Sinopsis Lost You Forever Episode 17 - Part 1

Xiao Yao membawa Ah Nian berenang  sampai mereka tiba dengan selamat di dataran. Dia menyembunyikan Ah Nian di sesemakan sebelum kemudian pergi lagi untuk menjemput Hai Tang (Pelayannya Ah Nian) yang dia temukan dalam keadaan pingsan.

Dia benar-benar menjaga mereka dengan baik. Di tengah jalan menyusuri hutan, tiba-tiba ada ular hijau menggelantung di depan Ah Nian yang sontak saja membuat Ah Nian ketakutan. Namun Xiao Yao yang sudah berpengalaman hidup di hutan, dengan mudahnya menyingkirkan ular itu dan meyakinkan Ah Nian untuk tidak takut dan menyuruh Ah Nian untuk tetap dekat dengannya.

Xiao Yao akui bahwa waktu pertama kali dia berjalan di hutan, dia ketakutan setengah mati. Namun pada akhirnya dia menyadari bahwa dia harus tetap berjalan terlepas dia takut atau tidak. Karena itulah, dripada sibuk menangis, lebih baik membuka mata lebar-lebar dan melihat jelas jalan di depan.

Ah Nian mendadak kagum juga pada Xiao Liu sehingga dia tanpa sadar melamun menatapnya... sampai saat Xiao Liu menegurnya dan menyuruhnya lanjut jalan.


Sementara itu di kapal, Xin Yue benar-benar tidak tahu apa-apa tentang pertarungan sengit barusan karena dia terus berada di dalam kabin kapal. Makanya dia juga sama sekali tidak tahu kalau Yi Ying sebenarnya sangat kuat dan kejam. Namun dia menemukan seruling yang mengambang di danau yang jelas saja membuatnya keheranan.


Xiao Yao dan Ah Nian kecapekan saat akhirnya mereka tiba di penginapan, apalagi Xiao Yao yang harus menggotong Hai Tang sepanjang jalan. Ru Shuo baru datang tak lama kemudian dan langsung panik mengecek Ah Nian, untungnya dia masih hidup dan utuh, Ru Shuo pun bisa sedikit lega.

Namun kemudian dia mulai mengomel karena sebenarnya dia sudah menduga sejak awal bahwa keikutsertaan Ah Nian hanya akan membuat mereka mendapat masalah. Mengabaikan omelannya, Ah Nian menyuruh Ru Shuo untuk segera pergi mencari Cang Xuan, dia hilang entah ke mana.

Namun setelah mendengar cerita keseluruhan dari Ah Nian dan Xiao Yao memberitahunya bahwa penyerang mereka adalah Yi Ying, Ru Shuo justru tidak ingin memperbesar masalah ini. Dia tahu siapa Yi Ying dan keluarga Tushan yang mendukung Yi Ying. 

Selain itu, Yi Ying jelas-jelas menyerang mereka dengan menggunakan taktik membantu Xin Yue. Jadi kalaupun masalah ini dikasuskan, pada akhirnya yang akan disalahkan adalah Xin Yue. Apalagi mereka juga tidak mengungkapkan identitas mereka, jadi tetap saja mereka tidak bisa menyalah Yi Ying.

Xao Yao setuju dengan Ru Shuo, lebih baik mencari tahu keberadaan Cang Xuan saja daripada mencari masalah dengan orang lain. Dia lalu cepat-cepat menyuruh Ah Nian pergi mandi karena ada sesuatu yang perlu dia bicarakan berdua dengan Ru Shuo.

Dia memperingatkan Ru Shuo untuk berhati-hati terhadap Yi Ying. Dia yakin penyerangan ini dilakukan Yi Ying bukan karena demi membantu teman karena Yi Ying jelas mengenal identitas asli Cang Xuan.

Saat Cang Xuan terbangun, dia mendapati dirinya berada di kediaman Chenrong. Ternyata tadi dia diselamatkan oleh Xin Yue, dan tampaknya dia naksir Cang Xuan, apalagi setelah dia tahu bahwa Cang Xuan lah yang memainkan seruling mengiringi alunan kecapinya.

Saat Xin Yue menanyakan identitasnya, Cang Xuan memperkenalkan identitas samaran (Xuan) lalu bergegas pamit pulang. Namun saat dia mencoba bergerak, lukanya masih terasa sakit. Xin Yue pun menyarankannya untuk tinggal dulu di sini sampai lukanya pulih dulu. Nanti dia akan membantu mengirim kabar ke keluarganya Xuan.

Cang Xuan setuju, dan mengucap terima kasih padanya... padahal, sebenarnya dia cuma sedang berakting. Iya, dia memang terluka, tapi dia tidak selemah itu. Dia bahkan berakting ramah pada Yi Ying saat Yi Ying muncul dengan muka tanpa dosa dan berakting seolah dia cuma tak sengaja melukai Cang Xuan karena emosi sesaat.

 Beberapa hari kemudian, Cang Xuan masih tinggal di sana dan sekali lagi menemani Xin Yue bermain musik, otomatis membuat Xin Yue semakin naksir padanya. Pelayannya Xin Yue yang mengetahui perasaan nonanya pada Cang Xuan, menyayangkan perbedaan status mereka.

Biarpun Cang Xuan itu sangat tampan, sopan, dan bertalenta dan bisa jadi pasangan yang serasi untuk Xin Yue, tapi tetap saja dia berasal dari status yang lebih rendah dari keluarga Chenrong. Mereka tidak mungkin bisa menikah. Dengan statusnya Xin Yue yang sangat tinggi, pasangan yang paling cocok dengannya adalah raja atau pangeran, atau minimal, pemimpin klan. Xin Yue jadi sedih.

Ah Nian tidak bisa tenang karena sudah beberapa hari tapi Cang Xuan masih juga belum pulang dan terus menggebrak meja dengan kesal. Namun Ru Shuo dan Xiao Yao malah santai-santai saja. Ru Shuo tetap meminum tehnya dengan nikmat dan Xiao Yao lebih peduli untuk mengamankan semua kacang-kacangnya dari gebrakan mejanya Ah Nian.

Jelas mereka santai, Cang Xuan baik-baik saja kok di kediaman Chenrong. BRAK! Ah Nian sontak menggebrak meja keras banget sambil memelototi mereka berdua dengan kesal. Ketakutan, Xiao Yao dan Ru Shuo akhirnya kompak mengklaim kalau mereka khawatir. Namun karena Ah Nian terus mendesak, Ru Shuo terpaksa harus menurutinya untuk menjemput Cang Xuan pulang.

Seperti kebiasaannya di Kota Qingshui yang hobi leyeh-leyeh di kursi malas, kali ini pun Xiao Yao sedang leyeh-leyeh di kursi malas di pinggir sungai saat dia tak sengaja melihat Jing di lantai atas sebuah restoran di seberang, sepertinya sedang membicarakan bisnis dengan seseorang dan sepertinya Jing tidak memperhatikannya. Xiao Yao jadi sedih, meyakini bahwa biarpun dia memanggil Shi Qi, tidak mungkin orangnya akan datang.

"Aku di sini," ujar Jing yang mendadak muncul di belakangnya detik itu juga. Malah sebenarnya, dia duluan yang melihat Xiao Yao tadi.

Xiao Yao senang, "ini Kota Zhiyi. Apa kau tidak takut dibuntuti orang?"

"Leluhurku adalah Dewa Rubah Ekor Sembilan. Hanya aku yang bisa melacak orang, sangat sedikit yang bisa melacakku." (Pantesan dia pinter melacak Xiao Yao semasa mereka tinggal di Kota Qingshui)

 Mereka pun menghabiskan sepanjang siang dan sore bersama. Malam hari di jembatan, Jing bertanya-tanya alasan Xiao Yao datang ke kota ini. Namun Xiao Yao menolak mengatakan detilnya dan cuma menjawab dengan malu-malu bahwa dia datang kemari untuk melakukan hal penting. Dia akan memberitahu Jing beberapa waktu lagi. (Pfft! Mau surprise-in Jing yah?)

Seperti biasanya, Jing langsung menurut dengan patuh. Beberapa waktu lagi dia juga punya sesuatu yang penting untuk dia beritahukan pada Xiao Yao.

"Kalau begitu, nanti kita katakan bersama-sama," usul Xiao Yao

"Baik," Jing setuju.

Namun kemudian keduanya mendadak canggung menyadari sudah saatnya mereka harus berpisah. Jing menyuruhnya pergi duluan biar nanti kalau Xiao Yao menoleh ke belakang, Xiao Yao bisa melihatnya.

"Aku tidak ingin kau merasa bahwa perpisahan adalah jalan seorang diri," ujar Jing (so sweet).

"Baiklah, aku pergi duluan."

 Xiao Yao pun pergi, di ujung jembatan, dia menoleh dan mendapati Jing masih di sana, benar-benar menunggunya dan menatap kepergiannya dengan senyum. Xiao Yao jadi bertanya-tanya sebenarnya Jing itu sebenarnya pintar atau bodoh? 

(Pintar, dia sangat pintar. Dia sangat memahamimu, dia tahu betul kalau kamu takut kesepian setelah pengalaman pahit masa kecilmu, makanya dia menyuruhmu pergi duluan agar kamu tahu bahwa ada yang menunggumu saat kamu menoleh ke belakang, jadi kamu tidak akan merasa kesepian). Padahal Jing sendiri juga sangat kesepian. Setelah Xiao Yao benar-benar tidak berbalik, senyum di wajah Jing seketika menghilang.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments