Sinopsis The Kinnaree Conspiracy episode 3 - Part 2

Pudsorn dan seluruh keluarganya berkumpul bersama untuk mendiskusikan perintah In. Mee menyarankannya untuk mengulur waktu saja dan bersembunyi dari In. Tapi Pudsorn jelas tidak mau, lagian mau sampai kapan dia harus bersembunyi? Dia tidak akan bersembunyi terlalu lama. Ibunya Pudsorn dan Ibunya Mee dengan bijak meyakinkan Pudsorn bahwa mereka berdua akan mendukung sepenuhnya apa pun keputusan Pudsorn.

Saat tengah berdoa memohon petunjuk, Pudsorn tiba-tiba teringat ajaran mendiang ayahnya saat dia masih kecil dulu, saat ayahnya mewariskan ilmu medisnya kepadanya. Ayahnya berkata bahwa dia harus selalu menjaga kehormatan dan martabatnya sebagai seorang dokter.

Pasien akan mempercayakan diagnosis penyakit mereka sepenuhnya pada dokter. Karena itulah, Pudsorn harus memikirkan segalanya dengan hati-hati sebelum dia bicara. Dia harus selalu meletakkan kejujuran di atas segalanya.

"Seorang dokter harus melakukan apa yang benar. Ingatlah kata-kata ayah, Mae Pudsorn. Orang mati tidak bisa bicara, tapi dokter bisa bicara untuk mereka."


Ingatan itu kontan membuat Pudsorn memutuskan untuk mulai percaya diri untuk terang-terangan merawat pasiennya secara terbuka tanpa sembunyi-sembunyi lagi. 

Dan kata-kata ayahnya itu pula yang membuat Pudsorn akhirnya mantap untuk tetap membantu investigasi kasus ini. Orang mati tidak bisa bicara, maka dia sebagai seorang dokter lah yang bisa bicara dan menegakkan keadilan untuk korban.

Saat Robaire datang keesokan harinya membawakan barang bukti kain baju perempuan yang dipakai di jasad Kapten Jean, Pudsorn dengan mantap memberitahu Robaire bahwa dia akan berusaha membantu investigasi kasus sebisanya.

In juga datang tak lama kemudian, dia memang tahu tentang kedatangan Robaire dari pengamatan para mata-matanya. Itu membuatnya cemas, makanya dia bergegas mendatangi rumah Pudsorn. Robaire pun pamit, tak lupa mengundang mereka berdua untuk menghadiri pemakaman Kapten Jean besok siang.

Jelas saja In tidak senang dengan keputusan Pudsorn dan menuduhnya membela pihak Perancis. Pudsorn meralat, dia tidak memihak siapa pun, tapi dia seorang dokter, dia tidak bisa lepas tangan begitu saja dan pura-pura tidak tahu apa-apa.

Dia sama sekali tidak mengerti dengan ketakutan mereka, pelakunya kan bisa siapa saja, mungkin orang Siam, mungkin orang bule, mungkin orang Cina, India, atau yang lainnya. Kalaupun Wichayen memfitnah orang Siam sebagai pelakunya, maka itu adalah tugas In untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Kenapa juga In begitu khawatir kalau Wichayen akan memfitnah orang Siam.

In jadi semakin berapi-api mendengarnya. Jelas dia khawatir. Bagaimana kalau pelakunya memang orang Siam? Pada malam kematian Kapten Jean, ada seorang tahanan bernama Jan yang kabur. Orang itu ada dendam kesumat pada Kapten Jean. Karena itulah sekarang ini, hanya Jan satu-satunya tersangka utama, dan dia orang Siam.

Masalah makin runyam saat kemudian In dipanggil menghadap Yommaraj yang mengabarkan bahwa mereka sudah keduluan Wichayen yang berhasil mengabarkan kasus ini pada Raja mendahului Petracha. Wichayen bahkan bilang pada Raja bahwa tersangkanya kemungkinan orang Siam. 

Raja jadi khawatir, makanya beliau menunjuk perwakilan dari dua negara untuk bersama-sama menyelidiki kasus ini. Dari pihak Ayutthaya, Raja menunjuk In. Sedangkan dari pihak perancis, Raja menunjuk Robaire. 

Tapi Robaire meminta pada Raja untuk menunjuk Pudsorn untuk membantu investigasi kasus ini. Yommaraj menegaskan agar mereka bisa sesegera mungkin menutup kasus ini dan jangan biarkan orang Siam diputuskan sebagai pelakunya.

Dia juga memperingatkan mereka untuk tidak mempercayai Robaire karena bagaimana pun, dia adalah orang Perancis. Tuannya Robaire yang sebelumnya sudah kembali ke negaranya, mungkin saja sekarang Robaire melayani Wichayen.

 Mereka harus segera menangkap Jan dan membawanya ke hadapannya. Jangan sampai pihak Perancis tahu tentang Jan yang kabur dari penjara untuk balas dendam pada Kapten Jean.

Jadilah Pudsorn, In dan Robaire mulai bekerja sama secara resmi menyelidiki kasus ini dan saling berbagi informasi. Pudsorn menyimpulkan bahwa luka tusukan itu pastilah dilakukan dari jarak dekat.

Dan fakta bahwa tidak ada tanda-tanda perlawanan, In dengan penuh semangat meyakini kalau orang yang menusuk Kapten Jean mungkin adalah seseorang yang kenal dekat dengan Kapten Jean, berusaha menggiring opini bahwa pelaku tidak mungkin orang Siam.

Karena statusnya Kapten Jean, tidak mungkin sembarang orang bisa berdiri dekat dengan dengannya. Karena itulah, In yakin kalau si penusuk ini mungkin sesama pedagang, atau seseorang yang memiliki status sosial yang sama dengan Kapten Jean, atau mungkin juga orang sebangsanya.

Tentang kemungkinan Kapten Jean diracun, Pudsorn sudah menyerahkan sampel darah Kapten Jean pada Romo Laneau yang nantinya akan diberikan pada Dokter Paumart yang bisa mengecek ada tidaknya kandungan racun dalam darah itu, masalahnya, mereka masih harus menunggu Dokter Paumart kembali dari Kerajaan Lavo.

Mereka lalu bekerja sama mempraktekkan beberapa jenis senjata dan menusukkannya pada selembar daging untuk menentukan senjata jenis apa yang dipakai si pelaku. Beberapa jenis pisau tidak sama bentuk tusukannya... hingga akhirnya mereka menemukan dua bentuk tusukan yang mirip dengan yang ada di tubuh korban. 

Yang membingungkan, yang satu berasal dari tusukan pisaunya orang bule, tapi yang satunya lagi berasal dari tusukan sebuah keris kecil. Tapi setelah memperhatikannya dengan seksama, Pudsorn menyimpulan bahwa yang paling mirip adalah tusukan keris kecil. (Waduh! Masa pelakunya orang Siam?)

      

Sedangkan tentang kain baju perempuan itu, awalnya, In, Robaire dan Pudsorn menduga kalau kain baju perempuan itu mungkin dipakaikan oleh si pembunuh sebagai hinaan untuk Kapten Jean karena mungkin si pembunuh dendam kesumat pada Kapten Jean, atau mungkin, untuk membuat orang berpikir kalau Kapten Jean itu g*y.

Tapi saat Pudsorn memperhatikan kain itu lebih detil, dia menyadari ukuran panjang kain itu jauh lebih panjang dari ukuran kain baju perempuan Siam pada umumnya, seolah kain baju perempuan itu didesain secara khusus biar pas di tubuh Kapten Jean. Aneh sekali. Masa kain baju perempuan itu milik Kapten Jean sendiri? Masa dia g*y? Tapi dia kan punya istri?

In pun mengutus Saen untuk mencari toko yang menjual kain itu agar mereka bisa mengetahui siapa pembeli kain itu. Tapi dari hasil penyelidikan Saen, tidak ada satu pun toko lokal yang menjual kain ini karena kain ini adalah kain berkualitas tinggi.

Para pedagang yang Saen tanyai, sepakat bahwa kain ini adalah jenis kain sutra Cina, hanya orang-orang elit dan bangsawan yang mampu membelinya. Berarti sekarang mereka bisa mempersempit ruang lingkup pencarian tersangka, yaitu orang-orang elit dan bangsawan.

Keesokan harinya, kliniknya Pudsorn akhirnya ramai lagi, tapi sekarang para pasien tidak mencari Mee lagi karena mereka sudah tahu kalau Pudsorn lah dokter yang sebenarnya. Mee lega, jadi sekarang dia tidak perlu lagi pura-pura jadi dokter.

Siang harinya, Pudsorn dijemput In untuk bersama-sama menghadiri pemakaman Kapten Jean. Begitu bertemu, In dan Robaire langsung saling tersenyum dan ngobrol dalam Bahasa Perancis dengan akrab, tapi sontak membuat In jadi panas hingga dia dengan kasarnya menegaskan pada Pudsorn untuk tidak senyam-senyum gaje pada bule karena itu tidak sesuai adat istiadat mereka.

Awalnya segalanya tampak berjalan normal seperti pemakaman Katolik biasa, tapi kemudian Pudsorn melihat kedatangan seorang wanita muda cantik, entah siapa dia, tapi sepertinya wanita itu bukan orang biasa.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments