Sinopsis Someday or One Day Episode 9 - Part 3

Huang Yu Xuan dan kedua temannya baru duduk di kantin saat dia melihat Quan Sheng melihat dan tersenyum padanya. Tapi kemudian dia mendengar gosipan dua mahasiswi di sebelahnya. 

 

Yang satu kepedean mengira Quan Sheng melihatnya, tapi temannya dengan cepat meruntuhkan kehaluannya karena Quan Sheng biasanya populer di antara para gadis, jadi tidak mungkin Quan Sheng melihatnya seorang.

 Yu Xuan jadi penasaran dan langsung tanya ke kedua temannya, apakah Quan Sheng itu populer di antara para gadis? Kun Bu dan Mao Mao membenarkan, Quan Sheng itu visualnya fakultas seni dan sangat populer di kalangan mahasiswi.

Yu Xuan jadi sinis, mengira Quan Sheng tuh playboy yang hobi menggodai para gadis. Tapi Mao Mao dan Kun Bu dengan cepat menyangkal dan mengoreksi kesalahpahaman Yu Xuan terhadap Quan Sheng. 

Quan Sheng itu populer bukan cuma karena dia tampan rupawan, namun juga karena sikapnya yang ramah pada siapa pun namun selalu menjaga jarak dari para gadis, dan tidak pernah flirting dengan gadis mana pun. Dia bisa dilihat tapi tidak bisa disentuh, makanya dia sangat populer di antara para gadis.

Salah satu gadis paling cantik di kampus mereka pernah men3mbak Quan Sheng, tapi Quan Sheng langsung menolaknya dengan beralasan bahwa seorang dukun melarangnya berhubungan dengan gadis bermarga Luo karena dia bisa kena sial, padahal gadis itu bahkan bukan bermarga Luo (alasan yang sama dengan yang digunakan Zi Wei pada Cai Wen Rou dulu). Informasi itu kontan membuat Yu Xuan mulai memandang Quan Sheng secara berbeda.

Zi Wei orang pertama yang tiba di restoran. Mumpung masih sepi, dia jadi menyetel lagu Last Dance. Lagu yang sontak membuatnya berkhayal melihat Yu Xuan (dalam tubuh Yun Ru), datang dan tersenyum padanya. 

Namun sedetik kemudian dia menyadari bahwa yang berdiri di hadapannya adalah Yu Xuan yang asli. Yu Xuan heran mendengar lagu ini, ini kan lagu lawas sekali. Kenapa anak muda seperti dia malah mendengarkan lagu yang sudah cukup tua ini?

Zi Wei berkata bahwa terkadang, mendengarkan lagu tertentu bisa seperti mesin waktu yang membawa kita pada kenangan masa lalu: Kenangan senyuman seseorang yang tertinggal di hati, kenangan akan seseorang yang menyelinap ke dalam mimpi kita, atau kenangan berpelukan secara tak sengaja dengan dengan seseorang.

Lagu ini mengingatkan Quan Sheng akan kenangan seseorang yang telah lama hidup dalam hatinya. Apa Yu Xuan tahu siapa orang itu?

"Siapa?" tanya Yu Xuan.

Zi Wei pun menatapnya dalam saat dia menjawab. "Kau."

Yu Xuan diam saja menatapnya. Zi Wei bingung melihatnya cuma bengong, kenapa Yu Xuan tidak bereaksi? Biasanya kalau dia mengucap kata-kata semacam ini, Yu Xuan pasti bakalan marah, menyuruhnya berhenti mengucap kata-kata gombal dan mengancam akan memukulnya kalau dia tidak berhenti ngomong.

"Benar. Berhentilah mengucap omong kosong semacam itu lagi padaku. Apa kau tidak pernah berpikir, bagaimana jika suatu hari nanti aku akan menanggapi kata-katamu dengan serius?"

"Jika suatu hari kau menanggapi kata-kataku dengan serius, maka aku tidak akan pernah meninggalkanmu," ucap Zi Wei, dan dia serius.

Tapi Yu Xuan tak percaya, "apa kau mengucap kata-kata ini pada gadis lain?"

"Tidak! Aku hanya mengatakan kata-kata ini padamu saja."

Dia benar-benar serius dan Yu Xuan jelas bisa melihat keseriusannya, namun karena dia bingung bagaimana harus menanggapinya, akhirnya dia cepat-cepat menghindar dengan alasan mau bersiap kerja.

Keesokan harinya, Yu Xuan mengambil buku dari tasnya saat dia melihat kado dari Quan Sheng yang belum dia buka. Akhirnya dia membukanya sekarang dan mendapati isinya adalah headset-nya merah. Yu Xuan pun langsung menggunakannya untuk mendengarkan lagu Last Dance di HP-nya.

Sejak saat itu, Yu Xuan selalu menggunakan headset-nya merah itu ke mana-mana. Zi Wei pun senang. Dia juga mulai semakin dekat dengan Quan Sheng. Saat Quan Sheng membawakan Americano untuknya, dia tersenyum dan berterima kasih dengan tulus padanya.

Dia juga tidak marah saat Zi Wei usil menggambar cinta saat mereka sedang mendekorasi jendela restoran. Bahkan saat dia kelas, dia sekarang pindah duduk di bangku dekat Quan Sheng dan ngobrol akrab dengannya.

Mereka dan teman-teman mereka, merayakan tahun baru bersama. Namun biarpun suasanya sangat ramai, dunia seakan milik berdua saat mereka saling menatap satu sama lain dan secara diam-diam mengucap 'Selamat Tahun Baru' pada satu sama lain.

Suatu hari, Yu Xuan datang ke kelas dengan membawakan segelas kopi untuk Quan Sheng. Zi Wei pun berterima kasih padanya dengan memanggilnya 'Senior' seperti biasanya. Namun kali ini, Yu Xuan malah protes dengan sebutan itu karena panggilan itu membuatnya terasa tua padahal mereka kan seumuran, jadi Quan Sheng panggil namanya langsung saja. Zi Wei senang, akhirnya dia bebas memanggilnya Yu Xuan lagi.

Suatu hari, Zi Wei bingung karena tidak melihat Yu Xuan di restoran. Salah satu rekan mereka memberitahu bahwa Yu Xuan tadi masuk toilet. Zi Wei jadi khawatir dan langsung mengecek ke toilet, dan mendapati Yu Xuan ternyata lagi datang bulan.

Tidak ada Kun Bu dan Mao Mao yang bisa membantu karena mereka lagi libur. Tapi jangan khawatir, Zi Wei dengan penuh pengertian membantunya membelikan pembalut. Dia bahkan memintakan izin cuti untuk Yu Xuan.


Dia lalu mengantarkan Yu Xuan pulang, bahkan menggendong Yu Xuan menaiki tangga apartemennya dan berkata kalau dia akan membantu Yu Xuan membelikan makan malam dan sarapan besok biar Yu Xuan bisa istirahat sepenuhnya.

"Hei, Wang Quan Sheng. Kenapa kau begitu baik padaku?"

"Kenapa lagi? Tentu saja karena aku menyukaimu."

Saat Quan Sheng keluar tak lama kemudian, Yu Xuan tiba-tiba meneleponnya dan menyuruhnya melihat ke atas. Menuruti perintahnya, Zi Wei menemukan Yu Xuan ternyata lagi duduk di jendela lalu menyuruhnya untuk mengingat hari ini, karena ini adalah hari pertama.

Zi Wei bingung, "hari pertama apa? Oh! Hari pertama haid-mu?"

"Bukan! Ini hari pertama... kita bersama."

Akhirnya! Yu Xuan menerima cintanya, Zi Wei sontak teriak heboh menyatakan cintanya pada Yu Xuan sambil melompat-lompat kegirangan.

Tahun 2008...


Jun Jie baru pulang dari makam Yun Ru, tapi malah bingung mendapati kedai neneknya masih buka tapi tidak ada orangnya. Dia langsung mengecek ke rumah, tapi malah mendapati neneknya jatuh pingsan.


Tak lama kemudian, Zi Wei terburu-buru datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar itu. Tai begitu melihatnya, Jun Jie sontak mendorongnya ke tembok dengan kesal dan menuntut apakah Zi Wei sudah lama mengetahui penyakit yang diderita neneknya.

Zi Wei diam saja, jelas dia memang sudah lama tahu tapi merahasiakannya dari Zi Wei. Jelas saja Jun Jie jadi marah padanya hingga dia hampir saja memukul Zi Wei, tapi dia berhasil menahan diri.

Nenek sadar saat itu dan langsung memanggil Jun Jie masuk, dan dengan lemah meminta Jun Jie untuk tidak menyalahkan Zi Wei. Nenek tidak ingin membuat Jun Jie khawatir, makanya Nenek meminta Zi Wei untuk merahasiakan penyakitnya dari Jun Jie. Zi Wei pun sedih mendengarkan pembicaraan mereka hingga dia langsung lari ke tangga darurat untuk menangis diam-diam.


Neneknya Jun Jie meninggal dunia. Hanya Zi Wei seorang yang menemani Jun Jie sampai pemakaman usai. Seusai pemakaman, Jun Jie tiba-tiba mengajaknya minum-minum.

Mereka pun minum bersama malam harinya sambil mengenang kenangan-kenangan indah mereka sejak mereka kecil. Pertama kalinya sejak Jun Jie keluar dari penjara, akhirnya dia bisa tersenyum, bahkan tertawa lepas teringat segala kenakalan mereka dulu.

Zi Wei bernarasi bahwa malam itu, mereka minum-minum sambil ngobrol tentang masa kecil mereka. Banyak sekali yang mereka bicarakan, namun tidak sedikit pun mereka mengungkit tentang Chen Yun Ru maupun Huang Yu Xuan.


Zi Wei mabuk dengan cepat, sangat mabuk hingga dia bahkan tidak ingat bagaimana dia pingsan malam itu. Satu-satunya yang dia ingat, malam itu Mo Jun Jie tertawa sangat senang. Sudah lama sekali dia tidak melihat Jun Jie begitu bahagia. Zi Wei pun bahagia melihat sahabatnya bahagia.

Saat itu Zi Wei berpikir bahwa walaupun dia tidak bisa mengubah masa lalu dan mencegah kematian Yun Ru, tapi setidaknya, dia masih bisa mempertahankan sahabatnya.


Kita melihat Jun Jie menidurkan Zi Wei di sofa, lalu menyembahyangi arwah neneknya. Dalam tidurnya, Zi Wei memimpikan Jun Jie dan Yu Xuan/Yun Ru tersenyum bahagia padanya. Mimpi itu membuatnya terbangun dengan cepat, tapi dia malah tidak menemukan Jun Jie di rumah.


Saat itulah dia baru melihat dupa yang sudah setengah terbakar dan langsung teringat ucapan Paman Wu padanya (di tahun 2010 saat dia sudah menjadi Quan Sheng) bahwa Jun Jie bvnvh diri di tempat yang sama dia membvnvh Yun Ru.

Zi Wei sontak panik bergegas pergi ke gedung kosong itu, dan saat itulah kita akhirnya melihat pesan yang berada di kantornya Zi Wei yang dia tempel di bawah tulisan tahun 2008 berbunyi 'Apa pun yang terjadi, cegah Mo Jun Jie bvnvh diri'.

Dia berusaha sekuat tenaga dan secepat yang dia bisa untuk menaiki tangga-tangga gedung itu, tapi dia agak kesulitan gara-gara kakinya. Saat akhirnya dia mencapai tempat itu, dia menemukan Jun Jie sudah berdiri di langkan dan berbalik menatapnya dengan berlinang air mata.

Zi Wei panik berusaha mencegahnya, tapi terlambat. Jun Jie langsung menjatuhkan dirinya. Zi Wei sontak menjerit dan menangis pilu melihat sahabatnya mati di hadapannya.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments