Sinopsis New Life Begins Episode 24

Para wanita sedang berkumpul di restoran, merayakan tahun baru bersama sembari meminum minuman pemberian Hao Jia. Bukan cuma memberi minuman dalam jumlah banyak, Hao Jia juga menulis surat yang mengatakan bahwa Yin Song sangat baik padanya.

Tapi Jing tak percaya kalau pria itu bersikap baik pada Hao Jia. Buktinya mereka mereka cuma pernah dizinkan bertemu dengan Hao Jia satu kali setelah memohon beberapa kali. Biarpun Hao Jia kelihatannya baik-baik saja, tapi siapa yang tahu apa yang sebenarnya disembunyikan mereka.

Yuan Ying dan Li Wei merasa kalau Yin Song mungkin saja memang baik pada Hao Jia saat ini karena dia sangat mengharapkan keturunan, dia bahkan berkoar-koar mengumumkan pada seluruh penjuru istana bahwa dia akan memiliki putra. Tapi entah bagaimana sikap pria itu setelah bayinya Hao Jia lahir nantinya.

Mengalihkan topik, Yuan Ying mengumumkan bahwa pendapatan semua toko mereka yang tergabung dalam Asosiasi Bisnis Wanita, cukup bagus. Sepertinya Asosiasi Bisnis Wanita mereka bisa berhasil. Yuan Ying jadi punya ide untuk mengajak Hao Jia bergabung juga nanti.

Errr... tapi... ada satu pria yang ingin sekali bergabung ke dalam bisnis mereka. Siapa lagi kalau bukan Yin An yang sedari tadi diam di belakang, menunggu kesempatan untuk bicara.

Dia ingin menawarkan restorannya yang berada di seberang itu untuk mereka secara cuma-cuma, tapi tentu saja tidak ada yang percaya kalau dia sebaik itu. Yin An meyakinkan kalau dia serius dan sungguh-sungguh. Syaratnya, dia cuma ingin bergabung ke dalam bisnis mereka biar ikut mendapatkan keuntungan bagi hasil. (Pfft! Apanya yang cuma-cuma?)

Yuan Ying, Li Wei dan Jing setuju dengan ide itu. Tapi Hai Tang dan para gadis istilah matahari tidak semudah itu menyetujuinya. Yin An harus dihukum dulu dan menyesali perbuatannya. Yin An setuju.

Jadilah Hai Tang dan para gadis istilah matahari menghukum Yin An dengan cara melakukan semua permainan yang pernah Yin An mainkan pada mereka dulu. Menahan tumpukan uang koin di bahu, menggunakan kertas untuk mengukur pinggang, dan Yin An gagal melakukan semuanya. 

Jadi sekarang mereka menuntut Yin An untuk diet makan sayur doang selama sebulan biar kurus. Menyadari semua permainan ini ternyata sangat menyiksa, Yin An akhirnya benar-benar menyesali perbuatannya pada mereka selama ini.

Hai Tang akhirnya memutuskan untuk tidak buat perhitungan lagi dengannya. Mengira sudah berhasil menaklukkan mereka, Yin An sontak memanfaatkan kesempatan ini untuk membujuk mereka makan bersama lagi dengannya seperti dulu. Hai Tang cs menyetujuinya tapi dengan syarat, Yin An harus masak sendiri. Kalau masakannya tidak enak, wajib masak ulang. (Pfft!)

Yin Song memaksa Hao Jia untuk melakukan ritual penentuan gender bayi dengan si dukun kepercayaan Yin Song. Ritualnya jelas-jelas cukup menyiksa karena Hao Jia harus menghirup banyak asap dupa. Bahkan yang tidak sedang hamil pun tersiksa oleh bau dan asapnya yang menyengat.

Ada sebuah lonceng diikat ke perutnya. Menurut si dukun, jika loncengnya jatuh, maka bayinya laki-laki. Namun jika tidak terjatuh, maka bayinya perempuan. Dan berhubung loncengnya tidak jatuh, si dukun memutuskan kalau bayinya Hao Jia sudah pasti perempuan (Dukunnya terlalu sakti apa ngibul?). 

Yin Song langsung percaya begitu saja dan jadi kesal karenanya, dia bahkan langsung pergi sambil mengutuki Hao Jia. Bahkan Fang Ru pun jadi kasihan pada Hao Jia, tapi dia juga tidak tahu bagaimana harus membantunya.

Li Wei dan Yuan Ying terus berusaha mengirim surat ke kediaman Yin Song, meminta bertemu Hao Jia. Tapi sayangnya, surat mereka hanya dibalas bahwa Hao Jia baik-baik saja. Li Wei jelas sulit percaya dan jadi semakin cemas karenanya.

Untungnya ada Yin Zheng yang membantunya bicara pada Nyonya He. Akhirnya Li Wei pun bisa mendatangi rumahnya Yin Song dengan menggunakan nama Nyonya He, dan sontak cemas saat mendapati Hao Jia sedang menangis.

Hao Jia benar-benar senang dan terharu bisa bertemu dengan Li Wei lagi, tapi dia berakting kalau dia baik-baik saja. Sayangnya Yin Song mendadak pulang dan jelas tak senang melihat Li Wei dan langsung mengusirnya.

Begitu Li Wei pergi, Yin Song mendadak sok romantis membelai Hao Jia dan dengan antusias memberitahu Hao Jia bahwa si dukun punya cara agar Hao Jia melahirkan anak laki-laki (Pfft! Nih orang beneran bodoh ya)

Li Wei jadi semakin mencemaskan Hao Jia dan marah pada Yin Song hingga dia melampiaskan emosinya dengan mencangkul tanah kebunnya seharian. Dia mengaku pada Yin Zheng bahwa waktu itu dia dan yang lain berencana membantu Hao Jia kabur karena Yin Song memukulnya dan mengurungnya setiap hari dan sekarang Hao Jia menangis setiap hari.

Mendengar itu, Su Shen jadi ingat masa lalu Nyonya He. Dulu Nyonya He juga selalu menangis setiap hari setelah melahirkan Yin Zheng sampai Yin Zheng harus dikirim ke kamar pelayan. Dia jadi khawatir kalau Hao Jia juga mengalami apa yang pernah dialami Nyonya He dulu. 

Yin Zheng pun jadi khawatir dan akhirnya memutuskan untuk membantu Li Wei mencarikan tabib istana untuk dikirim ke kediaman Yin Song. Tapi Li Wei harus putar otak sendiri tentang bagaimana cara menyelundupkan tabib istana ke sana.

Maka kemudian Li Wei mendatangi kediaman Yin Song lagi, kali ini dia beralasan kalau dia hanya membawakan sayuran hasil kebunnya padahal sebenarnya pelayan yang mendorong gerobak sayur itu adalah tabib istana yang menyamar. 

Awalnya dia kesulitan karena para pengawal yang menghadangnya. Namun untungnya pelayannya Fang Ru datang untuk menjemputnya masuk. Biarpun Fang Ru iri pada Hao Jia yang bisa hamil, namun dia tetap bersimpati padanya. Fang Ru selalu menyukai anak kecil, tapi sayangnya dia tidak bisa hamil selama bertahun-tahun. Karena itulah, dia tetap ingin melakukan segala cara untuk membantu Hao Jia dan bayinya.

Tapi mereka tidak bisa langsung masuk karena saat itu, Yin Song sedang memaksa Hao Jia dengan gaya sok romantisnya untuk memakan jeruk. Hao Jia berusaha menolak karena dia tidak suka makanan asam, tapi Yin Song tak peduli dan terus memaksanya sampai dia puas.

Untungnya dia cepat pergi dan seketika itu pula Hao Jia langsung memuntahkan semua jeruk tadi. Li Wei dan Tabib Istana pun akhirnya bisa masuk. Kondisi Hao Jia benar-benar semakin memprihatinkan karena ternyata si dukun menyuruh Yin Song untuk menyalakan dupa khusus sepanjang hari, dupa yang diyakini bisa mengubah jenis kelaminn janinnya Hao Jia jadi bayi laki-laki. Dan dia sama sekali tidak peduli biarpun Hao Jia merasa tak nyaman dengan itu.

Menurut diagnosa Tabib Istana, Hao Jia mengalami depresi kehamilan yang disebabkan berbagai tekanan batin yang dialaminya terus menerus padahal ibu hamil harus selalu senang dan rutin bergerak, tapi Hao Jia malah terus dikurung di kamar sempit seperti ini, bahkan harus bakar dupa seharian yang jelas bisa sangat memengaruhi mentalnya dan kondisi fisiknya.

Hao Jia benar- benar frustasi dengan hidupnya sendiri. Seumur hidupnya dia selalu menderita sebagai anak selir, bahkan setelah menikah pun dia sangat menderita, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan siapa pun karena semua ini adalah pilihannya sendiri.

Tapi dia tidak mau anaknya mengalami penderitaan yang dia alami. Dia begitu putus asa hingga tiba-tiba saja dia punya pikiran buruk untuk mengakhiri penderitaan hidupnya dengan mati.

Li Wei jadi semakin khawatir sehingga kemudian, dia dan Yuan Ying mengumpulkan teman-teman mereka untuk mendiskusikan rencana membantu Hao Jia kabur. Segalanya harus direncanakan dengan baik.

Jika Yin Song curiga dan mencari Hao Jia, maka sasaran pertama Yin Song sudah pasti adalah rumah keluarganya Li Wei di Jichuan. Jadi mereka harus mencari tempat lain yang lebih aman untuk menyembunyikan Hao Jia.

Para gadis matahari sontak mendukung penuh rencana itu, dan bersedia memberikan segala bantuan yang bisa mereka berikan untuk Hao Jia. Jing juga pastinya tidak mau tinggal diam dengan menyediakan lencana Danchuan agar Hao Jia bisa menggunakannya untuk meminta bantuan Danchuan jika dia mengalami kesulitan. 

Bahkan kali ini, Si Si juga turut membantu menyediakan perbekalan untuk Hao Jia dan menawarkan kampung halamannya di Yingchuan sebagai tempat persembunyian Hao Jia. Sebagian besar tanah di Yingchuan adalah milik keluarganya Si Si, jadi Hao Jia bisa bersembunyi di mana saja, sangat luas.

Li Wei benar-benar berterima kasih atas bantuan semua orang. Tapi dia sadar betul apa akibat rencana ini bagi dirinya dan Yin Zheng. Karena itulah, malam harinya, Li Wei bertekad melindungi Yin Zheng dan dengan berat hati meminta Yin Zheng untuk menulis surat cerai untuknya agar Yin Zheng tidak turut terlibat.

Li Wei hampir menangis saat Yin Zheng menulis kata pertamanya. Tapi yang tak disangkanya, Yin Zheng ternyata menulis 'Jangan Mimpi'. Aww! Yin Zheng membebaskan Li Wei untuk melakukan apa pun yang ingin Li Wei lakukan. Tapi dia menolak melepaskan Li Wei apa pun yang terjadi.

Li Wei begitu terharu hingga dia langsung memeluk Yin Zheng erat, "terima kasih. Aku hanya merasa, kau sendiri sudah kesulitan. Jika terjadi sesuatu karena aku, aku akan sangat merasa bersalah."

"Jangan takut dengan apa pun. Ada aku."

Akhirnya Li Wei berhasil menyelundupkan Hao Jia keluar dari kediaman Yin Song, dia bahkan menjemput ibunya Hao Jia yang sekarang sudah menunggu di kereta kuda agar ibu dan anak itu bisa kabur bersama.

Hao Jia hampir saja senang bisa bertemu kembali dengan ibunya. Tapi... ternyata menjemput ibunya Hao Jia adalah kesalahan besar. Dia datang bukan untuk membantu putrinya kabur, melainkan memelas pada Hao Jia untuk tetap bertahan di sana demi keluarga mereka karena Ibu takut Yin Song akan mencelakai keluarga mereka jika Hao Jia kabur. (Hadeh! Ibu macam apa dia? Sudah tahu putrinya tersiksa, malah memaksa putrinya untuk kembali ke penyiksanya. Dia cuma mikirin dirinya sendiri) 

Terpaksalah Hao Jia harus kembali ke kediaman Yin Song demi ibu dan keluarganya yang egois itu. Dia bahkan sudah semakin putus asa sehingga satu-satunya pikirannya hanya mati.

Li Wei dan yang lain jelas kecewa dengan perubahan situasi ini. Tapi tak ada yang bisa mereka lakukan. Bagaimana pun, posisi Hao Jia memang lemah sejak awal. Dia tumbuh dan dididik hanya untuk menyenangkan orang lain tanpa ada dukungan dari keluarganya sendiri. Maka satu-satunya yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah menjadi pendukung dan keluarganya Hao Jia.

Suatu hari, akhirnya tibalah saat bagi Hao Jia melahirkan. Dia sangat kesakitan karena bayinya terlalu besar (gara-gara dipaksa minum suplemen terus). 

Bidan butuh bantuan tabib istana untuk melakukan akupuntur untuk mengatasi sakitnya Hao Jia, tapi Yin Song itu malah tidak peduli dan melarang akupuntur dengan alasan akupuntur bisa membahayakan janin. Bah! 

Dia bahkan hanya mau peduli jika Hao Jia melahirkan anak laki-laki. Bahkan Yin Jun yang kebetulan ada di sana saja sampai ngeri dengan kekejaman Yin Song pada selirnya sendiri.

Hao Jia benar-benar tidak kuat lagi hingga dia meminta Fang Ru untuk menjaga anaknya kalau dia mati. Tapi Fang Ru menolak dan mengancam akan menyiksa anaknya Hao Jia kalau Hao Jia berani mati. Pokoknya Hao Jia harus bertahan hidup. Hao Jia dan bayinya harus hidup.

Karena itulah, Fang Ru akhirnya memutuskan untuk mengabaikan dan melawan perintah Yin Song dan memerintahkan bidan untuk meredakan sakitnya Hao Jia dengan cara apa pun.

Li Wei dan Yuan Ying seharian hanya bisa menunggu di luar karena para pengawalnya Yin Song yang menghalangi dan mengancam mereka. Untungnya malam harinya, pelayannya Hao Jia akhirnya keluar menemui mereka dan mengabarkan bahwa Hao Jia sudah berhasil melahirkan seorang bayi perempuan dengan selamat. Ibu dan bayi selamat.

Yin Song jelas tidak senang, dia bahkan tidak mau melihat bayinya sendiri, membuat Hao Jia jadi semakin benci padanya. 

Bayi itu sekarang sudah tidur dengan tenang dalam gendongan Fang Ru. Hao Jia sudah memutuskan untuk memberinya nama panggilan Cangle, sedangkan nama resminya adalah Hao Yue.

Pelayannya kurang setuju dengan nama itu, masa namanya Yin Hao Yue? Yin Song pasti tidak senang karena Hao Jia memasukkan nama marganya sendiri ke dalam nama bayi ini.

Hao Jia meralat. Nama bayi ini bukan Yin Hao Yue, melainkan Hao Yue saja. Nama marga anak ini ikut ibunya, bukan ayahnya.

Bersambung ke episode 25

Post a Comment

0 Comments