Sinopsis Something About 1% Episode 2 - Part 2

Usai mengajar keesokan harinya, Da Hyun mendapat pesan dari Jae In yang mengajaknya ketemuan lagi. Tapi setibanya di cafe, dia malah bingung mencari-cari Jae In yang tidak kelihatan di mana-mana. Di mana dia?

 

"Aku di sini," bisik Jae In yang mendadak muncul dari belakang, membuat Da Hyun jadi kaget hingga dia refleks mundur dan hampir saja menabrak orang kalau saja Jae In tidak segera menariknya. Gara-gara tarikan itu, jarak mereka jadi dekat dan membuat Da Hyun jadi gugup sesaat.

Tapi kenapa sebenarnya Jae In terus-terusan mengajaknya bertemu? Dia kan sudah bilang kalau dia tidak tertarik dengan Jae In dan perusahaannya. Jae In tidak terima, bagaimanapun, hubungan di antara mereka sudah diikat oleh kakeknya dengan pernikahan.

Jae In juga sebenarnya tidak mau dan sangat bersyukur Da Hyun juga tidak mau. Dan kakeknya juga sudah setuju untuk berubah pikiran, kakek setuju untuk mengubah surat wasiatnya dengan syarat mereka berdua harus serius pacaran selama 6 bulan. Ini cara terbaik yang bisa dia dapatkan agar mereka berdua tidak perlu menikah.

Da Hyun tetap keukeuh menolak, menikah atau cuma pacaran, intinya dia sama sekali tidak tertarik untuk memiliki hubungan apa pun dengan Jae In. Jae In heran, Da Hyun berpotensi mewarisi warisan yang jumlahnya sangat banyak. Masa Da Hyun tidak tertarik sama sekali?

 "Kalau cuma dikasih warisan, aku tertarik. Tapi jika aku harus menikah denganmu demi mendapatkan uang itu, aku menolak."

Toh Da Hyun juga tidak sedang kelaparan atau semacamnya. Dia tidak mau menikah hanya demi mendapatkan warisan dari seseorang. Dia tidak mau memperumit hidupnya hanya karena masalah ini. Sebaiknya Jae In bicara lagi dengan kakeknya, bilang baik-baik pada kakeknya bahwa dia sama sekali tidak setuju dengan semua ini. 

"Kau serius?"

"Iya. Aku serius sejak awal," tegas Da Hyun lalu beranjak pergi.

Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba dia berbalik kembali. Jae In sontak menegakkan badan dengan penuh harap, tapi ternyata Da Hyun kembali cuma untuk mengambil HP-nya yang ketinggalan lalu pergi. Pfft!


Di rumah, Da Hyun berpikir bahwa keputusannya ini sudah benar dan tepat. Yah, walaupun sayang juga harus kehilangan uangnya. Tapi lebih baik tidak berurusan dengan orang-orang semacam itu, entah apa rencana licik mereka.

Tepat saat itu juga, ibunya menelepon untuk menyuruhnya kencan buta lagi, dan lagi-lagi, dengan seorang dokter herbal. Da Hyun setuju dengan patuh, dia bahkan meyakinkan ibunya kalau dia pasti akan menikah dengan dokter herbal.


Di kantornya, Jae In menatap foto dan biodata Da Hyun dengan frustasi, "Bu Guru, sikapmu ini membuat segalanya rumit bagiku."


Kakek sudah menduga kalau Jae In pasti ditolak sama Da Hyun. Maka Kakek pun memutuskan bahwa sekarang saatnya memberitahu Tae Ha tentang masalah ini lalu memerintahkan Ketua Tim Kang untuk menghubungi Pengacara Park.

Di hari minggu, Da Hyun bersiap untuk pergi ke acara kencan butanya. Sebenarnya dia malas banget harus kencan buta lagi dengan orang asing. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menurut dan pergi bertemu orang itu di restoran hotel.

Pada saat yang bersamaan, Jae In juga bertemu dengan ibunya di tempat yang sama. Dari interaksi mereka, sepertinya ibu dan anak itu jarang bertemu karena kesibukan Jae In. Ibu sudah dengar kalau kakek memanggil Jae In, makanya Ibu khawatir kalau kakek mengancam Jae In.

Jae In meyakinkan Ibu untuk tidak usah mengkhawatirkan itu, dia bisa mengatasinya sendiri kok. Ibu juga penasaran apakah Jae In masih kontak dengan bibinya yang tinggal di Kanada. Jae In mengiyakannya, namun tepat saat itu juga, konsentrasinya mulai terganggu gara-gara melihat Da Hyun sedang kencan buta di meja yang agak jauh darinya.

 Ibu jadi penasaran melihat Jae In sedang memperhatikan kedua orang itu. Ibu perhatian kalau kedua orang itu sedang kencan buta dan menurut ibu, keduanya serasi. Sekalian Ibu memanfaatkan kesempatan ini untuk menanyakan kapan Jae In akan menikah.

Ibu juga ingin Jae In segera kembali ke SH Group. Bagaimanapun, Jae In adalah cucu tertua Ketua SH Group. Bukan itu saja, Jae In juga cucunya Ketua Daehan Electric (kakek dari pihak ibu). Mereka pasti akan membantu menyediakan apa pun yang Jae In butuhkan.

Tapi Jae In sama sekali tidak bisa fokus gara-gara melihat Da Hyun yang tampak mesra dengan kencan butanya. Dia bahkan tidak repot-repot menjawab ibunya dan langsung mengakhiri pertemuan mereka saat itu juga dengan alasan bahwa dia harus menangani masalah besar.

Setelah ibu pergi, Jae In menghampiri kedua orang itu dan langsung mengonfrontasi Da Hyun dan menuduhnya berselingkuh. Dia bahkan langsung duduk di samping Da Hyun, membuat Da Hyun jadi gugup banget sampai-sampai dia keceplosan ngomong tentang masalah menikah dengan Jae In.

Jae In langsung saja menyahut, "oke, mari kita tunda pernikahan kita sesuai keinginanmu, walaupun aku mau-mau saja nikah besok."

Lalu dengan muka tanpa dosa dia mengalihkan perhatiannya ke kencan butanya Da Hyun yang sedang kebingungan dengan situasi ini dan meminta maaf padanya. Tapi yah, beginilah hubungan pria dan wanita dalam pacaran, kadang ada saja kesalahpahaman. Pacaran memang sulit. Da Hyun langsung panik menyangkal.

"Apa sih yang kau lakukan?!" protes Da Hyun.

"Apa maksudmu? Lalu apa kau mau menikah saja seperti keinginan kakek?"

"Kukira tidak perlu. Kukira kita cuma perlu pacaran..." 

Ooops! Keceplosan. Pria itu sontak pamit dan beranjak pergi dengan agak kesal. Jae In pun puas lalu pindah duduk ke kursi yang tadinya diduduki pria tadi.


Da Hyun langsung keluar dari hotel itu dengan kesal, tapi Jae In terus mengikutinya dengan gigih. Da Hyun jadi tambah kesal sama dia dan langsung mendampratnya, "apa kau sudah gila?! Kenapa kau melakukan itu?!"

"Tidak kok. Aku hanya ingin kita memulai lagi dari awal."

"Apanya yang memulai dari awal lagi? Kita bahkan tidak pernah memulai apa pun!"

"Kalau begitu, kita mulai saja sekarang," santai Jae In sambil menyeret paksa Da Hyun kembali ke restoran.

Gara-gara kelakuan Jae In, ibunya Da Hyun dengan cepat mendapat kabar kalau Da Hyun sudah punya kekasih dan langsung menelepon Da Hyun dan menginterogasinya. Da Hyun menyangkal punya kekasih dan dengan lantang (di hadapan Jae In) memberitahu ibunya kalau pria itu cuma pria gila, tapi dia tidak berbahaya kok, dan dia janji akan pergi ke kencan buta berikutnya minggu depan.

Selesai bicara dengan ibunya, Da Hyun langsung memerintahkan Jae In untuk mencari alasan yang bisa membuatnya memaafkan Jae In. Tapi Jae In sama sekali tidak merasa salah dan tidak perlu melakukan itu.

Heran dia, kenapa juga Da Hyun repot-repot kencan buta dengan pria lain padahal Da Hyun bisa menyelesaikan masalahnya dengan berpacaran dengannya saja. Da Hyun butuh cowok, dan dia butuh Da Hyun.

Da Hyun benar-benar frustasi padanya, "apa pernah ada yang bilang betapa keras kepalanya dirimu?"

"Kadang."

"Itu bukan pujian!" 

Tapi baiklah, Da Hyun akhirnya setuju untuk mencobanya. Akan tetapi, sepertinya orang yang akan mendapat keberuntungan paling besar dalam hal ini hanya Jae In seorang. Jae In akan dapat warisan besar, sedangkan Da Hyun justru akan merugi karena setelah 6 bulan, dia tidak akan dapat apa-apa. Ditambah lagi, dia bakalan harus berurusan dengan orang semacam Jae In selama 6 bulan ke depan. Nggak adil dong.

Maka Jae In pun mencoba menawari Da Hyun dividen saham selama 3 tahun secara tunai. Tapi menurut Da Hyun, sepertinya penawaran awal malah lebih menguntungkan dan lebih mudah deh. Jika dia menikah dengan Jae In, maka dia akan mendapatkan lebih banyak. Dia akan dapat suami, status, dan pastinya uang melimpah.

"Baiklah, katakan saja apa maumu, Bu Guru. Biar kuperjelas sekarang, aku tidak akan menikahimu."

"Terima kasih. Aku juga tidak mau."

Da Hyun pun mulai mengajukan beberapa syarat. Pertama, Jae In harus selalu bicara padanya dan memanggilnya dengan benar dan sopan. Baiklah, Jae In setuju. Tapi tepat saat itu juga, Jae In ditelepon Ketua Tim Kang yang mengabarinya tentang masalah pekerjaan. Jae In yang baru saja berjanji akan bicara sopan, malah refleks ngamuk-ngamuk dengan bahasa kasar, bahkan mengancam Ketua Tim Kang untuk mengundurkan diri jika dia sampai gagal.

Melanjutkan pembicaraannya dengan Da Hyun, Jae In tanya apa yang sebenarnya Da Hyun inginkan. Uang? Saham SH Group? Katakan saja. 

Namun yang tak disangkanya, alih-alih minta duit atau saham, Da Hyun malah meminta Jae In untuk menyediakan teknologi digital untuk perpustakaan di sekolahnya, gym indoor untuk arena bermain murid-muridnya, bus sekolah, dan cermin besar buat latihan nge-dance di ruang latihan. Dan akan lebih bagus jika Jae In bisa memetik bintang untuk membuat kelas IPA jadi lebih terang benderang. Pfft!

Jae In jelas tidak bisa memetik bintang. Tapi dia bisa menyediakan yang lain, apa ada lagi? Da Hyun bingung, dia kan sebenarnya cuma bercanda, tapi Jae In dengan wajah serius menegaskan bahwa dia serius.

Baiklah, lupakan saja yang tentang sekolahnya. Dia punya permintaan lain. Bisakah Jae In memberikan perusahaan agensi yang lebih baik untuk Ji Soo? Dia seorang idol, penyanyi dan aktor berbakat, dan sangat tampan. Dia hanya perlu sedikit bantuan, maka dia pasti akan jadi bintang. 

Perusahaan agensinya yang sekarang ini buruk banget dan tidak berperikemanusiaan. Ji Soo bisa dibilang, terikat kontrak budak sehingga dia tidak bisa keluar dari perusahaan. Apa pengacaranya Jae In bisa menangani kasus semacam ini?

Itu saja yang dia inginkan dan dia serius kali ini. Jika Jae In setuju untuk melakukan permintaannya itu, dia juga akan setuju untuk melakukan apa pun yang Jae In inginkan. Kecuali... menikah. Deal!


Mereka lalu keluar tak lama kemudian dan Da Hyun pamit. Tapi Jae In tiba-tiba memanggilnya lalu menyodorkan HP-nya Da Hyun di depan matanya. Heran dia, kenapa Da Hyun selalu kelupaan HP-nya? Sengaja yah? Tiba-tiba sebuah mobil lewat terlalu dekat Da Hyun. Jae In pun refleks menarik Da Hyun ke dalam pelakukannya.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam