Setelah mengantarkan si tamu tak diundang, aka A Nian, dan kakaknya pergi, Xiao Liu menemukan Shi Qi menyembunyikan diri di tepi sungai. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin mereka menemukan Shi Qi di sesemakan, sekarang sudah 6 tahun berlalu sejak saat itu.
Dia mengerti alasan Shi Qi menghilang karena tak ingin A Nian mengenalinya, karena itulah dia memperingatkan Shi Qi untuk berhati-hati karena tadi sepertinya Cang Xuan curiga dengan menghilangnya Shi Qi.
Tepat saat itu juga, Xiang Liu muncul lagi untuk menjemput Xiao Liu. Shi Qi tak mau Xiao Liu ikut dengannya dan langsung pasang badan melindungi Xiao Liu.
Kedua pria itu hampir saja berkelahi dengan kekuatan spiritual mereka, tapi Xiao Liu dengan cepat mencegahnya sebelum terjadi perang berdarah dan memutuskan untuk menurut dan ikut Xiang Liu saja.
Tapi sepanjang jalan, Xiao Liu malah dipermainkan oleh si elang raksasa yang sengaja terbang ngebut meliuk-liuk sana-sini. Dari sinilah Xiao Liu bisa menduga kalau suasana hati Xiang Liu pasti sedang tidak baik.
Xiang Liu menolak mengatakan apa pun tentang dirinya, malah menanyai alasan tentang lemahnya energi rohnya Xiao Liu.
Xiao Liu mengaku bahwa dulu dia yang terbaik di antara generasi angkatannya, tapi segalanya berubah setelah dia ditangkap si siluman rubah ekor sembilan. Siluman itu melumpuhkan energi rohnya dengan mencekokinya obat.
Xiang Liu jadi prihatin mendengar kisah pedih masa lalunya. Dia dengar bahwa melumpuhkan kultivasi rasanya begitu menyakitkan seolah tulang dibor dan sumsum disedot. Namun kemudian dia dengan santainya berkata... "sepertinya c4mbvk 40 kali masih terlalu ringan. Kelak aku harus mencari metode peny1ks4an lain."
"Kau pikir menyanyi, makin dilatih makin lancar? Justru karena aku pernah merasakan kesakitan hebat, makanya aku takut sakit sekarang. Aku lebih takut sakit daripada orang dewasa."
"Bagaimana caramu bertahan saat dikurung selama 30 tahun?" tanya Xiang Liu.
Xiang Liu mengaku bahwa asalnya dia terus berusaha melawan. Namun karena dia terus dis1ks4, akhirnya dia jadi takut dan tidak berani melawan lagi. Setelah itu dia cuma bisa diam saja hingga dia mencoba bvnvh diri. Namun usahanya selalu gagal. Akhirnya dia mengubah keinginannya untuk bvnvh diri menjadi ingin membvnvh si rubah itu.
Dipikir-pikir, mentalitas orang itu sangat aneh. Bahagia atau tidak bahagia, menderita atau tidak menderita, semuanya direalisasikan dengan cara membandingkan. Apa perlu dia menceritakan masa lalunya yang tragis secara mendetil? Setelah mendengarnya, Xiang Liu pasti akan merasa bahwa tidak ada yang terburuk selain itu.
Mendengar itu, Xiang Liu mendadak menaikkan tangannya seperti mau menabok yang sontak saja membuat Xiao Liu ketakutan dan refleks melindungi kepalanya, jelas reaksinya ini adalah efek traumatis dari s1ks4an dan penderitaan panjangnya dulu.
Namun ternyata Xiang Liu bukan mau menaboknya, karena reaksinya ini justru mengingatkan Xiang Liu akan penderitaannya sendiri yang dulu juga pernah dis1ks4 dengan begitu kejamnya. Dia tahu betul bagaimana rasanya mengalami ketakutan yang teramat sangat seperti itu. Karena itulah dia bisa memahami perasaan Xiao Liu. Akhirnya Xiang Liu hanya menyentuh leher Xiao Liu untuk menenangkannya.
Xiang Liu yang ternyata bisa berjalan di atas air, lalu menggandeng tangan Xiao Liu dan mengajak Xiao Liu berjalan ke tengah danau, di mana mereka bisa menikmati pemandangan bulan yang indah seolah bulan itu sangat dekat.
"Selama ada pemandangan seperti ini di langit dan bumi, maka hidup akan menjadi berharga," ujar Xiang Liu.
Xiao Liu senang banget bisa berjalan di atas air. Namun bagi Xiao Liu, pemandangan seindah apa pun akan tetap membosankan jika dilihat terlalu lama, kecuali jika ada yang menemaninya, baru itu akan menjadi bermakna. Pemandangan sejatinya hanya benda mati, hanya orang yang bisa memberi makna pada pemandangan.
Dalam perjalanan pulang, Xiao Liu mencoba membujuk Xiao Liu meninggalkan pasukan Chenrong. Dia yakin kalau klan Dewa Chenrong yang sifatnya angkuh itu sebenarnya meremehkan Xiang Liu.
Karena itulah, Xiao Liu mencoba membujuk Xiang Liu untuk beralih memihak Raja Xiyan saja karena cepat atau lambat Raja Xiyan pasti akan mengepung pasukan Chenrong.
Namun bujukannya malah membuat Xiang Liu begitu murka hingga dia langsung menggunakan kekuatannya untuk mengikat seluruh tubuh Xiao Liu yang sontak membuat Xiao Liu terluka dari dalam dan baru mau melepaskannya setelah Xiao Liu memohon ampun padanya.
Begitu tiba di sungai, Xiang Liu langsung melempar Xiao Liu begitu saja dari atas elangnya. Untungnya ada Shi Qi yang setia menunggu sedari tadi dan berhasil menangkapnya.
Dia lalu membawa Xiao Liu pulang dan membuatkannya sup hangat, dan langsung tersenyum lega karena tidak melihat bekas merah itu lagi di leher Xiao Liu.
Xiao Liu menyuruhnya untuk tidak memanjakannya. Takutnya dia jadi terbiasa. Dia harus bagaimana kalau Shi Qi nanti pergi? Namun Shi Qi meyakinkan bahwa dia tidak akan pergi. Xiao Liu jelas masih meragukannya karena mengucap janji itu gampang, menepatinya yang sulit.
Sebelum pergi, Shi Qi meminta Xiao Liu untuk tidak lagi memedulikan Xiang Liu, biar nanti dia sendiri yang menghadapi Xiang Liu. Xiao Liu cuma menanggapinya dengan senyum, padahal dia sendiri juga sudah menemukan cara untuk menghadapi Xiang Liu.
Suatu hari, Xiao Liu mendadak mendapat kabar bahwa tuan tanah mereka yang menguasai hampir seluruh tanah di kota ini, mau menarik semua toko yang berada di dekat sungai, termasuk klinik mereka ini.
Xiao Liu tidak terima, makanya dia kemudian membawa Shi Qi untuk menemui si tuan tanah. Namun tak disangka, mereka justru bertemu dengan seorang wanita yang mengenali Shi Qi.
Wanita itu memanggilnya sebagai 'Tuan Muda' dan langsung memeluk erat kaki Shi Qi saat Shi Qi ingin melarikan diri dan menangis begitu haru karena akhirnya dia menemukan tuan mudanya setelah dia menghilang selama 10 tahun.
Ah! Jadi dia benar-benar tuan muda dari keluarga bangsawan dan dia sebenarnya adalah bosnya si tuan tanah, dan wanita ini adalah pelayan setianya yang bernama Jing Ye. Shi Qi juga punya pelayan wanita satu lagi yang bernama Lan Xiang.
Berhubung Shi Qi sudah menemukan keluarganya, Xiao Liu pun pulang sendirian. Dia tetap tersenyum di hadapan Shi Qi, tapi sebenarnya hatinya sedih karena sekarang dia harus berpisah dengan Shi Qi.
Shi Qi sendiri tidak rela pergi, makanya dia terus kembali membuntuti Xiao Liu dengan masih mengenakan pakaian rakyat jelatanya.
Namun ada yang beda karena Xiao Liu bisa mengendus bau parfum dari bajunya Shi Qi, dan dia tidak suka bau ini. Shi Qi tanpa ragu menyatakan bahwa lain kali bajunya tidak akan diberi wewangian apa pun. Dia masih ingin menjadi Ye Shi Qi, tapi Xiao Liu menolak. Di dunia ini tidak ada yang namanya Ye Shi Qi.
Cang Xuan juga mendapatkan informasi tentang identitas asli Ye Shi Qi. Nama aslinya adalah Tushan Jing dari keluarga bangsawan Tushan. Menurut informasi yang dia terima, ternyata yang menyiksa Tushan Jing adalah kakaknya sendiri yang bernama Tushan Hou.
Selain itu, dia juga mendapat informasi bahwa pasukan Chenrong banyak yang jatuh sakit karena miasma dan banyak pula yang mati. Xiang Liu sekarang ini sedang berusaha mengumpulkan banyak bahan obat.
Cang Xuan yang bertekad menaklukkan Xiang Liu dan pasukan Chenrong, langsung memerintahkan anak buahnya untuk membeli semua bahan obat yang dibutuhkan Xiang Liu. Jika mereka terpojok, maka pasukan Chenrong dan Xiang Liu pasti akan menyerah.
Xiao Liu mengkhawatirkan masa depannya. Semua orang rumahnya adalah manusia yang umurnya pendek. Dia akan tetap panjang umur dan awet muda bahkan setelah semua orang menua dan mati.
Dengan kepergian Shi Qi, Xiao Liu tidak tahu lagi siapa yang akan menemaninya di masa depan.
Kekhawatiran itulah yang membuat hatinya mengeras dan dingin, memutuskan untuk menjauhi Shi Qi untuk melindungi hatinya sendiri dari luka hati yang jauh lebih pedih nantinya.
Namun Tian'er tak setuju. Mengeraskan hati memang bisa melindungi hati dari rasa sakit, tapi juga mengisolasi kebahagiaan. Ucapan Tian'er itulah yang akhirnya membuat Xiao Liu mau bicara lagi pada Shi Qi saat Shi Qi datang lagi.
Dia memperhatikan kali ini Shi Qi benar-benar tidak lagi memakai wewangian sesuai ucapannya kemarin. Xiao Liu lalu memberinya kantong obat yang dia racik sendiri dan Shi Qi dengan senang hati menerimanya.
Dari percakapan mereka, sepertinya keluarganya Shi Qi sangat amat tajir melintir sampai-sampai Shi Qi sendiri tidak pernah menghitung berapa banyak kekayaannya. Wkwkwk!
Xiao Liu jadi bisa menduga kalau masalah Shi Qi yang dis1ks4 dulu pasti karena memperebutkan harta. Karena itulah, Xiao Liu memperingatkannya untuk selalu berhati-hati, terutama orang terdekatnya.
Musuh dalam selimut itu adalah musuh yang paling berbahaya. Terserah bagaimana kebijakan Shi Qi dalam menangani masalah ini. Membiarkan musuh begitu saja dan pura-pura bodoh, atau tebas sampai ke akar-akarnya.
Jangan terlalu berhati lembut. Kalau Shi Qi tidak bisa menang juga tidak masalah. Shi Qi bisa selalu kembali padanya dan membantunya menanam obat. Dia jamin Shi Qi tidak akan kelaparan.
Namun dibandingkan masalah itu, Xiao Liu lebih tertarik ingin mengetahui pendapat Jing tentang kedua pelayannya. Siapa di antara Jing Ye dan Lan Xiang yang paling cantik?
Shi Qi tak menjawab, malah terus menatap Xiao Liu (hanya Xiao Liu yang paling cantik di mata Shi Qi. Pfft!).
Namun suatu hari, Xiao Liu melihat Shi Qi memakai baju bangsawan yang jelas saja membuat mereka seperti memiliki jarak yang begitu jauh, apalagi setelah dia mendengar kisah tentang keluarga Tushan dari Batu Roh Qingshui.
Keluarga Tushan teramat sangat kaya, bahkan raja saja harus bersikap sopan pada mereka. Namun keturunan mereka tidak banyak. Di generasi ini saja cuma ada dua, kakak beradik.
Tuan Muda Kedua Tushan terkenal paling tampan, dan cerdas, dan memiliki kemahiran dalam banyak hal. Dia juga pandai dalam berbisnis. Makanya dia menjadi pria idaman semua wanita di Qingqiu, kota tempat tinggal keluarga Tushan.
Tuan Muda Kedua Tushan begitu terkenal sehingga tidak ada yang mengenal Tuan Muda Pertama. Tuan Muda Kedua Tushan-lah yang akan menjadi Patriark Keluarga Tushan berikutnya.
Akan tetapi yang paling mengejutkan Xiao Liu adalah Tuan Muda Kedua Thushan ternyata sudah punya tunangan, nona muda dari kelurga bangsawan Fangfeng. Nona muda yang terkenal cantik dan mahir memanah.
Namun saat mereka tengah mempersiapkan pernikahan, Tuan Muda Kedua Tushan tiba-tiba menghilang. Xiao Liu tetap berusaha menutup kesedihan hatinya dengan senyuman dan berbincang dengan Shi Qi dengan nada yang seperti biasanya, dan tanya siapa sebenarnya nama asli Shi Qi. Dia tidak berani lagi memanggilnya Shi Qi sekarang, takutnya dia dipanah sama istrinya Shi Qi.
"Tushan Jing," jawab Shi Qi, ah bukan, Tushan Jing.
Namun saat Xiao Liu menanyakan nama istrinya, Jing benar-benar tak mampu menjawabnya. Mengeraskan hatinya, Xiao Liu hanya meminta Jing untuk membalas jasanya selama 6 tahun ini dengan cara membebaskan uang sewa kliniknya selama 6 tahun.
"Mulai sekarang, kita tidak berutang pada satu sama lain," ujar Xiao Liu lalu pergi.
Cang Xuan yang sedari tadi diam saja menonton mereka kayak nonton drama seru sambil ngemil kuaci, akhirnya angkat bicara dan mengingatkan Jing bahwa kemarahan Xiao Liu padanya itu sangat wajar karena Jing merahasiakan identitas aslinya padahal Xiao Liu sudah sangat berjasa menyelamatkannya. Nanti kalau amarah Xiao Liu sudah mereda, Jing sebaiknya meminta maaf padanya dengan tulus.
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam