Lebih anehnya lagi, walaupun kesedihan Madame Clara tampak tulus dan dia juga mengklaim kalau dia sangat amat mencintai suaminya, namun saat In meminta melihat-lihat rumahnya untuk mencari bukti yang bisa membantu investigasi kasus, Madame Clara tampak jelas agak gugup.
Namun tentu saja dia mengizinkan In melakukannya, kalau tidak kan pasti akan mencurigakan. Bahkan pelayannya Madame Clara yang menemani mereka melihat-lihat ruang kerja Kapten Jean, tampak tegang dan mencurigakan.
Hal paling aneh adalah saat In dan Robaire memeriksa kamar tidur, mereka mendapati beberapa barang hadiah dari Kapten Jean, justru disimpan di dalam koper. Jelas itu aneh bagi mereka karena jika semua hadiah pemberian suaminya itu sangat berharga dan berarti baginya, lalu kenapa malah disimpan di dalam koper kayak barang tidak penting?
Pudsorn tidak sependapat dengan kedua pria, menurutnya semua hadiah itu disimpan di sana pasti supaya tidak cepat rusak karena semua itu benda berharga. Ada beberapa orang yang seperti itu.
Kedua pria tidak setuju. Jika semua itu benda berharga, bukankah seharusnya Madame Clara memakainya? In sinis mengklaim bahwa orang-orang yang menyimpan hadiah berharga di dalam koper adalah orang-orang yang tidak menghargai pemberian orang lain.
In sepertinya pernah mengenal mendiang ayahnya Pudsorn dan informasi kalau Pudsorn adalah putrinya Dokter Mhod tampak jelas membuatnya jadi semakin kesal dan semakin sinis pada Pudsorn. (Hmm, ada masalah apakah antara In dan ayahnya Pudsorn?). Ibunya Pudsorn juga sepertinya mengetahui sesuatu tentang In, dia bahkan tahu kalau In baru kembali dari Tanintharyi.
Kesaksian orang-orang di distrik Nai Gai semuanya seragam, bahwa mereka melihat Kapten Jean masuk ke rumah Tuan Chay dan pergi sekitar tengah malam. Dipikir-pikir dari periode waktunya sih, memang hanya Jan satu-satunya tersangka yang paling mencurigakan karena mereka kehilangan jejak Jan sekitar tengah malam juga.
Akan tetapi... dalam rentang waktu hanya satu malam, tidak mungkin Jan bisa merencanakan sebuah pembunuhan yang begitu detil, tidak mungkin dia punya waktu untuk menyiapkan kain baju wanita untuk dipakaikan pada Kapten Jean sembari melarikan diri dari para pengejarnya, kecuali mungkin Jan punya komplotan yang sebelumnya sudah menyiapkan segalanya.
Tapi tentu saja mereka tidak bisa asal mengambil kesimpulan semudah itu. Satu-satunya cara adalah mereka harus menangkap Jan secepatnya. Jan harus memberitahukan kebenarannya sebelum para bule itu menyalahkan orang Siam atas kematian Kapten Jean.
Sementara In sedang berusaha mencari keberadaan Jan tanpa hasil, Pudsorn sedang galau memikirkan permintaan Robaire, karena ternyata sebelum pergi tadi, Robaire sempat meminta bantuannya untuk membantunya melakukan otopsi terhadap Kapten Jean.
Pudsorn galau karena dia walaupun dia pernah ikut ayahnya melihat bedah tubuh, tapi dia sendiri belum pernah praktek langsung. Ditambah lagi, hal semacam itu, bisa dibilang, masih cukup tabu di Siam. Dia juga merasa tidak enak pada Madame Clara jika melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan dan seizin Madame Clara.
Tapi Robaire meyakinkan bahwa dia harus mendapatkan kebenaran atas kematian Kapten Jean karena Kapten Jean adalah salah satu orang kepercayaan Raja Perancis, dan sebagai perwakilan Perancis, Robaire memiliki kekuasaan untuk menginvestigasi kasus ini. Hanya ini satu-satunya cara agar korban mendapatkan keadilan.
Setelah memikirkannya sepanjang hari dan mengingat segala keanehan kematian Kapten Jean yang membuatnya penasaran, malam harinya, Pudsorn akhirnya mantap memutuskan untuk ikut Robaire.
Tapi karena harus melakukannya secara diam-diam, jadi terlebih dulu dia harus melakukan segala cara untuk membuat orang rumah tidur nyenyak biar dia bisa keluar diam-diam. Ibunya tidak curiga apa pun, tapi Jeeb (pelayannya) yang kenal betul bagaimana Pudsorn, curiga dengan sikap aneh Pudsorn dan kecurigaannya terbukti benar saat tak lama kemudian dia mendapati Pudsorn bersiap keluar rumah dengan membawa sekotak peralatan medis.
Karena sudah ketahuan, Pudsorn akhirnya memutuskan untuk membawa Jeeb bersamanya, tapi tidak memberitahunya tentang misinya malam ini. Tapi saat mereka hendak naik perahu, mereka malah bertemu dengan Mee yang baru saja pulang dalam keadaan setengah mabuk.
Dia hampir saja membuat mereka ketahuan gara-gara ribut memaksa ikut untuk menemani dan menjaga Pudsorn. Apa boleh buat, Pudsorn akhirnya memutuskan untuk mengajaknya sekalian daripada ketahuan orang rumah.
Karena tidak tahu menahu tentang apa yang hendak dilakukan Pudsorn, baik Jeeb maupun Mee ribut terus sepanjang jalan, bingung kenapa arah tujuan mereka adalah daerah tempat tinggal para bule, dan mengira kalau Pudsorn cuma akan mengobati pasien orang bule, tapi mereka langsung menjerit heboh saat Pudsorn akhirnya mengaku kalau dia mau memeriksa mayatnya Kapten Jean.
Sepanjang jalan gelap banget, apalagi mereka harus melewati area kuburan, jelas saja Jeeb dan Mee jadi makin ketakutan. Pudsorn santai saja menuntun jalan sampai akhirnya tiba di Gereja tempat jenazah Kapten Jean ditempatkan.
Robaire sudah menunggu di sana, jadi mereka pun langsung melakukan pemeriksaan pada korban, dan menemukan adanya luka tusukan di bagian pinggang korban.
Pada saat yang bersamaan, Clara dikunjungi Wichayen (yang pernah nonton atau baca sinopsis Bupphae Sanniwat pasti ingat kan siapa Wichayen?) yang datang untuk mengucap bela sungkawa.
Dia memberitahu bahwa Maria (istrinya) tidak bisa ikut karena harus menjaga kedua putra mereka yang hari ini lagi rewel, namun dia meyakinkan bahwa Maria akan datang besok karena Maria mengkhawatirkan Clara.
"Tuhan menunjukkan jalan pada saya. Dia mengangkat sakit dalam hati saya. Tolong beritahu dia (Maria) untuk tidak mengkhawatirkan saya. Tuhan memberi saya jalan dan mengangkat rasa sakit saya." (Hmm, apakah ucapannya mengandung makna tertentu?)
Saat Wichayen menanyakan alasan kematian Kapten Jean, Clara hanya berkata kalau suaminya semalam mabuk berat lalu jatuh ke sungai dalam perjalanan pulang dan tenggelam.
Karena Wichayen besok harus pergi ke Lavo menemani Raja dan tidak akan sempat untuk menghadiri pemakaman Kapten Jean, jadi Wichayen ingin memberikan penghormatan terakhirnya pada Kapten Jean malam ini juga.
Clara awalnya ragu untuk melihat jasad suaminya lagi, tapi akhirnya memutuskan untuk pergi juga mengantarkan Wichayen ke gereja. (Waduh! Ketahuan nggak ya?)
Pada saat yang bersamaan pula, In mendadak muncul di gereja dan langsung heboh melihat apa yang tengah mereka lakukan tanpa sepengetahuannya. In sontak ngamuk mengomeli mereka karena masih memeriksa korban padahal korban mau dimakamkan besok.
In ngotot memutuskan kalau korban mati tenggelam, titik. Tapi dia langsung kicep saat Robaire memperlihatkan luka bekas tusukan yang tampak jelas di pinggang korban. Dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa saat Robaire menyatakan bahwa dia akan membedah tubuh korban dengan bantuan Pudsorn.
"Tapi wanita ini cuma bidan!"
"Kalau begitu kau lihat saja sendiri apakah aku bisa lebih dari sekedar bidan," kesal Pudsorn.
Karena tak menemukan luka tusukan lain, maka mereka pun mulai membedah Kapten Jean. Dari pembedahan inilah, Pudsorn semakin yakin kalau korban bukan mati tenggelam karena tidak adanya bekas-bekas lumpur, air atau ganggang air di paru-paru korban. Pudsorn memastikan korban mati karena tusukan. Dilihat dari luka tusukannya, kemungkinan dia ditusuk dengan alat yang tajam di kedua sisi.
Mee dan Jeeb lama-lama tidak tahan lagi dengan bau busuk mayat hingga mereka langsung lari terbirit-birit keluar untuk memuntahkan semua isi perut mereka. Namun saat inilah, mereka tiba-tiba melihat beberapa orang bule yang membawa obor yang berjalan mendekat. Waduh! Gawat! Mee mengenali Wichayen yang jelas saja membuatnya panik. Mereka pun sontak lari kembali ke dalam untuk memperingatkan semua orang.
Pada saat itu, Pudsorn dan Robaire baru saja membedah bagian perut korban dan mengambil sedikit sampel dari perut korban untuk diteliti lebih lanjut karena Pudsorn curiga kalau mungkin korban juga diracuni.
Terang saja saat Mee dan Jeeb kembali membawa kabar itu, semua orang sontak kebingungan dan panik. Robaire dan Jeeb bekerja sama untuk menjahit tubuh korban, sementara In keluar menemui Wichayen dan berusaha mengulur waktu.
Sayangnya In tidak bisa terus menerus menghalangi Wichayen karena sudah pasti akan terlihat mencurigakan. Namun untungnya saat mereka masuk, segalanya sudah selesai, Pudsorn dan kedua pendampingnya sudah bersembunyi, dan hanya Robaire yang menyambut kedatangan mereka.
Awalnya segalanya baik-baik saja saat semua orang fokus mendoakan mendiang dengan keadaan jenazah ditutup kain. Tapi kemudian Clara menyatakan ingin mengganti baju suaminya, dan Wichayen langsung saja membuka kain penutup Kapten Jean sebelum semua orang sempat bereaksi.
Jelas dia melihat kondisi Kapten Jean, makanya dia buru-buru menutupnya kembali sebelum Clara sempat melihatnya. Dia tidak mengatakan apa pun pada Clara dan hanya bersikap seolah kondisi Kapten Jean sangat tidak layak dilihat.
Clara akhirnya menyerahkan bajunya Kapten Jean pada Robaire sebelum kemudian pamit. Baru setelah Clara pergi, Wichayen mengonfrontasi Robaire tentang pembedahan Kapten Jean.
Tanpa mengungkapkan keterlibatan Pudsorn, Robaire mengaku bahwa dia sendiri yang membedah Kapten Jean karena dia curiga kalau Kapten Jean bukan mati karena tenggelam, dan kecurigaannya terbukti benar, dia menemukan luka tusukan pisau di tubuh korban. Bisa dipastikan korban mati karena tusukan itu sebelum dia tenggelam di sungai.
Jelas saja informasi itu sangat menarik perhatian Wichayen. Dia bersikap seolah dia netral dalam kasus ini dengan menugaskan Robaire dan In sebagai perwakilan negara masing-masing dalam menangani investigasi kasus ini. Tapi seperti yang kita ketahui, Wichayen tidak sebaik itu.
Pudsorn masih penuh semangat untuk menyelidiki kasus ini, dia bahkan menggunakan Jeeb untuk pura-pura bertengkar dengannya agar dia bisa memperkirakan bagaimana terjadinya penusukan Kapten Jean.
Jika si pelaku menyerangnya dari belakang, kemungkinan Kapten Jean akan melawan, tapi tidak tampak adanya tanda-tanda perlawanan pada tubuh Kapten Jean. Pudsorn tiba-tiba punya ide lain.
Dia langsung menyuruh Jeeb untuk menyerangnya, dan saat Jeeb melakukannya, Pudsorn dengan mudahnya pura-pura menusuk Jeeb. Hmm, bisa jadi seperti inilah kronologi penusukan Kapten Jean. Tapi bagaimana dengan keracunannya? Jelas-jelas dari keadaan mulut Kapten Jean yang menghitam, dia diracuni.
Yang tidak semua orang ketahui, sebenarnya tadi Clara sempat melihat jahitan di tubuh suaminya,entah apa yang dia pikirkan tentang itu, mungkin dia penasaran atau mungkin... cemas akan sesuatu? Tapi kalau dia penasaran, kenapa dia tidak menanyakan apa pun? Kalau dia cemas, apa yang dia cemaskan?
Keesokan harinya, Wichayen memanggil Robaire bicara berdua dengannya di kantornya karena jelas dia punya rencana licik lain untuk memanfaatkan kasus pembunuhan Kapten Jean ini untuk menghancurkan hubungan diplomatis Perancis dan Ayutthaya.
Dia menegaskan pada Robaire bahwa pembunuh Kapten Jean harus orang Siam, dengan begitu, Perancis akan memiliki alasan untuk menghancurkan dan menjajah Siam. Robaire tampak jelas tidak senang dengan perubahan arah situasi ini, tapi tak ada yang bisa dilakukannya untuk mendebat atau melawan Wichayen.
Pada saat yang bersamaan, In dan atasannya juga sedang membicarakan hal yang sama. Pikiran mereka juga sama seperti Wichayen, kasus kematian Kapten Jean bisa jadi pemicu perang kedua negara, dan kemungkinan besar sulit bagi Ayutthaya untuk menghadapi armada Perancis.
Tidak mungkin juga mereka bisa menghentikan Robaire. Masalahnya, mereka tidak tahu Robaire berada di pihak mana. Jika sampai Robaire berada di pihak Wichayen, maka sudah pasti Siam akan kesulitan. Karena itulah, mereka bertekad untuk membuktikan bahwa pembunuh Kapten Jean bukan orang Siam.
Bersambung ke episode 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam