Sinopsis Something About 1% Episode 3 - Part 2


 

Konser dimulai, tapi Da Hyun malah ketiduran dan baru terbangun saat kepalanya terantuk punggung kursi. Jae In pun baru sadar kalau Da Hyun ketiduran setelah mendengar suara dengkuran pelannya. Da Hyun berusaha sekuat mungkin untuk membuat dirinya tetap terjaga, tapi pada akhirnya dia mulai terkantuk-kantuk lagi.


Jae In langsung mempelototinya dengan kesal dan mengedarkan pandangannya, takut malu ada yang lihat. Saat kepala Da Hyun terkantuk-kantuk ke arahnya, Jae In langsung menarik kepala Da Hyun ke bahunya. Tapi gerakannya itu malah membuat Da Hyun tersentak bangun dengan kaget.


Saking kagetnya, Da Hyun hampir saja bersuara keras tapi Jae In cepat-cepat merangkulnya dan membekap mulutnya. Begitu pikirannya sudah mulai jernih, Da Hyun berusaha melepaskan rangkulan Jae In. Tapi Jae In menolak melepaskannya.

"Apa yang kau lakukan? Orang-orang melihat, tahu!"

"Itu yang ingin kukatakan. Orang-orang melihat, tahu!" hardik Jae In lirih sambil menarik kepala Da Hyun kedalam pelukannya agar dia diam. Da Hyun berusaha keras melepaskan dirinya, tapi Jae In malah semakin mempererat pelukannya dan mengancam, coba saja kalau Da Hyun berani tidur lagi.


"Apa... apa yang akan kau lakukan?" tantang Da Hyun dengan tergagap.

"Close your eyes and I will kiss you" ancam Jae In dalam Bahasa Inggris lalu mencondongkan kepalanya seolah hendak melaksanakan ancamannya itu.

Panik, Da Hyun langsung melepaskan diri dari pelukan Jae In dan mengancam Jae In untuk tidak menyentuhnya. Jae In pun mengancamnya untuk tidak tidur lagi. 

 

Da Hyun pun langsung duduk kaku sambil berusaha keras berkonsentrasi menyaksikan konser walaupun dia tidak menikmatinya hanya supaya dia tidak ketiduran lagi. Jae In tersenyum senang melihat itu.


Setelah konser usai, kedua orang tua Tae Ha melihat Jae In keluar bersama Da Hyun. Mereka semakin penasaran, siapa wanita yang jalan bersama Jae In itu. Ayah Tae Ha memutuskan agar sebaiknya mereka mencari tahu saja sendiri.


Da Hyun menunggu di kejauhan sementara Jae In menyalami para penonton yang baru keluar dari tempat konser. Paman dan Bibinya menyapanya dan langsung bertanya siapa gadis yang datang bersama Jae In itu. Jae In berkata kalau dia adalah wanita yang dia temui untuk keperluan bisnis.

Bibinya Jae In terus bertanya-tanya lebih detil tapi Jae In malas menjawab pertanyaan bibinya lebih lanjut. Setelah menyindir bibinya dengan rada ketus, dia langsung pamit. Tae Ha cuma diam saja sedari tadi, tapi dia tersenyum tipis saat melihat Jae In dan Da Hyun pergi bersama.


Saat mobilnya Jae In datang, Da Hyun tiba-tiba menuntut Jae In untuk bicara di suatu tempat. Dia ingin mereka merevisi kontrak mereka. Da Hyun mengaku kalau dia baru ingat ada yang lupa dia sebutkan didalam kontrak. 

Jae In langsung berpikir jangan-jangan Da Hyun ingin membicarakan masalah halaman terakhir wasiat kakeknya yang menyebutkan tentang Tae Ha, bagian dari surat wasiat yang Jae In minta pada Pengacara Park untuk tidak dibuat salinannya biar Da Hyun tidak tahu.


Tapi sesampainya mereka di cafe, revisi kontrak yang Da Hyun minta ternyata adalah masalah skinship. Jae In salah mengira kalau Da Hyun ingin melakukan itu dan dengan santainya menyuruh Da Hyun untuk melakukannya saja kalau dia mau. Da Hyun langsung mendengus sinis mendengarnya.

"Ah, tapi kita harus menunggu sedikit lebih lama sebelum tidur bersama."

Da Hyun hampir saja tersedak kopinya dan meninggalkan busa di bibirnya "Kau sudah gila! Aku tidak pernah bilang kalau aku mau melakukan itu denganmu!"

Jae In membantunya menyeka busa di bibirnya sementara Da Hyun terus nyerocos mengancam Jae In, coba saja kalau Jae In sampai berani menyentuhnya. 
 
Jae In langsung protes balik, mereka kan sekarang pacaran jadi wajar dong kalau hubungan mereka ada perkembangan. Da Hyun bersikeras tidak mau melakukan itu.

Jae In jadi mulai kesal sekarang, "kalau begitu seharusnya kau tidak usah tanda tangan kontrak atau bayar denda untuk pelanggaran kontrak! Aku bisa saja membuat idolamu itu tidak akan pernah bisa menjadi penyanyi!"


"Apa kau mengancam?"

Jae In langsung pasang senyum tanpa dosa sambil mengklaim kalau dia tidak mengancam, kenapa juga dua orang yang sedang pacaran saling mengancam. Da Hyun tidak usah khawatir, mereka bisa pelan-pelan. 

Da Hyun heran dengan sikap Jae In yang sekarang, katanya Jae In tidak menyukai wanita seperti dirinya. Jae In beralasan kalau dia harus bersabar karena kakeknya sangat menyukai Da Hyun.

"Sejak kapan kau jadi orang yang berperasaan" gumam Da Hyun.


Tiba-tiba mereka mendengar hape Da Hyun berbunyi. Da Hyun mencarinya di tas, tapi Jae In menemukan hape itu tersembunyi di bawah serbet. Ibunya Da Hyun yang menelepon. Lagi-lagi untuk menyuruh Da Hyun kencan dengan dokter herbal hari sabtu. Jae In langsung sebal mendengarnya, Da Hyun dengan canggung berusaha menolak. 


Saat ibunya curiga kalau dia sudah punya pacar, Da Hyun langsung menyangkalnya tapi Jae In langsung merebut hape itu untuk menyapa Ibunya Da Hyun dan memperkenalkan namanya. 
 
Dia membenarkan bahwa dirinya adalah pria yang waktu itu dan menyatakan pada Ibunya Da Hyun bahwa dia dan Da Hyun pacaran serius, jadi Da Hyun tidak perlu lagi berkencan dengan pria lain. Da Hyun langsung stres tapi tak bisa berbuat apapun untuk mencegahnya, apalagi Jae In berjanji akan memperkenalkan dirinya pada Ibu kapan-kapan.


Da Hyun cepat-cepat merebut hapenya kembali dan memberitahu ibunya "Ini aku DaDa. Tidak, bukan seperti itu. Kita bicara nanti saja, yah? Akan kujelaskan kapan-kapan."

Tapi Ibunya tampaknya tak mempercayai penjelasannya. Kesal, Da Hyun langsung berpaling kembali ke Jae In dan bertanya apa sebenarnya yang Jae In lakukan? Jae In mengabaikan pertanyaannya dan bertanya balik, siapa itu DaDa? Da Hyun menolak memberitahu, Jae In tidak perlu tahu!


Di rumah, Ibunya Da Hyun dengan antusias memberitahu Ayahnya Da Hyun bahwa Da Hyun sudah punya pacar dan dari suaranya kedengarannya dia pria yang energik. Mereka jadi penasaran apa pekerjaan pria itu. Mereka berharap pacar barunya Da Hyun itu seorang dokter herbal agar ayah bisa mewariskan prakteknya pada menantunya, dengan begitu mereka semua akan bisa tinggal seatap.


Sesampainya di rumah, Ayahnya Tae Ha memerintahkan Tae Ha untuk mencari tahu tentang wanita yang bersama Jae In tadi dan cari tahu apakah wanita itu ada hubungan dengan Kakek. Ayahnya Tae Ha penasaran, apa lagi ulah kakek tua itu?

Tae Ha menerima perintahnya. Tapi begitu kedua orang tuanya masuk duluan, Tae Ha menggumam dengan kecewa "Apa kau tidak peduli pada hal lainnya, ayah?"


Jae In terus menuntut siapa itu DaDa? Apa DaDa itu Da Hyun? Da Hyun mendesah kesal, Jae In benar-benar sangat keras kepala. Iya, dia mengakui bahwa DaDa adalah dirinya, semua orang di rumahnya memanggilnya seperti itu. 

Dia tidak mau membahas masalah nama panggilannya itu, tapi Jae In terus bertanya-tanya kenapa dia dipanggil DaDa. Apa mungkin karena Da Hyun suka berlari dengan terburu-buru, dadadada? tanya Jae In sambil menggerak-gerakkan jari-jarinya di meja menirukan gerakan berlari cepat.

"DaDa? Nama itu cocok untukmu."

"Nama panggilan itu tidak boleh kau gunakan."


Tapi Jae In malah terus memanggilnya dengan nama panggilan itu, kali ini dia bahkan mengucapkannya dengan nada manja "DaDa~~~. Saat pria dan wanita pacaran, mereka saling memanggil satu sama lain dengan nama panggilan."

"Apa kau benar-benar akan seperti ini? Kau membuat kulitku merinding!" gerutu Da Hyun.

Dia heran, apa Jae In bersikap seperti ini karena dia sangat tua? Jelas saja Jae In langsung protes, dia baru berumur 32 tahun, 32 tahun itu tidak tua. Bahkan saat ini dia masih menikmati masa-masa mudanya. Terserah lah, tapi kenapa Jae In semakin lama semakin bicara dengan nada tidak formal padanya?


"Karena aku 6 tahun lebih tua darimu. Aku sangat tua, tahu." jawab Jae In sambil pasang muka ngece.

Da Hyun langsung mendengus sebal melihat tingkah kekanak-kanakan Jae In. Dia langsung menyesap kopinya lagi dan lagi-lagi meninggalkan busa di bibirnya. Jae In ingin menyekanya, tapi Da Hyun merebut serbet itu dari tangan Jae In dan mengelap bibirnya sendiri.


Hujan turun deras saat mereka keluar. Jae In berkata kalau hujan deras seperti ini biasanya akan cepat reda. Da Hyun tak percaya, bagaimana dia bisa tahu. Jae In berkata karena dia sering mengalami yang seperti ini saat dia masih remaja dan di usia 20-an. Tampaknya dia ingin mengatakan sesuatu lagi. Tapi tiba-tiba saja dia berhenti bicara dan mengajak Da Hyun berlari ke mobilnya sambil menembus hujan.


Sementara itu, Kakek mulai tak sabaran karena sampai sekarang masih belum ada kabar dari Jae In. Ketua Tim Kang berusaha meyakinkan Kakek bahwa Jae In pasti akan segera melapor sebentar lagi, ini kan masalah bisnis yang Kakek perintahkan pada Jae In jadi sudah pasti Jae In akan melapor pada Kakek.

"Menurutmu apa yang akan terjadi diantara kedua orang itu?" tanya Kakek.

Ketua Tim Kang menduga mungkin akan berakhir seperti biasanya. Jae In tidak pernah jatuh cinta. Jadi kemungkinan dia hanya akan tidur dengan Da Hyun. Tapi setelah Jae In merasa si wanita mulai jadi manja, dia akan menendang wanita itu tanpa ampun, selesai.

"Bagaimana kau tahu itu?" protes Kakek. Ketua Tim Kang dengan santainya mengingatkan Kakek bahwa dialah yang selalu menangani semua laporan yang diserahkan pada Kakek di kantor kesekretariatan.


Jae In menurunkan Da Hyun di area dekat rumah Da Hyun. Sebelum berpisah, Da Hyun menghadiahkan salah satu gantungan kunci yang memiliki inisial JI pada Jae In sebagai ungkapan terima kasih atas konsernya. Jae In melihat gantungan itu dan gantungan milik Da Hyun, lalu memutuskan untuk tukeran.

Karena kedua gantungan kunci itu mirip gantungan kunci pasangan dan karena mereka pacaran, jadi lebih baik jika dia menyimpan inisial nama Da Hyun dan sebaliknya. Akan lebih berarti jika mereka saling memiliki inisial satu sama lain.

Da Hyun protes dan berusaha merebut gantungan kuncinya kembali sambil mengklaim kalau dia yang membeli gantungan kunci itu, tapi Jae In menolak dan mengingatkan Da Hyun bahwa dialah yang membayarinya jadi sebenarnya dialah yang memberikan hadiah.


Karena Da Hyun tak segera pergi, Jae In dengan pedenya menduga kalau Da Hyun tidak mau berpisah jadi bagaimana kalau dia masuk untuk makan ramen. 
 
Da Hyun langsung merinding mendengarnya, yang benar saja. Anyway, dia berterima kasih pada Jae In atas hari ini, atau lebih tepatnya untuk setengah hari ini.

"Setengah?"

"Karena kau membantu Ji Su. Apa kau pikir aku berterima kasih atas ancamanmu?"

"Itu kan janjiku padaku, iya kan?"

"Benar, tapi berkat kakekmu, segalanya berubah jadi lebih baik. Aku mungkin tidak tahu dia seperti apa. Tapi tolong sampaikan ucapan terima kasihku padanya."

Da Hyun hendak keluar, tapi Jae In langsung menahannya dan menatapnya dengan tak percaya. Apa Da Hyun benar-benar tidak mengenal kakeknya? Akan lebih baik jika Da Hyun jujur saja padanya. 
 
Da Hyun langsung berdecak keheranan, apakah semua orang dalam hidup Jae In selalu membohonginya? Apa Jae In terlahir menjadi orang yang curigaan terhadap orang lain? Atau mungkin dia rusak secara emosional saat dia masih kecil?


Da Hyun lalu keluar. Tapi sebelum pergi, dia menasehati Jae In untuk tidak buang-buang tenaga mengkhayalkan yang tidak-tidak. Lebih baik Jae In langsung tidur saja, dia kan sudah sangat tua. Jae In jelas kesal mendengarnya. Mereka pun berpisah.


Tapi di tengah jalan, Jae In memperhatikan di gantungan kunci yang dia ambil dari Da Hyun tadi, masih ada kunci rumah Da Hyun. Jae In langsung tersenyum geli melihat itu. Da Hyun baru menyadari kuncinya ketinggalan di gantungan kunci yang ada pada Jae In begitu dia baru sampai depan pintu.


Da Hyun langsung berlari kembali ke jalan dengan panik dan kebingungan, apa dia harus menelepon Jae In? Tapi takutnya nanti Jae In akan menyinggung masalah ramen lagi. 
 
Tapi tiba-tiba dia mendengar suara pintu mobil terbuka dan tertutup lalu suara langkah kaki seseorang dari belakangnya. Da Hyun menoleh dan mendapati Jae In ada di sana, sedang memegangi gantungan kuncinya.

"Apa kau mencari ini?" tanya Jae In dengan senyum lebar.


Da Hyun langsung ikut tersenyum lebar dan berterima kasih pada Jae In. Tapi saat dia hendak mengambilnya, Jae In malah menjauhkannya sambil berkata bahwa mereka bergerak agak terlalu cepat sebenarnya mengingat ini baru kencan pertama mereka. Tapi baiklah jika ini yang DaDa inginkan, Jae In tiba-tiba langsung merangkul Da Hyun.

Da Hyun sontak menahannya "Apa yang kau lakukan?"

"Bukankah kau melakukan ini dengan sengaja untuk merayuku? Kau melakukan semua ini, jadi tidak pantas jika aku mengabaikan usahamu."

"Kau ini bicara apa? Bukan seperti itu! Ini benar-benar cuma kesalahan. Ini karena kau terus menerus menyudutkanku sampai aku jadi lupa (pada kuncinya)."


Da Hyun berusaha lagi mengambil gantungan kunci itu. Tapi Jae In terus menerus menjauhkannya dari jangkauan Da Hyun. 
 
Da Hyun akhirnya mencoba melompat untuk mengambil gantungan itu, tapi malah terjatuh kedalam pelukan Jae In. Mereka saling berpelukan karenanya dan bertatap mata selama beberapa saat.


Jae In terus menggerak-gerakkan gantungan kuncinya dan Da Hyun mengikutinya dengan tatapan matanya. Jae In dengan sengaja menggerakkan gantungan kunci itu di belakang kepalanya hingga membuat pandangan mata Da Hyun kembali menatapnya. Jae In lalu mengecup singkat bibir Da Hyun, membuat Da Hyun melotot kaget.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam