Sinopsis Love Between Fairy and Devil Episode 5

Mengira kalau Da Qiang sudah minggat, Lan Hua langsung memanggil keempat teman peri bunganya. Awalnya dia benar-benar senang karena ini memang momen yang dia tunggu-tunggu selama beberapa hari ini. Kalau gurunya sampai tahu ada peri pendosa yang tinggal di sini, Guru pasti tidak akan mengampuninya.

Tapi sedetik kemudian, Lan Hua tiba-tiba merasa kangen juga pada Da Qiang. Soalnya waktu ada Da Qiang, tempat ini jadi terasa lebih ramai. Sejak Guru pergi, sudah lama tidak ada orang yang menemaninya sepanjang hari.

Lan Hua sebenarnya bersimpati pada Da Qiang yang dikurung seorang diri selama puluhan ribu tahun di Menara Haotian, dia pasti merasa sangat kesepian. Lan Hua tentu saja bisa mengerti perasaan itu karena dia juga kesepian tinggal di sini tanpa gurunya.

Biarpun Da Qiang itu peri pendosa, tapi Lan Hua tidak merasa Da Qiang jahat. Makanya dia sebenarnya agak sedih dengan fakta Da Qiang pergi tanpa pamitan padanya. Tapi ya sudahlah, orangnya sudah pergi, Lan Hua juga bisa agak lebih tenang.

Lan Hua langsung meminta teman-temannya untuk menemaninya sekarang. Tapi keempat peri bunga itu lebih suka balik tidur lagi dan langsung pergi mengabaikannya. Lan Hua sontak murung lagi... sampai saat Qing Chang mendadak muncul menyodorkan semangkok air padanya. Malah sebenarnya dia menguping semua percakapan mereka tadi. 

Lan Hua jelas kaget melihatnya, dan langsung terharu saat menyadari Da Qiang ternyata pergi sepanjang pagi hanya demi mengumpulkan air embun untuknya. Da Qiang baik banget sama di.

Tapi air embun ini suhunya terlalu dingin, Lan Hua tidak bisa meminumnya, suhu dingin tidak bagus untuk akarnya yang sudah rusak. Dia butuh air yang lebih hangat. Baiklah, Qing Chang langsung saja menggunakan kekuatan sihirnya untuk memanaskan air itu.

Tapi ternyata airnya malah jadi kepanasan, Lan Hua juga tidak bisa meminumnya. Pfft! Qing Chang jadi kesal dan bingung, dingin salah panas salah. Maunya gimana? Tapi begitu melihat wajah sedih Lan Hua karena bentakannya, Qing Chang langsung melunak dan kembali menggunakan kekuatannya untuk menyesuaikan suhu air itu hingga Lan Hua akhirnya mendapatkan air bersuhu tepat yang dia butuhkan.

Yang tak disangka Chang Heng, Dewa Yunzhong ternyata memanggilnya untuk mengonfrontasinya terkait saputangannya yang hilang, yang entah bagaimana bisa sampai ke tangan Dewa Yunzhong sekarang. 

Dari saputangan itulah, Dewa Yunzhong jadi tahu kalau Chang Heng menyukai wanita lain padahal dia masih ada ikatan perjodohan dengan Dewi Xi Yun tak peduli biarpun Dewi Xi Yun sudah menghilang. 

Chang Heng jelas ingin sekali menyerah akan perjodohan ini dan meyakini kalau Dewi Xi Yun mungkin sudah mati. Dia juga tidak yakin dengan keberadaan Dewa Kejahatan Taisui, menyakini kalau Dewa itu cuma mitos.

Namun Dewa Yunzhong sontak marah mendengarnya dan tidak percaya kalau Dewi Xi Yun sudah mati. Fakta kalau mereka masih aman dari Dewa Taisui, jelas menunjukkan kalau mereka masih dilindungi Klan Xilan dan Dewi Xi Yun masih ada di suatu tempat entah di mana.

Klan Xilan begitu berjasa melindungi Langit Shuiyun, karena itulah Dewa Yunzhong tidak senang saat mengetahui bahasa Chang Heng menyukai wanita lain, dan jelas tidak setuju jika Chang Heng mau memutus perjodohan ini.

Chang Heng berusaha meyakinkan Dewa Yunzhong bahwa dia sama sekali tidak ada hubungan apa pun dengan pemilik saputangan ini, tapi Dewa Yunzhong jelas tidak percaya, dia bahkan yakin kalau Chang Heng berniat mencari Dewi Xi Yun hanya untuk membatalkan perjodohan mereka lalu berhubungan dengan wanita pemilik saputangan ini.

Chang Heng sontak panik meyakinkan Dewa Yunzhong bahwa dia tidak akan pernah melupakan perjodohannya dengan Dewi Xi Yun dan tidak akan pernah ragu lagi. (Aww, poor him. Aku yakin dia melakukan ini demi melindungi Lan Hua dari amarah Dewa Yunzhong)

Dewa Yunzhong yang tampak jelas belum bisa tenang dengan janjinya Chang Heng, menegaskan bahwa perjodohan pernikahan ini adalah kewajiban dan tanggung jawab yang wajib Chang Heng taati.

Karena janjinya inilah, Chang Heng akhirnya dengan berat hati mengurungkan niatnya untuk memberikan pil obat itu pada Lan Hua, malah dia menyuruh pelayannya untuk membuang pil itu, lalu menyimpan saputangan itu di kotak bunga anggreknya, dan berusaha melupakan kenangan indahnya bersama Lan Hua 500 tahun yang lalu. Dia juga dengan tegas menolak hadiah pemberian peri-peri lain yang naksir dia.

Setelah memelototi dan memaksa Lan Hua untuk menghabiskan air embunnya, Qing Chang langsung pergi sebentar entah ke mana. Begitu dia kembali malam harinya, dia langsung mengecek kamar Lan Hua dan merasa kamar ini dingin.

Hawa malam yang dingin tidak bagus untuk akarnya Lan Hua, jadi dia langsung mengeluarkan benih api dari Api Keabadian di magma Laut Cangyan. Ah! Jadi tadi dia pergi untuk mengambil benih api itu khusus untuk menghangatkan Lan Hua. 

Wah! Lan Hua benar-benar terharu Da Qiang melakukan semua ini untuknya. Tapi tidak seharusnya Da Qiang mempertaruhkan keselamatannya sendiri hanya untuk mengambil benih api ini untuknya. Tempat itu kan berbahaya. Bahkan Klan Bulan saja tidak berani mendekatinya. Bagaimana kalau Da Qiang sampai mati karenanya? Lan Hua tidak masalah kok sedikit dingin walaupun memang anggrek pada dasarnya tidak suka dingin.

Qing Chang sinis mendengarnya, hal seperti ini baginya hanya masalah kecil. Tapi sikapnya yang memang terkesan sangat manis ini, membuat Lan Hua jadi mengira kalau perasaan Da Qiang padanya sangat amat dalam sehingga Da Qiang rela mengorbankan keselamatannya sendiri demi dia.Dia jadi merasa semakin tidak enak padanya, soalnya dia benar-benar menyukai pria lain. 

"Aku kan juga pernah bilang, kau boleh menyukai siapa pun, tapi kau adalah milikku." tegas Qing Chang.

Lan Hua hampir saja tergoda oleh kata-kata itu, tapi dengan cepat dia menguasai diri dan langsung berusaha kembali membujuk Da Qiang untuk segera menyerahkan diri dan kembali ke Menara Haotian biar hukumannya cepat selesai dan bereinkarnasi jadi manusia.


Qing Chang males banget mendengar ocehan ini lagi dan langsung kembali ke kamarnya untuk mempelajari kembali Kaidah Xilan tentang cara merawat tanaman Xilan. Dia benar-benar kesal, membesarkan rumput saja merepotkan banget.

Kaidah itu menyebutkan bahwa tanaman Xilan harus mendapatkan cahaya matahari pagi, tapi dia memperhatikan tempat ini berada di area yang kurang mendapatkan sinar matahari. Pantas saja si siluman bunga itu lemah banget. Para siluman bunga lainnya juga kesulitan berkultivasi. Kalau begitu, besok dia akan membawa Lan Hua ke bagian Langit Shuiyun yang paling banyak sinar mataharinya.


Subuh-subuh Qing Chang membangunkan Lan Hua, menariknya paksa dari kasurnya lalu membawanya ke Paviliun Yunzhong, istananya Dewa Yunzhong yang saat itu masih kosong. Lan Hua sontak panik dan takut ketahuan, tempat ini tidak bisa sembarangan dimasuki, mereka bisa dihukum berat kalau sampai ketahuan.

Lan Hua mau kabur saja tapi tiba-tiba para pengawal langit muncul untuk melaksanakan tuags mereka menjaga tempat itu. Lan Hua sudah panik saja mengira mereka sudah ketahuan dan bakalan dihukum... sampai saat dia menyadari kalau para pengawal langit itu masih diam di tempat dan jelas tidak melihat mereka.

Ah! Lan hua langsung mengerti kalau Qing Chang menggunakan kekuatannya untuk membuat tabir tembus pandang yang membuat mereka tidak terlihat di mata orang lain sehingga mereka aman dari mata para pengawal langit itu.

Qing Chang lalu membawanya ke balkon tertinggi di mana mereka bisa melihat matahari terbit dan Lan Hua pun bisa mendapatkan sinar matahari yang dia butuhkan untuk kesehatannya.

Duh, suasananya benar-benar romantis bak sepasang kekasih sedang menyaksikan matahari terbit bersama. Lan Hua tersentuh menyadari Qing Chang membuat kehebohan sepanjang pagi ternyata demi membawanya melihat matahari terbit.

Tapi dasar Qing Chang, dengan cepat dia menghancurkan mood Lan Hua dengan menyindir Lan Hua pemalas dan tidak pernah melihat matahari terbit, makanya kekuatan sihirnya Lan Hua lemah banget biarpun sudah ribuan tahun.

Tapi sudahlah, Lan Hua langsung fokus berjemur yang kontan membuatnya bahagia, apalagi tempat ini sangat indah. Selama ini dia pikir kalau dia tidak akan mungkin bisa datang ke tempat ini mengingat statusnya yang cuma peri rendahan.


Qing Chang sinis mendengarnya. Di matanya, Dunia Khayangan itu sebenarnya munafik. Mereka selalu membicarakan tentang keadilan dan moralitas, padahal sebenarnya serakah dan sombong. Menempati tempat terbaik, namun menggunakan latar belakang untuk membeda-bedakan orang terhormat dan rendahan. (Pfft! Dewa dan manusia sama-sama munafik ya)

Yang tak disangkanya, Lan Hua tiba-tiba berkata setulus hati, "terima kasih," dia benar-benar tersentuh dengan segala hal yang Da Qiang lakukan untuknya.

Qing Chang begitu tercengang mendengar ucapan terima kasih itu sehingga dia cuma berdiri membeku di sana sembari menatap Lan Hua dengan kebingungan. Tepat saat itu juga, tiba-tiba muncul awan berbentuk ikan paus berenang di hadapan mereka yang kontan membuat Lan Hua semakin bahagia, dan senyuman indahnya mulai menular ke Qing Chang hingga tanpa sadar kedua sudut bibirnya melengkung naik membentuk senyuman. Aww... 

Tapi saat Lan Hua menatapnya, dia langsung buru-buru menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Bukan cuma Qing Chang yang ketularan kebahagiaan Lan Hua, bunga-bunga di sekitar mereka juga langsung bermekaran dengan indah.


Tapi terlepas dari segala yang dilakukannya untuk merawat Lan Hua selama beberapa hari ini, tetap saja kondisi Lan Hua belum sepenuhnya pulih. Qing Chang jadi bingung. Apalagi kemudian dia memperhatikan bunga-bunga di rumah bunga mendadak mulai layu lalu perutnya mendadak kesakitan.

Cemas, dia langsung mengecek kondisi Lan Hua dan mendapatinya sedang kesakitan parah gara-gara meminum obat yang dia beli di Kota Laut waktu itu, jelas Lan Hua mencuri obat ini darinya. Padahal Qing Chang sengaja menyembunyikan obat itu demi kebaikan Lan Hua karena dia tahu betul kalau obat ini memiliki elemen api yang kontradiktif dengan tubuh Lan Hua yang elemennya kayu. Lan Hua malah nekat meminumnya, dia mau bunuh diri apa?

Qing Chang pun langsung menggunakan kekuatan sihirnya untuk menyembuhkan sakit perutnya Lan Hua. Tapi Lan Hua bahkan tidak langsung sadar kalau sakit perutnya sudah mulai membaik, malah mengira kalau dirinya bakalan mati.

Bahkan saking yakinnya kalau dirinya bakalan mati sebentar lagi, dia dengan setulus hati memuji Da Qiang yang walaupun emosian dan mulutnya beracun, tapi sebenarnya Da Qiang sangat baik. Dia juga meminta Da Qiang untuk segera menyerahkan diri setelah dia mati nanti.

"Selama ada aku, kau tidak akan mati," tegas Qing Chang.

Lan Hua tak percaya, "jangan menghiburku lagi."

"Kalaupun kau mati, itu karena kebodohanmu sendiri. Aku sudah mengeluarkan semua api panas di tubuhmu."

Saat itulah Lan Hua akhirnya baru sadar kalau perutnya memang sudah agak baikan. Qing Chang mau langsung pergi, tapi tiba-tiba saja dia merasakan Lan Hua bersedih. Qing Chang jadi bingung, dia kenapa lagi sekarang? Lan Hua mengaku kangen sama gurunya, soalnya dulu setiap kali dia sakit, gurunya biasanya memasakkan sup ratusan bunga untuknya dan menyuapinya.

"Jangan dipikirkan lagi. Kalau kau sedih, aku juga sedih. Istirahat saja lebih awal," sebal Qing Chang lalu pergi.


Tapi tengah malam, tiba-tiba saja Lan Hua mendadak terbangun karena ada asap. Waduh! Ada kebakaran kah? Dia langsung bergegas bangun dan mencari asal asap, dan mendapati asap itu ternyata dari teras di mana Qing Chang sedang memasakkan sup ratusan bunga (tapi warnanya hitam kental menjijikkan, kayaknya nggak enak deh) untuk Lan Hua biar Lan Hua tidak bersedih terus dan merindukan gurunya. 

Dia melakukannya cuma karena sebal saja sih karena sepanjang malam dia terus merasakan kesedihan Lan Hua dan air matanya terus berlinang tanpa bisa dia kontrol.

Tapi di mata Lan Hua, sikapnya ini sangat amat manis dan penuh perhatian sehingga Lan Hua begitu terharu hingga matanya berkaca-kaca. Qing Chang hampir kesal mengira Lan Hua mau menangis sedih lagi.

Tapi tidak, perasaan Lan Hua bukan sedih, air matanya juga bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan. Dan kebahagiaan Lan Hua itu terpancar ke semua bunga yang ada di rumah bunga sehingga semua bunga yang tadinya layu, sekarang bermekaran lagi.

Qing Chang bingung, kenapa dia berlinang air mata kalau dia bahagia? Lan Hua dengan sabar menjelaskan bahwa menangis tidak selalu berarti sedih. Kadang kita juga bisa menangis saat bahagia, kadang pula bisa menangis saat sedang marah. Perasaan manusia bisa bermacam-macam, jadi air mata pun berbeda-beda. Apa Qing Chang tidak mengetahui hal ini karena dia terlalu lama dikurung di Menara Haotian?

"Memiliki akar cinta itu benar-benar merepotkan," gerutu Qing Chang. "Kau, mulai sekarang, kurangilah menangis."

Tersentuh, Lan Hua pun menghapus air matanya lalu mulai meminum sup ratusan bunganya... yang sontak membuatnya mau muntah. Wkwkwk! Tapi dia takut sama pelototan Da Qiang, jadi dia puji saja kalau sup itu enak lalu buru-buru kabur dengan alasan sudah kenyang dan ngantuk.

Qing Chang mendadak kepedean karena mengira Lan Hua benar-benar sudah kenyang hanya dengan semangkok sup, mengira kalau supnya pasti hebat banget... sampai saat dia mencoba mencicipinya dan langsung mual. Pfft!

Tapi begitu melihat bunga-bunga di rumah bunga yang sekarang mekar, Qing Chang mulai menyadari bahwa bunga-bunga ini terhubung ke inti jiwa Lan Hua. Jadi kemungkinan cara untuk menyembuhkan Lan Hua bukan dengan cara merawat tubuh fisiknya, melainkan merawat jiwanya, membuatnya bahagia. Tapi apa yang harus dia lakukan untuk membuat Lan Hua bahagia?

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

0 Comments