Sinopsis Something About 1% Episode 4 - Part 2

Ketua Tim Kang sedang sibuk bekerja saat Kakek menghubunginya lagi. Dia sebenarnya malas banget, tapi tak ada yang bisa dilakukannya, terpaksa dia tetap pergi meninggalkan pekerjaannya demi menemui Kakek yang lagi stres gara-gara Jae In tidak mengangkat teleponnya.

Tapi saat Ketua Tim Kang memberitahu bahwa hari ini Jae In pergi menemui Da Hyun lagi, Kakek langsung berubah senang. Ketua Tim Kang heran, kenapa Kakek sangat menyukai Bu guru itu padahal Jae In bisa mendapatkan wanita lain yang lebih segala-galanya daripada Bu guru itu.

Memang ada banyak wanita yang jauh lebih segala-galanya dari Da Hyun. Tapi Kakek yakin kalau para wanita itu tidak akan bisa mengubah Jae In menjadi lebih baik. Di dunia ini, ada beberapa orang yang bisa mengubah orang lain hanya dengan kehadirannya saja, sama seperti mendiang istri Kakek dulu.

Ketua Tim Kang pesimis kalau Jae In akan bisa berubah. Tapi Kakek mengingatkan bahwa sekarang saja Jae In sudah mulai berubah sekarang. Jae In saja yang belum menyadarinya.

Di cafe, Jae In senang banget melihat-lihat emoticon kiriman Da Hyun karena ini pertama kalinya dia mendapat emoticon-emoticon semacam ini. Tapi senyumnya musnah seketika saat Da Hyun memberitahu bahwa emoticon-emoticon itu adalah representasi dari makian, jadi tidak seharusnya Jae In tertawa karenanya.

Da Hyun mau pergi dengan membawa buket bunganya, tapi Jae In dengan cepat mendorongnya duduk kembali dan langsung menginterogasinya tentang masalah buket bunga itu. Dari mana Da Hyun mendapatkan buket itu? Dari cowok yah? Da Hyun barusan bertemu cowok lain sebelum bertemu dengannya?

Jae In tidak terima dan langsung mengusulkan agar mereka memperbaiki kontrak pacaran mereka dengan menambahkan beberapa persyaratan. Yaitu: Tidak boleh selingkuh, tidak boleh berkhianat, dan tidak boleh menemui pria lain kecuali keluarga atau saudara. Pokoknya Da Hyun harus jaga jarak dengan pria asing yang dia temui di jalan.

"Kalau begitu, apa kau juga akan menjaga jarak dengan wanita lain kecuali keluarga atau saudara selama kau berkencan denganku?"

Jae In berpikir beberapa detik sebelum kemudian dengan mantap menganggukkan kepalanya, dia tidak akan bertemu dengan wanita lain selain Da Hyun. Tapi Da Hyun tak percaya sedikitpun, bagaimana dengan mantan-mantannya Jae In yang tersebut dalam berbagai artikel gosip? Apa Jae In sungguh-sungguh akan berhenti menemui para wanita itu?

Berusaha bersabar, Jae In memberitahu Da Hyun untuk tidak percaya sepenuhnya dengan apa-apa yang dia baca di internet. Tapi ucapannya itu malah membuat Da Hyun jadi heboh, mengira bahwa gosip yang mengatakan Jae In punya anak haram di Amerika itu benar.

"Kau mau dituntut atas tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik?" geram Jae In.

Cih! Da Hyun tak gentar, silahkan saja, lagian juga dia tidak akan menjadi ibu anaknya Jae In. Tapi dia peringatkan agar Jae In jangan lagi berani-berani menyentuhnya apalagi sampai menciumnya seperti kemarin.

Ucapannya itu sontak membuat Jae In tertawa geli, soalnya dia yakin banget kalau Da Hyun pasti belum pernah pacaran. Yang namanya pacaran, wajar untuk saling bersentuhan, peluk, cium dan lain sebagainya. Itu sangat wajar, semua pasangan di dunia ini seperti itu.

"Bagaimana bisa aku berhubungan dengan playboy semacam dirimu?!"

Da Hyun mengoreksi. orang-orang melakukan itu bukan karena mereka pacaran, melainkan karena mereka saling menyukai satu sama lain. Jae In langsung sebal mendengarnya, jadi maksudnya Da Hyun tidak menyukainya, begitu?

"Betul sekali."

Baiklah, kalau begitu. Jae In dengan geram memperingatkan Da Hyun untuk tidak jatuh cinta padanya. Jika tidak, maka segalanya akan menjadi rumit. Da Hyun juga tidak mau jatuh cinta padanya, dan juga, sebaiknya mereka menganggap pertemuan hari ini sebagai kencan mingguan mereka untuk minggu ini saja, jadi besok tidak usah bertemu.

Tapi Jae In mendadak berubah pikiran tentang masalah frekuensi pertemuan mereka, dan memutuskan bahwa mereka harus bertemu lebih dari satu kali seminggu. Dia lalu mengajak Da Hyun pergi ke tempat lain.


Tapi saat dia beranjak pergi, dia dengan penuh emosi menyambar buket bunganya Da Hyun lalu membuangnya ke tong sampah tanpa ampun yang jelas saja membuat Da Hyun mewek heboh. Da Hyun mau mengambilnya kembali, tapi Jae In langsung menyeret Da Hyun pergi.

Lagi-lagi, Jae In mau membawa Da Hyun ke aula konser. Saat mereka tiba di depan gedung, Da Hyun bertanya-tanya apakah orang-orang tahu tentang betapa menyebalkannya Jae In? Jae In santai mengiyakan, tapi dia masa bodo. Iiish! Da Hyun kesal banget sama dia. 

Da Hyun heran, kenapa harus ke tempat konser lagi sih? Jae In berkata, itu karena hotelnya adalah sponsor acara konser ini. Astaga! Da Hyun menduga kalau Jae In pasti tidak pernah berkencan beneran yah? Atau dia sering dicampakkan wanita yah?

Jae In tersinggung, dia tidak pernah dicampakkan wanita. Da Hyun tak percaya, dia yakin kalau Jae In pasti selalu dicampakkan wanita, hanya saja Jae In tidak pernah menyadarinya. Dia yakin banget kalau para wanita yang pernah dekat dengan Jae In hanya menyukai statusnya Jae In tapi tidak benar-benar menyukai Jae In.

Jae In tahu kenapa? Karena Jae In dengan seenaknya mencampuradukkan urusan pekerjaan dengan kencan. Jae In tidak mengerti apa masalahnya, ini namanya 'sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui', hemat waktu.

Da Hyun mendengus sinis mendengarnya. Tapi baguslah, ini artinya Jae In benar-benar tidak jatuh cinta padanya. Karena orang yang benar-benar jatuh cinta, tidak akan menghemat waktu jika sedang bersama orang yang mereka sukai. Justru orang-orang itu akan meluangkan waktu untuk orang-orang yang mereka sukai.

Baguslah, teruslah begini, "jangan berani-berani kau jatuh cinta padaku. Aku yakin aku tidak mudah ditaklukkan," sinis Da Hyun.

Berhubung sebelumnya Da Hyun sudah menuruti Jae In dengan kencan nonton konser, sekarang giliran Da Hyun untuk menentukan tempat dan acara kencan mereka. Da Hyun langsung mencengkeram pergelangan tangan Jae In dan menyeret Jae In pergi dari sana. 

Jae In sontak kesal menampik tangan Da Hyun dari tangannya. Tepat saat itu juga, Tae Ha baru keluar dari gedung itu dan melihat mereka dengan penasaran.

Da Hyun ternyata membawa Jae In ke sebuah toko mainan dan mengajak Jae In untuk merakit mainan robot-robotan. Da Hyun melakukan ini untuk murid-murid SD-nya, seperti yang Jae In bilang, hemat waktu, kencan sekaligus kerja, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Sementara Da Hyun fokus berkutat dengan merakit mainannya, Jae In terlalu malas mengikutinya. Tepat saat itu juga, Jae In melihat seorang anak yang merengek meminta ibunya untuk membelikannya satu jenis mainan, tapi ibunya bersikeras menolak membelikannya. Pemandangan itu sontak mengingatkan Jae In pada masa kecilnya.

 Flashback.

Jae In kecil tampak menghadiri pemakaman seorang anak lelaki yang sepertinya seumurannya. Anak yang meninggal dunia itu adalah anak dari ibunya Jae In yang sekarang, tapi entah apa sebenarnya hubungan Jae In dengan anak yang meninggal dunia itu. Mungkin saudara, tapi sepertinya mereka bukan saudara kandung.

Saat Jae In sedang main sendirian di aula pemakaman, dia melihat Ibu bersandar di dinding seorang diri dengan termenung sedih. Maka Jae In pun mendekati Ibu, menawarkan sapu tangan untuknya dan membiarkan Ibu menangis dalam pelukannya. Dari kejauhan, Kakek melihat mereka dengan sedih.

Flashback end.

Da Hyun melambaikan tangan di depan wajah Jae In untuk menyadarkannya dari lamunan. Dia khawatir melihat Jae In mendadak melamun, apa Jae In tidak enak badan? Dia benci banget yah sama beginian? Mau pergi ke tempat lain saja?

Jae In menyangkal lalu cepat-cepat beranjak pergi dengan alasan mau membeli minuman di bawah. Tapi saat Da Hyun melihatnya dari lantai atas, dia malah mendapati Jae In membelikan mainan untuk si anak kecil yang merengek tadi. Tapi Jae In tiba-tiba melihatnya, Da Hyun pun cepat-cepat menjauh dan kembali berkutat dengan mainan robotnya. 

Ibunya Jae In dan ibunya Tae Ha sedang nge-teh bersama Kakek saat tiba-tiba saja ibunya Tae Ha membahas masalah gosip kencannya Jae In sambil sinis menyindir Jae In yang lagi-lagi, kencan dengan wanita yang berbeda.

Ibunya Jae In langsung membela anaknya dan berkata bahwa lebih aneh jika orang seumuran Jae In tidak punya pacar. Tidak ada salahnya bagi Jae In untuk melakukan apa pun yang dia suka sebelum kembali ke SH Group. Jae In tidak akan selamanya berada di hotel. Bagaimanapun, Jae In adalah cucu tertua keluarga Lee.

Ibunya Tae Ha langsung kesal dan tidak terima, dan mengingatkan ibunya Jae In bahwa Min Tae Ha juga cucunya Kakek. Ibunya Jae In santai berkata bahwa dia tidak pernah bilang kalau Tae Ha bukan cucunya Kakek, yang paling penting kan kemampuan.

Kesal, ibunya Tae Ha langsung sinis mengingatkan ibunya Jae In... "Jae In adalah putranya mendiang kakakku, dan bukan anakmu. Kalian berdua tidak punya hubungan darah setetes pun. Dia tidak akan menjadi anakmu hanya karena kau terus berkeliaran di sekitarnya."

Tapi ibunya Jae In tak gentar sedikitpun dan mengingatkan ibunya Tae Ha untuk tidak cari perkara dengannya karena dia juga pemegang saham SH Group. Kakek cepat-cepat menghentikan perdebatan kedua wanita itu dan mengusir ibunya Tae Ha.

Ibunya Tae Ha akhirnya pergi dengan kesal. Ibunya Jae In meminta maaf pada Kakek atas keributan barusan, tapi dia mengingatkan Kakek bahwa dia sudah menganggap Jae In sebagai putranya sendiri. Jadi Jae In juga cucu dari ayahnya, Chairman Daehan Electric.

"Kenapa si kampret itu mirip sekali denganmu. Seharusnya dia terlahir dari rahimmu. Jangan khawatir, anak itu sepuluh kali lipat lebih licik dariku," komentar Kakek.


Da Hyun kesulitan merakit mainan robotnya saat Jae In kembali lalu tiba-tiba saja dia memeluk Da Hyun dari belakang hanya demi membantunya merakit robot mainan itu, dan membuat Da Hyun jadi gugup.

Da Hyun penasaran apakah Jae In mengenal anak yang dia belikan mainan tadi? Jae In menyangkal dan beralasan kalau dia hanya merasa terganggu dengan rengekan anak tadi, makanya dia belikan saja mainan untuknya.

Dia cepat-cepat beralih topik dan mengeluhkan kapan mereka akan pergi, ini sudah satu jam tapi Da Hyun belum selesai-selesai juga. Da Hyun mengeluh kalau instruksi perakitan mainan ini ada yang salah, makanya dia kesulitan merakitnya sedari tadi.

Mendengar itu, Jae In langsung mengambil alih mainan itu dan mulai membantu merakitnya sembari menyarankan Da Hyun untuk tidak merakit mainan ini di hadapan murid-muridnya karena para murid biasanya mengira guru mereka adalah orang yang bisa melakukan segala hal. Da Hyun tampaknya mulai terpesona pada Jae In.

Tak lama kemudian, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi. Namun di luar malah hujan deras. Suasana ini sontak membuat Jae In termenung sedih lagi, teringat masa remajanya dulu.

Flashback.

Suatu hari saat dia masih SMA, Jae In hendak menjemput seorang wanita paruh baya. Awalnya dia tampak sangat senang saat melihat wanita itu dari seberang jalan.

Namun saat dia hampir mau menyeberang jalan, tiba-tiba dia melihat seorang pria bule muncul bersama seorang putri kecil untuk menjemput wanita itu, lalu wanita itu memeluk si pria bule dan si putri, mungkin mereka keluarga si wanita itu. Kebahagiaan di wajah Jae In musnah seketika melihat pemandangan keluarga bahagia itu. (Hmm, siapakah wanita itu? Ibu kandungnya Jae In kah?)

Flashback end.


Jae In tersadar dari lamunannya saat Da Hyun tiba-tiba menghadiahkan mainan itu untuknya, Jae In bisa merakitnya kalau dia ada waktu luang. Jae In ingin menolak dengan alasan tidak ada waktu, tapi Da Hyun tetap memaksanya untuk menerima hadiah itu dan menegaskan bahwa Jae In bisa memainkannya jika ada waktu luang saja.

Jae In akhirnya mengalah. Karena hujan tak kunjung reda, Da Hyun usul agar mereka lari saja menembus hujan. Tapi Jae In punya ide lain. Dia langsung meminjam payung dari toko itu, tapi dia cuma pinjam satu.


Dia langsung merangkul Da Hyun sepayung berdua dengannya dan mereka pun berjalan pergi berangkulan sambil bercanda mesra.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam