang tulisannya tidak sesuai dengan huruf-huruf lainnya, jelas satu huruf ini dipalsukan oleh si pelaku.

Duo Bing mengerti. Ketua Aliran ingin mempertahankan anaknya di sini dan menyerahkan harta warisannya untuk anaknya tanpa ketahuan kalau itu anaknya, makanya dia perlu melakukan trik ini. 

Sekarang yang harus mereka lakukan adalah melakukan trik terakhir, pura-pura melakukan ritual bicara dengan patung emas mendiang untuk memancing si pelaku.

Sesuai rencana mereka, ketiga murid Aliran Lingsan dan Pengurus Piao diam-diam menguping dan mengintip ritual tertutup tersebut dari berbagai arah.

Dengan menggunakan sedikit trik mekanisme, Lian Hua, Duo Bing dan Pelayannya Duo Bing membuat patung emas itu seolah bisa bangun, bicara dan menulis, padahal cuma menggerak-gerakkan mulut dan tangan.

Lian Hua berakting seolah dia benar-benar sedang bicara dengan mendiang, mengucap kata-katanya cukup lantang biar bisa didengar, pura-pura seolah mendiang memberinya petunjuk tentang marga calon penerus yang dicarinya. 

Yaitu, seorang anak bermarga He (memakai marga ibunya karena anak itu adalah anak di luar nikah, jadi tidak boleh memakai marga ayah). Setelah memastikan para pengintip melihat kertas itu sedetik, Lian Hua lalu membakar kertas itu. 

Satu per satu, para murid berbuat curang memberitahukan petunjuk ini pada para kandidat. Hmm, berarti semua orang berambisi untuk menguasai Aliran Lingsan. Pengurus Piao satu-satunya yang tidak membocorkan pada para kandidat, tapi jelas dia juga punya rencananya sendiri.

Padahal hanya sedikit tulisan yang terlihat. Namun anehnya, keesokan harinya, saat para kandidat yang lain hanya menulis nama 'He', hanya jawabannya Wang Fu yang menulis nama lengkap He Lan.

Wang Fu jelas bingung karena itu bukan kata yang dia tulis. Lian Hua bisa langsung menyimpulkan bahwa ada orang yang menukar kertas jawabannya. Tapi siapa pelakunya? Seharusnya hanya bisa dilakukan oleh orang yang sangat dekat dengan Wang Fu, dan satu-satunya orang yang berdiri dekat dengannya... adalah pengurus Piao.

Benar saja, buktinya langsung mereka dapatkan dari lengan baju Pengurus Piao. Jelas dia memang yang paling mencurigakan, dari mana pula dia bisa mengetahui nama lengkap He Lan padahal kertas yang Lian Hua bakar kemarin hanya berisi tulisan 'He'?

Jawabannya adalah karena Pengurus Piao, yang selalu melayani Ketua Aliran, yang paling tahu rahasia terpendam Ketua Aliran yang memiliki kekasih dan anak di luar nikah. Ibu dan anak itu adalah ibu dan anak yang berpapasan dengan Lian Hua saat mereka masuk kemarin.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments