Sinopsis My Unfortunate Boyfriend Episode 6 - 2

  


Man Soo memutuskan untuk berdoa mumpung ada disini. Dia hendak meletakkan sebuah batu di salah satu menara batu, tapi tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh menimpa menara batu itu sampai roboh. Panik, semua orang berniat untuk kabur saja.


Tapi Tae Woon tidak setuju "Semua ini bukan batu biasa. Semua batu itu menyimpan harapan setiap orang. Kita tidak boleh menghancurkan harapan mereka seperti ini dan pergi begitu saja"

Tapi menyadari sepertinya semua orang tidak ada yang mau bertanggung jawab, Tae Woon akhirnya menyuruh mereka pulang saja duluan. Sementara dia akan tetap tinggal untuk menyusun kembali semua bebatuan itu seorang diri.


Merasa bersalah, Man Soo langsung menyatakan bahwa dirinya lah yang bertanggung jawab jadi dia yang akan menyusun bebatuan itu. Soo Jin dan Manager Hong memutuskan untuk ikut membantu. Lalu bagaimana dengan Ji Na? Walaupun dia tampak ragu tapi karena tidak ingin dianggap tidak mau bertanggung jawab, dia langsung beraksi menyusun bebatuan itu mendahului mereka.


Beberapa saat kemudian, semua orang bergotong royong menyusun bebatuan itu kembali. Tapi bahkan sampai malam tiba, tetap saja mereka masih belum bisa menyelesaikan semuanya. Lama-lama semua orang kecapekan, bahkan Man Soo merasa encoknya kumat. Mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti dulu dan istirahat di penginapan dan kembali besok untuk menyelesaikannya.


Di penginapan, Soo Jin langsung menginterogasi Ji Na. Apa Ji Na menyukai Tae Woon? Ji Na langsung menyangkalnya dengan canggung. Kalau tidak lalu kenapa Ji Na terus saja menempel ke Tae Woon? tuntut Soo Jin. Ji Na bingung bagaimana harus menjawabnya. Dia berusaha beralasan kalau itu cuma kebetulan saja tapi Soo Jin tidak percaya, kalau terus menerus terjadi itu namanya bukan kebetulan.

"Kau mungkin karena kau orang yang terlalu duniawi. Tapi ahjussi adalah orang yang jauh lebih polos daripada yang kau kira. Aku memberitahumu karena kurasa kau tidak tahu"


Di kamar pria, Tae Woon juga diinterogasi oleh Man Soo. Dia penasaran bagaimana sebenarnya perasaan Tae Woon pada Ji Na. Apa yang Tae Woon lakukan sampai datang ke tempat sejauh ini, itu menunjukkan kalau dia pasti punya perasaan pada Ji Na.

"Kau menyukainya sebagai wanita. Atau kau cuma bersopan santun saja?"

"Err... aku tidak tahu. Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Aku tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi"

Man Soo heran mendengarnya. Walaupun baru pertama kali Tae Woon merasakan perasaan cinta, tapi masak dia bahkan tidak bisa mengenali perasaan itu secara insting.


Stres melihat Tae Woon seperti ini, Man Soo akhirnya mencoba membantunya dengan cara menyuruhnya untuk mengingat kembali tentang apa yang dia rasakan saat dia pertama kali bertemu Ji Na dulu.

Tae Woon teringat saat pertama kali dia bertemu Ji Na adalah saat Ji Na tiba-tiba mendatanginya, membuka bajunya secara paksa dan menyuruhnya mencangkul dan dia langsung menurutinya "Saat pertama kali bertemu dengannya, aku tidak bisa mengatakan tidak padanya"

Lalu kedua kalinya bertemu Ji Na, dia tidak lepas dari Ji Na walaupun dia berusaha keras (soalnya waktu itu rambutnya Ji Na kecantol di sabuk celananya). Saat bersama Ji Na, dia merasa tidak bisa bernapas hingga rasanya dia hampir mati (soalnya waktu itu dia ketakutan setengah mati gara-gara Ji Na memasukkannya kedalam kotak sulap dan menusukkan pedang-pedang kedalamnya dan hampir saja menembus lehernya).


Semua itu sudah cukup untuk meyakinkan Man Soo bahwa apa yang Tae Woon rasakan pada Ji Na adalah perasaan cinta.


Ji Na tidak bisa tidur karena pikirannya terus menerus memikirkan ucapan Tae Woon tentang bebatuan itu. Tapi saat dia keluar kamar, dia melihat sepatu di depan kamar pria cuma ada dua pasang. Menyadari Tae Woon mungkin ada di taman menara batu, Ji Na pun langsung pergi kesana.

Disana, dia melihat Tae Woon sudah menyelesaikan penyusunan bebatuan itu seorang diri lalu berdoa. Dia bersembunyi dan melihat Tae Woon menemukan gitarnya Soo Jin yang ketinggalan di sana. Tae Woon mengambil gitar itu lalu mulai memainkannya. Ji Na tersenyum melihatnya.


"Hidup itu silih berganti, ini atau itu. Hal-hal seperti itu bertumpuk menjadi takdir dan kehidupan. Dalam hatiku yang tidak memiliki ini ataupun itu, aku telah menemukan sebuah jalan yang akan menuntunku ke suatu tempat. Aku masih belum tahu apa yang akan menantiku di ujung jalan tapi aku akan mengikuti jalan tu. Walaupun aku akan menjalaninya dengan langkah sangat lambat, aku akan memulai sekarang"


Ji Na sengaja masuk kantor di hari minggu. Tidak ada orang di kantor jadi dia merasa bisa bebas mengerjakan laporan proyeknya. Tak lama kemudian, ddia mendapat kiriman file gambar labirin batu yang merupakan salah satu ide proyek taman menara batu mereka. Dalam filenya, Tae Woon berkata...

"Labirin ini dibangun dengan menumpuk bebatuan. Orang-orang jaman sekarang terlalu sibuk menemukan jalan mereka hingga mereka kehilangan kebahagiaan yang datang dari perjalanan itu sendiri. Jalan ini bukan cuma sekedar jalan yang menuju ke sebuah tujuan. Ini adalah jalan untuk dilalui bersama, atau tersesat bersama. Sebuah jalan dimana orang-orang bisa menikmati kebersamaan. Tiba-tiba aku punya pikiran bahwa inilah jalan yang sesungguhnya. Jangan kebahagiaan dalam proses pencarian. Jika seseorang bisa menemukan kembali kebahagiaan sederhana ini, bukankah hal itu akan menuntun kita kedalam kehidupan yang bahagia?"

Ide bagus! Ji Na lalu menamai proyek ini sebagai 'Kebahagiaan Dalam Perjalanan'. Dia lalu menyimpan file presentasinya kedalam USB yang kemudian asal dia letakkan di atas meja.


Selain itu, Tae Woon juga mengirimkan gambar-gambar lain. Tapi saat membukanya, Ji Na langsung shock. Tae Woon ternyata mengiriminya foto-foto ekspresi wajahnya yang jelek (yang dia potret di menara batu). Ji Na kesal, tapi tiba-tiba perutnya minta makan. Seketika itu pula Ji Na melupakan kesedihannya untuk menyeduh ramen.


Dia baru saja hendak memakan ramennya saat tiba-tiba saja Hee Chul muncul dan langsung mengomelinya karena makan di kantor lalu dengan dinginnya menyuruh Ji Na untuk menyingkirkan makanan itu dari kantor.


Tapi sesaat kemudian dia berubah pikiran dan mengajak Ji Na untuk makan siang bersama di luar. Tentu saja Ji Na langsung menerima ajakannya dengan senang hati. Saking senangnya, dia sampai lupa membawa USB-nya.


Dia baru ingat saat mereka sudah turun ke lobi. Dia hendak kembali tapi kakinya tiba-tiba keseleo. Tepat saat Hee Chul membantunya, Hye Mi datang dan melihat mereka. Hee Chul menyuruhnya untuk mengambil USB dulu tapi Ji Na berubah pikiran dan memutuskan bahwa USB-nya aman, kan tidak ada orang di kantor.


Hye Mi kesal dan cemburu melihat mereka. Apalagi dia sengaja ke kantor karena dia tahu kalau Hee Chul ada disini dan dia bahkan membawakan makan siang untuknya. Tadi saat dia menelepon Hee Chul, Hee Chul berkata padanya bahwa ada urusan yang harus dia selesaikan di kantor dan karenanya tidak bisa makan siang dengannya. Tapi ternyata, kenyataannya lain.

Saat dia naik ke kantor, dia melihat USB-nya Ji Na tergeletak begitu saja di meja kerja. Hmm... sepertinya dia punya pikiran licik?


Saat mereka makan siang bersama, Hee Chul membahas tentang masalah cinta. Ji Na jadi berpikir kalau mungkin Hee Chul sedang pacaran dengan seseorang. Hee Chul menyangkalnya, menurutnya tidak perlu pacaran hanya untuk merasakan cinta. Hah? Jadi apakah menurut Hee Chul jatuh cinta itu menyenangkan tapi pacaran itu melelahkan?

"Semacam itulah"

"Berarti kau sama denganku. Aku juga berpikir kalau pacaran itu melelahkan dan tidak berguna" kata Ji Na tapi wajahnya tampak cemberut kecewa.


Tapi mendengar Hee Chul membahas masalah ini, membuat Ji Na jadi berpikir untuk setidaknya mencoba memiliki perasaan cinta. Jadi, apakah Ji Na memiliki seseorang yang dia sukai? tanya Hee Chul. Sambil menuang wine, Ji Na berkata kalau dia akan segera mencarinya.

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku?" tanya Hee Chul

Ji Na shock sampai tidak sadar wine-nya tumpah. Hee Chul lah yang menyadarkannya dan begitu menyadari wine-ya tumpah sampai ke pahanya, sontak Ji Na langsung berteriak nyaring dan mengagetkan semua orang di restoran. Hmm... apakah itu artinya Hee Chul menyukai Ji Na?


Ji Na jadi malu sendiri karena sudah membuat keributan, dia sampai tidak berani menatap mata Hee Chul. Setelah selesai makan siang, mereka berpisah karena Hee Chul harus kembali ke kantor dan Ji Na memutuskan untuk langsung pulang. Tapi kata-kata Hee Chul tadi, membuat Ji Na teramat sangat bahagia sampai dia langsung jerit-jerit kegirangan.


Keesokan harinya adalah waktu bagi kedua tim untuk mempresentasi proyek mereka masing-masing. Saat menuju ruang konferensi, Ji Na bertemu Hee Chul. Dia lalu bertanya apakah pertanyaannya kemarin masih valid. Jika iya, maka dia akan memberikan jawabannya melalui meeting hari ini.


Tim Hye Mi maju lebih dulu. Konsep proyek timnya adalah perpaduan kota dan alam. Semacam hunian kompleks perumahan mewah yang dipadukan dengan berbagai tempat komersil dan taman alam. Tapi idenya itu malah mendapatkan berbagai pertanyaan dan tentangan dari para atasan.

Apa bedanya dengan kompleks hunian yang sudah ada? Sepertinya ide Hye Mi itu tidak ada bedanya dengan komersial lainnya. Disana ada banyak bebatuan, lalu apa rencana Hye Mi untuk menangani bebatuan di tempat itu? Hye Mi berkata kalau mereka akan menyingkirkan semua bebatuan itu karena menurutnya bebatuan itu bukanlah rintangan besar dalam pembangunan. Tapi tampak jelas tidak ada seorangpun yang terkesan dengan jawabannya.


Sekarang giliran tim Ji Na. Dia mempresentasikan idenya tentang taman menara batu dan labirin batu sesuai kata-kata Tae Woon tentang menemukan jalan hidup dan kebahagiaan dalam menempuh jalan itu. Bahkan dari kalimat pertama saja, semua orang tampak terkagum-kagum dengan presentasinya.

Itu ide yang bagus, tapi apa mungkin mereka benar-benar bisa membuat taman yang seluruhnya dari batu? tanya salah satu direktur. Untuk masalah itu, Ji Na akan menjelaskannya secara visual. Dia dan Manager Hong dengan bangganya hendak memperlihatkan foto-foto taman menara batu nyata.


Tapi saat foto-foto itu tampil. Bukannya foto-foto menara batu, malah foto-foto jelek Ji Na. Jelas saja semua orang langsung menertawainya. Ji Na dan Manager Hong shock dan bingung sendiri kenapa malah foto-foto itu yang muncul. Pasti ulahnya Hye Mi!

Post a Comment

0 Comments