Sinopsis Jao Sao Jam Loey (Defendant Bride) Episode 2 - Part 1

Jan jadi makin kesal karena tantenya suka dan akrab banget sama Sichon. Begitu Tante pergi, Jan langsung mengonfrontasi Sichon, apa yang sebenarnya Sichon katakan pada tantenya sampai tantenya menyerah semudah itu padanya.

Sichon dengan angkuh berkata bahwa sejak tantenya Jan mengetahui identitasnya dan kekayaan yang dimilikinya, Tante dengan senang hati menyerahkan Jan kepadanya. Percayalah, menikah dengannya sama sekali bukan keputusan yang salah.

Tentu saja, sebagai ganti untuk mendapatkan Jan, dia membayar lunas semua hutang keluarga Jan, menebus istananya Jan dan juga membeli semua saham perusahaan perhiasannya Jan. Jadi sekarang, dialah pemilik perusahaan perhiasaannya Jan. Iish! Jan kesal, tapi tak ada yang bisa dilakukannya. 

Sichon cukup gentleman dengan memberikan kamarnya pada Jan, sedangkan dia akan tidur di sofa. Tapi... kalau Jan ingin tidur sekamar dengannya juga boleh. Pfft! Jan jelas tidak mau. Tolong hormati dia sampai mereka menikah.

Yang tak disangkanya, Sichon tiba-tiba memberinya HP. Hmm? Sichon tidak takut dia bakalan kabur? Sichon santai, dia yakin kalau Jan pasti sangat menyayangi istana dan perusahaan perhiasaannya. Jika Jan tidak ingin kehilangan semua itu, maka Jan harus menikah dengannya sesuai kesepakatan mereka.

"Kau bersikap seolah kau mengenalku dengan baik."

"Lebih dari yang kau perkirakan."

Tepat setelah Jan masuk kamar, Bibinya Sichon mendadak muncul. Ia baru saja mendengar kabar pernikahan Sichon, makanya dia langsung mendatangi Sichon dan langsung menginterogasinya tentang siapa calon pengantinnya.

Jan pun dipanggil untuk menghadap Bibi Samorn, tapi muka Bibi Samorn langsung mengerut begitu melihat udelnya Jan yang kelihatan. Wkwkwk! Bibi Samorn memang orang tua yang konservatif, ia bahkan tidak senang melihat kemeja Sichon tidak terkancing sempurna sampai leher.

Bibi Samorn mencoba tanya ini-itu tentang Jan, tapi Jan bahkan tidak punya kesempatan untuk menjawab karena Sichon selalu merebut jatahnya ngomong, semuanya Sichon jawab sendiri. Waktu Bibi tanya apakah mereka sudah lama saling mengenal, Sichon langsung mengiyakannya dan berkata bahwa mereka sudah beberapa tahun saling mengenal di luar negeri. 

Waktu Bibi tanya apakah Jan benar-benar mau menikah dengan Sichon, Sichon sontak protes dengan alasan pertanyaan Bibi itu membuat calon pengantinnya jadi bimbang. Bibi lama-lama kesal sama dia dan langsung mengusirnya. Sichon jadi tidak tenang, tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menurut.


Jan menjawab pertanyaan Bibi dengan jawaban yang setengah ambigu. Dia jujur mengaku bahwa dia awalnya tidak mau menikah dengan Sichon. Namun Sichon dengan gigih membuatnya berubah pikiran untuk menikah dengannya dan sekarang dia HARUS menikah dengan Sichon.

Jawaban yang jelas agak aneh dan membingungkan bagi Bibi, dan jelas saja keputusan keponakannya ini membuat Bibi jadi khawatir. Tapi bagaimana pun, Bibi akhirnya memberikan restunya dan mendoakan semoga mereka bahagia. 

Sichon senang, tentu saja mereka berdua pasti akan bahagia.... karena mereka saling mencintai. Dia bahkan membuktikan 'cintanya' dengan mengecup pipi Jan, membuat Jan jadi kesal, tapi terpaksa dia menerimanya dengan senyum palsu dan mengiyakan pernyataan Sichon tentang mereka yang saling mencintai.

Kemesraan mereka sukses membuat Bibi mulai mempercayai hubungan cinta mereka. Tapi Bibi mengingatkan bahwa Sichon juga harus memberitahu ayahnya tentang pernikahannya.

Tak lama kemudian, Sichon menelepon ayahnya untuk mengabarkan pernikahan kilatnya ini. Ayah tentu saja terkejut dan agak khawatir karena putranya mau menikah dadakan, namun Ayah berjanji akan datang ke pernikahannya.

Ibu tiri dan saudara tirinya Sichon yang menguping percakapan Ayah dengan Sichon, sontak penasaran sama pengantinnya Sichon, makanya mereka langsung minta ikut datang ke pernikahan Sichon... err... atau lebih tepatnya, memaksa ikut ke sana biar sekalian si ibu tiri punya alasan dan kesempatan untuk mengecek perkebunan anggur yang ingin direbutnya dari Sichon itu.


Malam itu, Jan dan Sichon sama-sama saling menggalau di tempat masing-masing. Jan sebenarnya ingin menelepon P'Mek, namun pada akhirnya dia mengurungkan niatnya demi melindungi istananya dan perusahaannya.


Sementara itu, Sichon tampak sangat marah teringat masa lalunya dengan Jan dulu. Dalam flashback ingatan Sichon, ternyata Jan sempat mengalami kebutaan pasca kecelakaannya. Sichon setia menemaninya selama dia dirawat di rumah sakit dan mereka mulai saling mengenal sejak itu. (Ah, jadi karena itu Jan tidak mengenali wajah Sichon tapi familier sama suaranya)

Dan juga, waktu itu Sichon memperkenalkan hanya nama panggilannya, Nam. Makanya Jan tidak tahu kalau Nam dan Sichon adalah orang yang sama. Saat Jan pesimis dengan masa depannya, Sichon dengan manisnya menyemangatinya dan meyakinkannya bahwa dia pasti akan sembuh.

Hubungan mereka berkembang cukup pesat selama perawatannya di rumah sakit. Suatu hari, Jan memberitahu Sichon bahwa besok perban matanya sudah bisa dibuka dan dia menginginkan Sichon untuk ada di hadapannya saat itu karena dia ingin Sichon menjadi orang pertama yang dia lihat saat dia membuka mata. 


Sichon berjanji. Dia bahkan dengan antusias memberitahu Leo bahwa dia ingin melamar Jan besok saat Jan membuka mata. Dia benar-benar yakin akan cintanya dan percaya bahwa Jan adalah belahan jiwanya sehingga dia bahkan tidak peduli biarpun Jan tetap buta.

Namun saat Sichon dan Leo baru tiba di rumah sakit keesokan harinya, mereka malah diberitahu bahwa Jan sudah membuka perbannya sejak pagi dan sekarang sudah pulang ke Milan bersama kakaknya.

Sichon dan Leo langsung mencari Jan ke rumahnya di Milan. Dari kejauhan, mereka mendapati Jan tampak berpegangan tangan dengan seorang pria muda yang Sichon kenali sebagai kakaknya Jan, tapi bahkan sebelum mereka sempat mendekat, tiba-tiba saja Sichon mendengar Jan berkata dengan nada penuh amarah...

"Aku akan melupakannya. Aku akan melupakan orang bernama Nam! Aku akan melupakan pria itu! Aku akan melupakan segalanya! Dia tidak layak! Dia tidak layak untukku sama sekali!"

Jelas saja Sichon patah hati dan sakit hati mendengar ucapan Jan itu. Apalagi kemudian dia melihat pria itu mengecup kening Jan lalu mereka berpelukan bak sepasang kekasih. Namun alih-alih menunjukkan diri dan mengonfrontasi Jan, Sichon langsung pergi begitu saja dengan menyimpan dendam, dan sekarang dia bertekad akan membuat Jan merasakan sakit hati seperti yang dia rasakan dua tahun yang lalu.

Hari pernikahan pun tiba. Si Ibu Tiri memperhatikan tanah perkebunan ini semakin meluas sehingga dia jadi semakin bertekad untuk mendapatkan perkebunan ini. Bukan cuma si Ibu Tiri, Petch (saudara tirinya Sichon) jelas selalu iri dengki dengan semua yang Sichon miliki.

Sebelumnya Petch sudah pernah merebut mantan pacarnya Sichon, seorang artis bernama Thipapa. Sekarang dia justru bertekad untuk merebut istrinya Sichon, bahkan dengan angkuh dan terlalu percaya diri meyakini kalau dia pasti bisa merebutnya dari Sichon seperti yang sudah pernah berhasil dia lakukan dengan Thipapa.

Thipapa sendiri juga hadir di acara itu. Jelas dia masih ada rasa sama Sichon, namun sepertinya dia putus dari Sichon karena terpengaruh hasutan Petch tentang status Sichon yang merupakan anak pembantu.

Pengantin wanita akhirnya tiba tak lama kemudian, walaupun raut mukanya asem banget, namun dia sangat cantik dan memesona sehingga membuat Sichon terpesona. Upacara pernikahan itu sebenarnya terasa cukup menegangkan saat si pengantin wanita dan si pengantin pria saling menatap dengan tajam seolah lagi perang dengan tatapan mata mereka dan si pengantin wanita tak segera memberikan tangannya saat waktunya tukar cincin.

Tante sampai harus membisiki Jan untuk menyadarkan Jan dan menyuruh Jan untuk memberikan tangannya. Jan akhirnya terpaksa melakukannya. Cincin kawin pun diselipkan di jari manisnya, para tamu undangan sontak bersorak bahagia untuk mereka, padahal si pengantin malah tidak ada bahagia-bahagianya sama sekali.


Parahnya lagi, para tamu mendadak menyoraki mereka untuk ciuman. Wkwkwk! Jan jelas ogah, tapi dia terpaksa menerimanya saat Sichon dengan senang hati menciumnya sembari berbisik mengingatkannya bahwa sekarang mereka sudah menjadi suami-istri tak peduli biarpun Jan tidak mencintainya.

Usai acara tukar cincin, sekarang giliran pihak keluarga memberikan restu mereka sembari menuang air suci ke tangan mereka. Ayahnya Sichon setulus hati mendoakan kebahagiaan mereka dan berpesan agar mereka selalu kuat dan berkepala dingin dalam menghadapi badai apa pun yang akan mereka temui dalam rumah tangga mereka nantinya.

Bibinya Sichon juga mendoakan yang sama untuk mereka. Tapi Ibu Tiri malah memanfaatkan momen itu untuk menyindir Sichon dan menuduh Sichon menikahi Jan hanya untuk menaikkan statusnya Sichon.

Bukan hanya menyindir Sichon, Ibu Tiri juga memanfaatkan momen itu untuk menjelek-jelekkan Sichon di hadapan tantenya Jan, dan suaminya bahkan tidak berani menghentikannya. Tantenya Jan sampai jadi canggung mendengar segala sindirannya.

Sementara itu, Petch memergoki Thipapa menelepon seseorang tentang para reporter yang sekarang sedang dalam perjalanan untuk meliput pernikahan ini. Sebenarnya Petch sendiri memang merencanakan semua ini untuk merusak pernikahan Sichon dan merebut istrinya Sichon. Namun melihat Thipapa melakukan rencananya ini secara diam-diam, membuat Petch jadi kesal dan meragukan niatan Thipapa.

Thipapa yang tampak jelas takut sama Petch, sontak pasang muka poker face dan meyakinkan Petch bahwa dia benar-benar berniat membantu Petch, sama sekali tidak ada niatan pribadi. Dia sama sekali tidak berani membuat Petch tidak senang.

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments