Semua orang sudah berkumpul saat Ferit dan Seyran turun tak lama kemudian. Saat Fuat menggoda mereka karena mereka datangnya telat, Ferit dengan nakalnya mengklaim bahwa itu karena Seyran tidak mau turun dari ranjang. Pfft! Seyran sampai jadi canggung karenanya dan buru-buru meyakinkan semua orang kalau Ferit cuma bercanda.
Halis Aga tidak marah saat Seyran tidak ikutan makan sarapan, dia mengerti kalau itu karena Seyran sudah terbiasa tidak sarapan, tapi nantinya Seyran pasti bisa membiasakan diri dengan tradisi keluarga ini.
Usai sarapan, semua orang berkumpul di ruang keluarga dengan Latif membawakan beberapa kotak hadiah. Semua itu adalah hadiah-hadiah dari semua anggota Keluarga Korhan untuk menyambut Seyran ke dalam keluarga mereka.
Hadiah dari Halis Aga adalah sebuah cincin yang merupakan warisan turun temurun dari mendiang neneknya. Cincin yang menyimpan banyak sekali kenangan bahagia sekaligus sedih... "kupercayakan cincin ini kepadamu. Selamat datang di keluarga kami," ujar Halis Aga.
Seyran benar-benar terharu dengan kebaikan dan keramahan semua orang terhadapnya, "terima kasih banyak."
Halis Aga langsung pamit setelahnya, tapi terlabih dulu dia menginstruksikan para menantunya untuk menjaga dan mengajari Seyran tentang segala hal tentang rumah ini.
Ifakat memberinya hadiah berupa satu set perhiasan mewah, Fuat dan istri juga memberinya satu set perhiasan mewah, Gulguen memberinya sebuah bros mewah yang persis dengan bros yang dia berikan pada Asuman dulu karena ini adalah harta keluarga. Sedangkan Orhan memberinya hadiah berupa mobil baru yang kontan membuat Ferit iri, dia juga mau mobil baru.
Seyran begitu terharu hingga matanya berkaca-kaca, "semua ini adalah barang-barang berharga, tapi yang paling berharga adalah kebaikan kalian. Terima kasih banyak."
"Simpan semuanya dengan baik. Lindungi semuanya bagai permata hatimu. Kalau sampai terjadi sesuatu, kau akan sedih nantinya," nasehat Ferit dengan gaya sok bijaknya.
"Tentu saja, aku akan sangat berhati-hati."
"Ferit!"
"Tidak usah dengarkan dia, nak. Ferit cuma bercanda. Kartu kredit dan rekeningmu akan segera aktif."
Seyran masih senyam-senyum bahagia saat mereka kembali ke kamar tak lama kemudian. Ferit jadi tambah getol menggodainya, mengira Seyran pasti sedang berbunga-bunga karena semua barang-barang mewah yang diterimanya barusan.
Hadeh! Nih anak! Jelas saja Seyran langsung kesal menegaskan bahwa dia bahagia karena kebaikan semua orang terhadapnya dan bukan karena barang-barang mewah itu. Bagaimana dengan Ferit?
"Hanya kepadaku kau menunjukkan wajah aslimu. Aku mau pergi ke gym, mungkin akan bertemu pelo juga. Apa kau bisa tinggal di kamar sendirian tanpa aku?" goda Ferit.
"Pergi sana."
"Baiklah, sampai jumpa," Ferit mendadak nakal ingin menciumnya tapi Seyran sigap menghindar. Ya sudahlah, bye.
Asuman yang melihat Ferit meninggalkan istrinya sendirian di hari pertamanya di rumah ini, jelas tidak senang dengan sikap adik iparnya itu. Maka dia langsung pergi menemui Seyran dan mengajaknya ngobrol.
Asuman mengerti betul bagaimana perasaan Seyran sekarang. Dulu juga dia begitu. Kota baru, lingkungan baru, dan terutama, keluarga baru. Memang rasanya berat dan tidak terbiasa pada awalnya, tapi seiring berjalannya waktu, Seyran pasti akan terbiasa dan segalanya akan menjadi lebih mudah.
"Kuharap begitu. Terima kasih, Asuman. Aku sangat takut sendirian."
Momen mereka mendadak tersela oleh kedatangan Latif karena Latif mendapat perintah dari Halis Aga untuk mengajak Seyran keliling rumah dan berkenalan dengan semua orang.
Latif mengajak Seyran ke dapur untuk berkenalan dengan para pelayan di mansion ini. Karena dia majikan baru, jadi mereka semua masih agak canggung padanya, namun sambutan paling buruk adalah Sultan.
Saat Seyran mencoba beramah tamah sama anaknya Sultan yang masih kecil dengan mengajaknya ngobrol, Sultan dengan ketus memberitahu Seyran bahwa anaknya ini bisu. Dia baru jaga sikap saat latif menegurnya.
Di gym, lagi-lagi ada cewek yang naksir sama Ferit dan langsung blak-blakan menggodanya dengan pura-pura teleponnya hilang lalu meminjam HP-nya Ferit untuk menelepon nomornya. Ya, pastinya, dia melakukannya hanya untuk mendapatkan nomornya Ferit. Ferit menurutinya saja dengan ramah, namun kali ini dia tidak tergoda dan langsung memblokir nomor gadis asing itu.
Setelah berkenalan dengan para pelayan, Latif mengantarkan Seyran ke kamarnya Ifakat yang ingin memberitahunya tentang aturan rumah ini. Aturan pertama dan utama di rumah ini: Halis Aga adalah segalanya, Seyran tidak boleh melawannya. Kedua: Semua orang harus berkumpul di jam makan untuk makan bersama, kecuali jika sakit, baru boleh dilewatkan.
Ketiga: Tidak boleh ada teriakan terdengar di rumah ini, segala sesuatu yang terjadi di dalam rumah ini, tidak boleh sampai keluar dari rumah ini.
Seyran juga tidak boleh keluar rumah sembarangan karena bisa saja ada orang atau awak media yang memotretnya.
Para pelayan di rumah ini sangat berharga, tapi tetap saja mereka harus menjaga batasan-batasan antara majikan dan pelayan. Kalau Seyran punya masalah apa pun, Seyran boleh datang padanya, Ifakat akan dengan senang hati membantunya.
"Dan yang paling penting, namamu sekarang adalah Seyran Korhan. Nama belakangmu adalah yang paling utama, setelah itu baru nama depanmu. Jangan lupa itu. Bersikaplah yang sepantasnya, itu saja cukup."
Fuih! Aturan yang sangat ketat, rasanya pasti sumpek di sana. Usai mendengarkan nasehat-nasehat Ifakat, Seyran membuka balkon rumah ini, menikmati pemandangan laut yang indah yang berhadapan langsung dengan rumah ini.
Tiba-tiba dia mendengar anak balitanya Sultan (yang namanya Ferit juga) sedang bermain sepak bola sama ayahnya. Tapi kemudian Ferit kecil terjatuh dan terluka dan ayahnya santai saja meninggalkannya ke penjagaan Seyran untuk mengambil obat di dapur.
Tapi begitu Sultan mendengar anaknya bersama Seyran, dia sontak kesal dan langsung keluar dan menarik Ferit kecil dari Seyran, padahal saat itu Seyran sedang bermain gembira dan memeluk sayang anak itu. Sultan bahkan dengan ketus menegaskan pada Seyran untuk tidak dekat-dekat dengan anaknya.
Tepat saat dia mengucap semua itu, Ferit baru pulang, dan jelas tidak terima dengan sikap tidak sopan Sultan pada istrinya.
Saat itu pula Ferit dengan penuh ketegasan memperingatkan Sultan, "Seyran tidak ada bedanya dengan semua anggota keluarga yang lain. Sebagaimana kau memperlakukan anggota keluarga yang lain, seperti itu pula kau harus memperlakukan Seyran."
(Biarpun dia playboy dan rada brengsek, tapi baguslah dia masih ingat untuk tetap menjaga harga diri istrinya, terutama di hadapan pelayan)
Tapi Seyran yang sama sekali tidak mengerti dengan alasan Sultan berlaku seperti itu padanya, mengira kalau Sultan cuma mengkhawatirkan anaknya, makanya dia kurang setuju dengan sikap Ferit terhadap Sultan tadi dan menuduh Ferit egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain.
Yang tak disangkanya, Ferit ternyata keluar bukan cuma untuk nge-gym, tapi juga membelikannya ponsel baru. Seyran begitu tercengang hingga dia jadi tidak enak hati atas sikapnya pada Ferit barusan.
Di tempat lain, Halis Aga menemui seorang ahli pengrajin perhiasan bertangan satu di sebuah lingkungan kumuh. Dari interaksi mereka, jelas mereka teman akrab dan saling menghormati satu sama lain.
Tujuan kedatangannya ini adalah untuk membicarakan Ferit. Tadi pagi saat dia melihat Ferit keluar sendirian tanpa istrinya, itu membuat Halis Aga khawatir, menyadari bahwa pernikahan sekalipun belum bisa mengubah Ferit.
Si pengrajin perhiasan langsung paham apa yang Halis Aga mau, Halis Aga ingin dia mengajari Ferit bekerja, atau lebih tepatnya, mengajari Ferit untuk menjadi dewasa, sekaligus untuk menguji dan mengetahui minat dan bakat Ferit dalam bisnis perhiasan. Hali Aga membenarkan, tidak masalah biarpun Ferit harus bekerja jadi buruh di sini. Si pengrajin perhiasan setuju.
Saat Ferit keluar dari kamar mandi tak lama kemudian, dia mendapati Seyran sedang berusaha menelepon kakaknya tapi tidak diangkat. Seperti biasanya, Ferit dengan nakalnya menggoda Seyran dengan copot handuk di hadapannya, sudah pakai celana sih, tapi tetap saja Seyran langsung heboh memprotesnya,.
Ferit heran sama Seyran, soalnya sejak mereka tiba di Istanbul kemarin, dia belum pernah melihat Seyran mandi. Ah! Seyran juga baru ingat dan baru sadar kalau rambutnya bau.
Di Gaziantep, mak comblang akhirnya datang ke rumah keluarga Kazim. Tapi sayangnya, dia bukannya membawa berita baik, malah membawa berita buruk tentang Suna... karena sekarang beredar gosip buruk yang mencoreng reputasi Suna.
Bukan hanya karena Suna dilangkahi adiknya yang menikah duluan, tapi fakta karena beberapa hari yang lalu ada seorang pria yang selalu muncul di depan rumah keluarga Kazim, mereka jadi mengira kalau Suna punya affair sama pria itu. (Padahal pria yang mereka gosipkan itu adalah Yusuf)
Pastinya, lidah para penggosip itu biasanya sangat tajam dan pintar memutarbalikkan fakta berdasarkan pemikiran mereka sendiri, makanya para pria yang sedang mencari jodoh, mempercayai gosip itu dan menolak dijodohkan sama Suna.
Satu-satunya jalan keluar menurut mak comblang adalah dengan cara
menikahkan Suna sesegera mungkin dengan siapa pun yang mau sama Suna.
Dan jelas saja saat Kazim mendengar kabar tak mengenakkan itu, dia sangat amat murka hingga dia langsung menghajar Suna tanpa ampun dan tidak ada seorang pun di keluarga itu yang bisa menolongnya.
Bersambung ke part 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam