Sekarang saatnya memperkenalkan Xiao Yao pada Permaisuri Jing'an dan Ah Nian. Lucunya, Ah Nian sepertinya tidak mengenalinya dan kebingungan melihatnya duduk di sebelah Raja Haoling. Ah Nian benar-benar penasaran, dia siapa?
Alih-alih menjawabnya, Raja Haoling justru menatap istrinya dan menggerak-gerakkan tangannya dalam bahasa isyarat (Oh, jadi dia bisu), memberitahukan bahwa wanita ini adalah putri sulungnya yang selama ini hilang, Jiu Yao.
Karena ratusan tahun hidup di belantara, Xiao Yao pun agak canggung dan kikuk saat harus memberi salam hormat pada Permaisuri Jing'an.
Permaisuri Jing'an sontak menganggukkan kepala dengan antusias, mengisyaratkan sapaan ramahnya pada Xao Yao dan menyambutnya dengan senang hati, bahkan menyuruh Ah Nian untuk memberi salam pada kakaknya.
Namun Ah Nian tidak senang dan seketika marah, menyatakan penolakannya, bersikeras menyatakan kalau dia tidak punya kakak. Dia bahkan meragukan identias Xiao Yao.
Kemarahannya semakin memuncak saat Cang Xuan yang biasanya selalu memanjakannya, kali ini justru menegurnya. Bahkan saat Ah Nian menuntut siapa yang akan Cang Xuan lindungi antara dia dan Xiao Yao, Cang Xuan malah cuma menjawab netral bahwa dia berharap Ah Nian dan Xiao Yao bisa rukun (namun tatapan matanya jelas menunjukkan kalau dia lebih memilih Xiao Yao).
Raja Haoling pun langsung menegur Ah Nian, mengingatkannya bahwa pertanyaannya itu sama saja seperti disuruh memilih antara ayah atau ibu. Ah Nian sendiri juga pasti tidak bisa menjawab kalau dikasih pertanyaan seperti itu.
Cang Xuan memberitahu Ah Nian bahwa Xiao Yao ini adalah Xiao Liu. Bukankah sebelumnya Ah Nian bilang bahwa Xiao Liu cukup baik? Biasanya Ah Nian selalu tulus saat memuji seseorang. Bukankah sangat bagus memiliki kakak perempuan yang menyayanginya seperti halnya dia yang menyayangi Ah Nian?
Ah Nian kaget, tapi itu justru membuatnya semakin tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia bahkan langsung membalikkan meja kayak anak kecil tantrum sambil menyatakan kalau dia tidak mau kakak lalu pergi. Permaisuri Jing'an khawatir, Raja Haoling pun mengizinkannya pergi menyusul Ah Nian.
"Hal ini terlalu mendadak, Ah Nian butuh waktu untuk menerimanya," ujar Cang Xuan menenangkan Xiao Yao.
Namun Xiao Yao tidak bisa tenang. Dia bahkan jadi tidak nafsu makan, namun Raja Haoling dan Cang Xuan malah tetap bisa makan dengan tenang dan nikmat. Xiao yao heran dengan mereka, bisa-bisanya Raja Haoling masih punya nafsu makan di saat seperti ini.
Raja Haoling santai, "apa kau tidak tahu berapa banyak masalah negara dalam sehari? Kalau aku tidak bisa makan hanya karena masalah sekecil ini, sudah sejak lama aku mati kelaparan."
Raja Haoling memerintahkan pelayan untuk mengirim makanan-makanan kesukaan Ah Nian ke kamarnya, tapi Ah Nian langsung menjungkirbalikkan semuanya dengan penuh amarah, dan semakin menjadi-jadi saat dia menanyakan keberadaan ayahnya tapi malah diberitahu kalau Raja Haoling sedang menemani Tuan Putri Pertama.
Bahkan ibunya ketakutan menghadapi amukannya. Namun Permaisuri Jing'an tetaplah seorang ibu yang penyayang. Dia tidak bisa mengucapkan kata-kata hiburan, jadi satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah menunjukkan kasih sayangnya dengan memberikannya pelukan dan membiarkan Ah Nian menangis dalam pelukannya.
Di tempat lain, Raja Haoling mengantarkan Xiao Yao ke Istana Mingse yang akan menjadi tempat tinggal barunya mulai sekarang. Istananya kecil, tapi Xiao Yao sendiri yang menginginkannya karena istana ini yang paling dekat dengan istananya Cang Xuan.
Dia tidak ingin tinggal jauh dari Cang Xuan karena satu-satunya hal yang dia takuti adalah kesepian. Dia sama sekali tidak masalah dengan tempat tinggal besar atau kecil, karena yang paling dia utamakan adalah makanan.
Dia sudah berkelama selama bertahun-tahun, jadi dia bisa tidur di mana saja. Dia juga tidak memiliki keinginan material karena dia tahu betul bahwa benda sulit dibawa-bawa.
"Xiao Yao, kau sudah tidak berkelana lagi," ujar Raja Haoling mengingatkan.
"Aku tahu. Aku sudah kembali ke sisi Ayahanda. Namun tidak ada yang salah dengan kebiasaanku. Apalagi kebiasaan yang terbentuk di masa muda, biasanya sulit diubah seumur hidup."
"Usia Klan Dewa sangat panjang. Tidak ada yang tidak mungkin. Aku akan membuatmu terbiasa dengan semua yang menjadi milikmu. Mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru."
"Baik."
Setelah itu, Xiao Yao pun mulai melakukan pelatihan etiket istana yang nantinya harus dia terapkan dalam prosesi upacara perkenalannya pada dunia. Prosesnya cukup melelahkan, bahkan cara berjalan pun ada aturannya.
Pastinya, Xiao Yao yang terbiasa jalan sesuka hati kayak cowok kesulitan melakukan semua ini. Baru sebentar saja dia sudah lelah dan ngotot minta istirahat sampai gurunya terpaksa harus menurutinya.
Tepat saat dia baru istirahat sebentar, Ah Nian mendadak muncul hanya untuk melabraknya dan menuduhnya merebut ayah dan gege-nya. Bukannya menenangkan, Xiao Yao malah terpancing emosi dan semakin memprovokasinya.
Ah Nian sontak mendorongnya, Xiao Yao hampir saja mau balas dendam, tapi Ru Shuo mendadak muncul menengahi perseteruan kakak-adik itu, mengusir Ah Nian secara halus dengan alasan Raja Haoling memanggil Ah Nian untuk bermain kecapi.
Ru Shuo khawatir kalau Xiao Yao dendam pada Ah Nian, tapi Xiao Yao sama sekali tak mempermasalahkannya dan menyuruh Ru Shuo untuk pergi menyusul Ah Nian saja.
Pasca kejadian itu, pelayan barunya Xiao Yao mengantarkannya ke ruang obat yang memang Xiao Yao minta dari Raja Haoling. Cang Xuan datang tak lama kemudian bertanya-tanya apakah Xiao Yao mau kembali ke profesi lamanya.
Xiao Yao menyangkal, dia hanya mau membuat ramuan untuk melindungi dirinya sendiri. Energi rohnya sangat rendah, bahkan Ah Nian saja mampu menjatuhkannya dengan satu jari. Makanya dia butuh cara untuk melindungi dirinya sendiri, dan satu-satunya cara yang bisa dia lakukan adalah mengandalkan kemampuannya dalam bidang medis.
Cang Xuan jadi sedih mendengarnya, awalnya dia ingin bilang bahwa dia akan melindungi Xiao Yao. Namun sekarang dia jadi tidak percaya diri untuk mengucap kata-kata itu.
Xiao Yao dengan bijak berkata bahwa dia tidak ingin selalu menjadi bebannya Cang Xuan.Lebih mereka melindungi diri mereka masing-masing dengan baik, itulah perlindungan terbesar mereka untuk satu sama lain.
"Kau tidak pernah menjadi beban bagiku. Sebaliknya, aku yang selalu melibatkanmu dalam masalah."
"Apa yang kau katakan? Apanya yang melibatkan? Bagaimanapun, kita berdua berada di perahu yang sama."
Sementara itu di Kota Qingshui, para penduduk mendapatkan kabar dari Batu Roh Qingshui tentang Raja Haoling yang mengirimkan undangan pada semua keluarga besar di Dahuang untuk menghadiri upacara perayaan kembalinya Tuan Putri Pertama Haoling.
Para penduduk Haoling sontak bersuka cita mendengarnya, tanpa tahu bahwa Tuan putri Pertama Haoling sebenarnya adalah mantan teman dan tetangga mereka. Mereka hanya tahu bahwa Tuan Putri Pertama Haoling ini kabarnya pernah hidup di tengah masyarakat selama ratusan tahun.
Tanpa semua orang ketahui, semua ini didengar oleh Xiang Liu. Jelas dari semua kabar dan gosip tentang Tuan Putri Pertama Haoling, dia bisa menduga bahwa orang itu adalah Wen Xiao Liu. Xiang Liu sontak sinis teringat curhatan sedih Xiao Liu bahwa dirinya adalah anak yang ditelantarkan sejak kecil dan tidak punya sandaran, mengira Xiao Liu sudah membohonginya.
Bersambung ke episode 19
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam