Sinopsis Reset (2022) Episode 15 [END]

5 tahun yang lalu, tanggal 13 Mei 2014...

Wang Meng Meng naik bus no.45 yang saat itu penuh dengan banyak penumpang. Dia tidak kebagian kursi, jadi dia berdiri. Namun tiba-tiba ada cowok mesum yang menggrepe-grepe bagian privatnya. Wang Meng Meng sontak gemetar ketakutan dan tidak berani melawan.

Liu Yao juga ada di sana (dia duduk di kursi yang sama dengan yang duduki Shi Qing) dan melihat kejadian itu. Dia langsung memotretnya, dari sekian banyak penumpang di bus itu, cuma dia seorang yang melihat kejadian itu. (Secuek itu kah orang-orang di sana? Gila!)

Sayangnya, si pelaku memergokinya dan Liu Yao sontak ketakutan sehingga dia langsung turun di halte terdekat. Dan sayangnya, Wang Meng Meng justru tidak melakukan hal yang sama untuk turun di halte itu padahal itu kesempatannya untuk melarikan diri dari si penjahat sebelum bus masuk jembatan.

Liu Yao menelepon ibunya untuk melaporkan kejadian itu. Tapi ibunya malah menyuruh Liu Yao untuk cari aman saja dengan pura-pura tidak tahu apa-apa dan melarangnya melapor ke polisi. Ibu bahkan langsung berceramah menasehati Liu Yao untuk tidak memakai baju seksi biar tidak jadi sasaran orang-orang semacam itu. 

(Bleh! Bullshit! Yang pakai baju seksi tuh Liu Yao, tapi yang jadi korban justru Wang Meng Meng yang bahkan tidak ada seksi-seksinya. Itu sudah jelas menunjukkan bahwa otak mesum itu tidak pandang bulu. Target mereka tuh cewek-cewek yang lemah dan penakut, dan bukannya yang seksi doang)

(Yang dilakukan Liu Yao memang salah. Tapi di sisi lain, aku mengerti kesulitan yang Liu Yao alami. Dia hidup jauh dari orang tuanya dan sendirian saat kejadian itu terjadi, wajar saja kalau dia hanya ingin melindungi keselamatan dirinya sendiri. Kalaupun pelakunya ditangkap, pasti akan cepat dibebaskan juga kalau kejahatannya cuma sekedar grepe-grepe. Dan mungkin saja dia bakalan balas dendam pada Liu Yao)


Liu Yao akhirnya menuruti ibunya, namun dia sebenarnya tidak bisa tenang. Lalu setelah dia mengetahui kejadian naas itu, dia akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri memposting komentar membela Wang Meng Meng di forum itu.

Tapi para netizen bukannya membantu menindaklanjuti komentarnya itu, malah menyerangnya dengan segala macam kata makian dan rutukan. Ada yang menuduhnya berbohong, ada juga yang menuduhnya komplotan si penjahat karena tidak membantu Wang Meng Meng, bahkan ada satu netizen paling kasar yang merutukinya untuk mati saja. Dan jelas saja semua itu membuat Liu Yao jadi semakin ciut dan ketakutan.

Flashback end.

Liu Yao menangis saat mengenang kembali kejadian 5 tahun yang lalu itu. Namun selama beberapa tahun ini, dia tidak pernah menghapus foto si pelaku, dia bahkan menyimpan copy-annya di penyimpanan awan dan berjanji akan memberikan akun dan password-nya pada mereka.

Di rumah sakit, kondisi He Yun jadi semakin parah, dia bahkan muntah darah dan wajahnya semakin pucat. Menyadari dirinya mungkin tidak akan bertahan jika masih ada loop selanjutnya, He Yun pun langsung nyerocos mengingat Shi Qing tentang apa-apa saja yang harus dia lakukan jika benar-benar ada loop selanjutnya.

Yang tak disangkanya, Shi Qing sudah semakin pintar sekarang. Dia banyak belajar dari kesalahan-kesalahan mereka di loop-loop sebelumnya , malah sekarang Shi Qing sendiri yang berinisiatif memikirkan cara-cara lain yang lebih efektif dan lebih hemat waktu.

He Yun senang mendengar semua idenya. Sepertinya Shi Qing bisa melakukannya sendiri. Tapi... "jika aku hanya bisa menemanimu sampai di sini, berjanjilah padaku untuk keluar dari loop sendiri."

Shi Qing tercengang mendengar kata-kata yang terdengar seperti ucapan selamat tinggal itu. He Yun dengan gugup menegaskan maksudnya, "aku cuma bilang 'jika'. Kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya terlalu gugup. Aku takut kehilanganmu."

Shi Qing pun bertanya balik, "bagaimana jika tidak ada siklus lagi? Maksudku, jika kita terbangun keesokan harinya dan tidak bisa mengingat apa pun. Apa yang akan kita lakukan?"

"Aku yakin aku akan mengingatmu," jawab He Yun, "bahkan sekalipun kau melupakanku, aku akan mencarimu, mengetuk pintumu dan berkata padamu... 'Halo, aku Xiao He Yun. Maukah kau jadi pacarku?" tanya He Yun sambil mengulurkan tangannya. (Pfft! Apakah ini parodi dramanya Bai Jing Ting yang sebelumnya, You Are My Hero?) 


Shi Qing menyambut uluran tangannya dan menjabatnya saat dia setuju untuk menjadi pacarnya. He Yun pun langsung mendekat untuk menciumnya.

Tak lama kemudian, mereka dibawa ke kantor polisi dan mereka terus berpegangan tangan sepanjang perjalanan. Namun Shi Qing dan He Yun lelah dan ngantuk sehingga mereka pun tertidur di tengah jalan...


Lalu Shi Qing terbangun di loop berikutnya di dalam bus. Namun He Yun tidak bangun walaupun dia sudah berusaha membangunkannya. Kondisi He Yun benar-benar semakin memburuk sekarang. Walaupun sempat panik, tapi Shi Qing dengan cepat menguasai diri. Dia berusaha menenangkan diri selama beberapa detik sebelum kemudian mulai melaksanakan misi mereka yang kali ini harus dia lakukan sendiri.

Dia mengulang rencana He Yun yang sebelumnya, memotret Ibu Tao lalu mengirimkannya ke Kapten Zhang disertai segala informasi detil tentang bom itu dan waktu ledakannya. Bedanya, kali ini dia juga menyertakan alasan Ibu Tao melakukan itu, biar polisi bisa dengan cepat menyelidiki tentang Wang Meng Meng.

Lalu setelah itu dia mendekati Bapak Jiao dengan menunjukkan pesan serupa secara diam-diam dan meminta bantuannya, kali ini Bapak Jiao tidak perlu bertanya karena Shi Qing sudah menyertakan informasi tentang hadiah uang jika dia bersedia membantu. Bapak Jiao langsung mengangguk setuju.

Ibu Tao merasa ada yang aneh saat dia melirik mereka, tapi dia juga bingung karena tidak tampak ada sesuatu yang mencurigakan. Bapak Jiao sudah, sekarang tinggal menunggu Lu Di naik. Shi Qing pun bersiap dengan menulis pesan serupa untuk Lu Di nanti.

Kapten Zhang yang hidup lagi di loop kali ini, langsung membawa pasukannya untuk mengejar bus. Bedanya dari loop yang sebelumnya, kali ini polisi tidak akan naik dari haltenya Lu Di, melainkan membarikade semua jalan yang menuju ke jembatan TKP, dan mengawal bus itu secara diam-diam dengan mobil-mobil biasa tanpa sirine agar tidak membuat para penjahat itu merasa terancam. Dia juga menelepon Shi Qing dan menyuruhnya untuk tetap terhubung dengannya.

Begitu Lu Di naik, Shi Qing langsung menunjukkan pesan itu, menugaskan Lu Di untuk mengamankan bomnya, dan to the point meyakinkan Lu Di dengan cara melafalkan nama panjang Lu Di, "kau adalah Lu - Rasul Kucing, Penakluk Asma, Yang Terpilih Oleh Cahaya - Di. Jangan tanya bagaimana aku mengetahuinya, tapi sekarang, kaulah yang terpilih. Bantulah aku."

Kali ini Shi Qing berhasil meyakinkannya dengan cepat dibandingkan He Yun di loop sebelumnya. Bapak Jiao dan Lu Di sudah siap, mobil-mobil polisi pun sudah mengawal mereka di kanan-kiri bus.


Maka begitu bus hampir mencapai jembatan, Shi Qing sontak berteriak minta turun. Ibu Tao sontak meraung melarang Supir Wang berhenti. Shi Qing dan Bapak Jiao langsung bergerak cepat bekerja sama menahan tangan Ibu Tao yang memegang pisau sambil teriak-teriak meminta bantuan yang lain, sementara Lu Di mengambil dan mengamankan panci presto itu.

Bapak Ma yang pertama kali maju membantu mereka menyita pisau itu dari tangan Ibu Tao. Lalu Yi Ge ngesot memegangi kaki Ibu Tao sambil meraung heboh. Tapi Supir Wang tiba-tiba mengerem mendadak yang otomatis membuat yang lain terjungkal dan Ibu Tao berhasil terlepas dari cengkeraman semua orang. Dia langsung maju berusaha menarik pluit panci yang sedang dipegang Lu Di itu. 

Dan dia hampir saja berhasil melakukannya kalau saja tidak ada He Yun yang baru saja siuman dan langsung sigap menarik Ibu Tao. Namun tenaganya kalah kuat dari Ibu Tao yang berhasil mendorongnya dengan cepat.

Untungnya Pria Kekar akhirnya ikut bertindak memegangi Ibu Tao kuat-kuat dengan lengan-lengan kekarnya, membuat Ibu Tao cuma bisa menjerit-jerit heboh namun tak berdaya untuk melepaskan diri.

Sudah ada polisi yang menghadang jembatan. Detektif Jiang dan rekannya berusaha menahan bus itu dari depan. Namun Supir Wang tetap nekat melaju kencang menabrak mobil-mobil polisi itu. Dia berniat memundurkan bus, maka Detektif Jiang pun langsung nekat menahan dari belakang.

Terkunci dari segala arah, Supir Wang akhirnya nekat merebut panci presto itu dari Lu Di. Kali ini Bibi Obat juga berusaha membantu dengan menaboki Supir Wang dengan tasnya yang berisi obat-obatan walaupun pada akhirnya gagal dan Supir Wang berhasil menguasai panci itu.

Dia hampir saja mau menarik pluit pancinya, untungnya Shi Qing saat itu sudah berhasil mengunduh foto si pelaku dari penyimpanan awannya Liu Yao, lalu dengan cepat menunjukkannya pada Supir Wang. Dia meyakinkan bahwa ini adalah bukti konkrit yang bisa mereka gunakan untuk menjernihkan nama baik Wang Meng Meng dan menangkap si pelaku. Mereka juga memiliki saksi yang bersedia memberikan kesaksiannya.

Kapten Zhang pun berjanji akan membuka kembali kasus Wang Meng Meng dan menjernihkan nama baik Wang Meng Meng. Penjahatnya masih berkeliaran di luar sana, jadi tidak seharusnya Supir Wang mati sia-sia seperti ini. Dia harus tetap bertahan hidup, demi Wang Meng Meng dan melihat si penjahat itu mendapatkan ganjaran atas perbuatan buruknya.


Sudah jam 13:44. Supir Wang akhirnya luluh, cengkeramannya pada pluit panci mulai melonggar. Kapten Zhang akhirnya berhasil mengambil panci presto itu dan langsung lari membawanya ke sungai. Aaaarrrgh! Cepetan lempar! 


Detektif Jiang sontak mengejar Kapten Zhang saking khawatirnya. Kapten Zhang melempar panci itu ke sungai lalu menunduk, dan untungnya kali ini panci itu berhasil mencapai air tepat saat meledak. Fiuh! Semua orang selamat. Kapten Zhang dan Detektif Jiang pun selamat. Semuanya masih hidup. (Errr... mungkin ikan-ikan di sungai aja kali yang jadi korban. RIP ikan-ikan di sungai)

Supir Wang dan Ibu Tao ditangkap, sekilas mereka saling berpandangan, namun tampak jelas mereka sudah tidak ada dendam pada dunia ini. Ibu Tao pun sempat melihat arwah putrinya tersenyum damai padanya.

Para penumpang akhirnya bisa turun dengan selama dan dalam keadaan masih hidup. Yi Ge bahkan sempat-sempatnya mau siaran langsung, tapi polisi dengan cepat menegurnya. He Yun dan Shi Qing pun akhirnya bisa tenang dan langsung saling berpelukan.

Hari sudah petang saat He Yun dan Shi QIng keluar dari kantor polisi. Tapi Shi Qing bertanya-tanya, saat mereka bangun besok, apakah mereka masih akan bangun di bus dan loop berikutnya lagi? He Yun sontak membungkam mulutnya dengan gemas.

Kapten Zhang mendadak muncul menyusul mereka, karena dia masih penasaran dengan beberapa hal. Dia memutari mereka saat dia bertanya-tanya bagaimana mereka bisa mengetahui nomor teleponnya dan bagaimana mereka bisa mengetahui segala detil tentang bomnya, plotnya, bahkan para penumpang.

He Yun dan Shi Qing sontak tergagap tak tahu harus menjawab apa, malah saling lempar kode, menyuruh satu sama lain untuk menjawabnya. Untungnya Kapten Zhang tidak mencurigai mereka dan memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya lebih lanjut.

Mereka bisa meneleponnya kapan saja jika mereka sudah punya jawabannya. Tapi lebih dari segalanya, Kapten Zhang sangat berterima kasih pada mereka dan memuji keberanian mereka. Dia akhirnya membiarkan mereka pergi.


Dan baru saat itulah perut Shi Qing keruyukan dengan keras, minta dikasih makan. He Yun langsung menyatakan mau mentraktirnya. Shi Qing langsung minta makan makanan yang mahal. 

Eh tapi yang tidak disangka, tanpa adanya loop, ternyata He Yun rada pelit dan mencoba membujuk Shi Qing untuk makan makanan yang lebih murah saja. Pfft! Jangan harap! Shi Qing tidak akan membiarkannya bersikap pelit dan langsung menyeretnya.


Tak lama kemudian, He Yun akhirnya bisa pulang kembali ke rumahnya dan bisa ganti baju, Shi Qing mengirim pesan ucapan selamat malam sebelum akhirnya He Yun tertidur di kasurnya sendiri.

 

Keesokan harinya, He Yun mendapati dirinya terbangun di kamarnya sendiri. Syukurlah. Lega dan senang, He Yun langsung mengirim ucapan selamat pagi ke Shi Qing, pesan singkat yang kontan membuat senyum Shi Qing merekah.

Beberapa waktu kemudian, ke-8 penumpang bus yang pemberani itu, mendapatkan penghargaan sertifikat dan uang sebesar 30.000 Yuan dari kepolisian atas jasa-jasa dan keberanian mereka. 

Kapten Zhang, Detektif Jiang dan para keluarga ke-8 pahlawan itu juga turut hadir menyaksikan momen itu. Semuanya tampak sangat bangga pada ke-8 pahlawan itu. Ke-8 pahlawan itu, sejatinya hanya warga biasa dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda, namun mereka memiliki cukup keberanian untuk menjadi pahlawan bagi diri sendiri dan semua penumpang bus.


He Yun dan Shi Qing pakai baju couple putih-putih, dengan background merah, pegang sertifikat warna merah, udah kayak pasangan yang baru saja mendapatkan akta nikah aja. Hehe.

Bagaimana dengan si mesum yang grepe-grepe Wang Meng Meng?... Pria itu baru bangun tidur, dan di atas nakasnya, tampak ada foto anak perempuan. Hah? Dia punya anak perempuan dan dia tega melakukan itu pada perempuan lain? Anjir!

Eh tapi sebentar... apa dia beneran punya anak? Soalnya yah cuma ada foto doang, tidak terlihat apakah beneran ada anaknya atau nggak. Suasana rumahnya juga tidak terlihat seperti rumah yang ditinggali keluarga. Maksudku, antara rumah yang dihuni keluarga dengan rumah orang lajang tuh kan beda nuansanya. Dia juga bikin sarapan telor ceplok satu biji doang. Kalau dia tidak beneran punya anak, terus itu foto anaknya siapa? Jangan-jangan.... dia pedofil? Iiih!

Dia masuk kantor tak lama kemudian, dan tampak ada foto anak perempuan juga di sana. Namun baru saja dia duduk di meja kerjanya, polisi mendadak datang untuk menangkapnya. Akhirnya! 

Ibu Tao dan Supir Wang juga dihukum penjara. Dalam perjalanan ke selnya, Supir Wang berpapasan dengan si mesum itu. Akhirnya dia menyaksikan si pelaku yang menjahati putrinya dihukum sepantasnya.

Ke-8 penumpang pemberani itu akhirnya bahagia dengan keluarga dan kehidupan mereka masing-masing. Bibi Obat bahagia bersama suami dan cucu-cucunya. Bapak Ma pun akhirnya bisa mengunjungi putranya di kantor dengan membawa semangka hasil tanamnya, dia disambut dengan hangat oleh putranya, semua rekan kerja putranya juga turut menikmati semangka manis itu, Bapak Ma pun bahagia.

Berkat hadiah uang itu, Bapak Jiao akhirnya mampu membeli sepeda motor dan sekarang dia bekerja sebagai kurir, pekerjaan yang tampak jelas sangat dinikmatinya. Yi Ge sekarang semakin terkenal, penggemarnya semakin bertambah banyak. Pria Kekar juga tampak bahagia di tempat kerjanya di arena bungee jumping.

Lu Di mendapat surprise ultah dari kedua orang tuanya. Mereka cosplay pakai kostum anime kesukaannya, ibunya akhirnya bisa menerima dirinya apa adanya dan mendukungnya, mereka bahkan memberinya hadiah kucing, tapi jenis kucing tanpa bulu biar asmanya tidak kambuh. Lu Di pun bahagia.


He Yun dan Shi Qing bersama-sama menziarahi makam Wang Meng Meng, setelah itu mereka berjalan pulang dengan bergandengan tangan.

~THE END~

Pesan moral dari drama ini: Jangan diam saja jika menyaksikan kejahatan yang terjadi di depan mata, bantulah sebisa kita, atau jika terlalu takut, minimal bantu korban melaporkan kejahatan itu ke polisi, atau jadi kayak Bapak Jiao yang mau membantu asal ada imbalan juga gak papa lah, daripada terlalu abai yang mungkin malah bisa berakibat fatal bagi korban.

Yah memang sih pasti nggak mudah, kadang kita mungkin merasa takut seperti yang dialami Liu Yao. Tapi aku yakin bantuan sekecil apa pun pasti akan sangat membantu korban.

Kebanyakan para penumpang di bus ini awalnya memang cuek atau terlalu takut. Saat Shi Qing menuduh He Yun mesum, hampir tidak ada yang peduli padanya, cuma Yi Ge yang sedikit peduli, itu pun cuma merekam He Yun sebagai bukti, dan Bibi Obat yang cuma menyuruh Supir Wang untuk menurunkan Shi Qing.

Tapi pada akhirnya orang-orang itu tetap tidak ada yang mau membantu lebih lanjut dan membiarkan Shi Qing turun sendirian bersama terduga pelaku pelecehan, padahal seperti yang kapten Zhang bilang,  tidak seharusnya korban ditinggal sendirian bersama pelaku pelecehan. Waktu He Yun teriak-teriak meminta bantuan yang lain saat Shi Qing ditusuk juga tidak ada satu pun yang maju menolong mereka.

Begitu juga dengan kasusnya Wang Meng Meng. Yah memang sih di satu sisi dia salah juga karena tidak melaporkan tuh orang ke supir. Tapi yang namanya orang ketakutan dan panik, biasanya memang tidak bisa berpikir dengan benar.

Yang aneh, ada banyak orang di bus saat itu, tapi tidak ada seorang pun membantunya, tidak sedikit pun peduli. Bisa gitu nggak ada yang lihat selain Liu Yao, mereka buta apa gimana?

Satu-satunya saksi mata terlalu takut untuk membantu, diperparah dengan ibunya yang malah menyuruhnya untuk tidak ikut campur. Wang Meng Meng mungkin tidak akan terlalu ketakutan dan memaksa turun dari bus di tengah jembatan seandainya waktu itu ada satu orang saja yang berani membantunya.

Untungnya di ending, semua penumpang akhirnya memiliki keberanian untuk maju membantu melumpuhkan penjahatnya dengan cara mereka masing-masing. Tapi satu hal yang kurang memuaskan dari drama ini juga endingnya. 

Hmm, gimana yah, ada beberapa hal yang tidak pernah dijelaskan sampai ending.  Apa alasan Shi Qing terjebak dalam loop? Kenapa harus dia yang terpilih untuk terjebak dalam loop? Kenapa kesehatan He Yun semakin menurun di setiap loop sedangkan Shi Qing malah baik-baik saja? Kenapa hanya He Yun yang selalu bermimpi aneh? Kalau drama ini nggak ada season 2-nya, kurasa semua pertanyaan ini hanya akan jadi misteri selamanya. Tapi yah sudahlah.

Tapi terlepas dari endingnya yang kurang memuaskan, aku tetap menyukai drama ini secara keseluruhan. Drama ini tidak hanya menyuguhkan cerita kepahlawanan kedua leads, namun juga mengeksplor kehidupan beberapa penumpang yang cukup menyentuh dan realistis. Pesan moralnya juga bagus. Hmm... mungkin drama ini lebih fokus pada pesan moralnya kali yah, makanya detil-detil metafisikanya dilupakan begitu saja.

Akting-akting para pemainnya pun keren. Apalagi Kapten Zhang, matanya ekspresif sekali, aku selalu ngeri setiap kali dia menemukan hal-hal janggal dari He Yun dan Shi Qing. Akting Ibu Tao juga keren banget, senyumnya yang mengerikan, rasa frustasi dan depresinya sebagai orang tua yang kehilangan anak, benar-benar terasa begitu nyata sampai aku jadi merinding. Bai Jing Ting dan Zhao Jin Mai juga bagus aktingnya. 

Oh, aku mau berbagi cerita. Aku juga pernah jadi korban grepe-grepe waktu aku masih remaja, aku ingat pelakunya seumuran kakek-kakek. Tapi untungnya aku cukup berani, aku nggak ngomong apa-apa, aku cuma menatap orangnya dengan tatapan mata sedingin dan setajam jarum es, kutatap terus sampai orangnya sendiri yang takut lalu kabur. Wkwkwk!

Pernah juga pipiku dicium oleh orang yang ngaku-ngaku sebagai saudaranya ayahku, aku masih SD waktu itu. Namanya anak kecil, aku percaya-percaya aja omongannya dan mau-mau aja diajak ke tempat sepi, tapi Alhamdulillah aku dikaruniai insting perlindungan diri yang cukup bagus.

Feeling-ku langsung nggak enak setelah pipiku dicium. Aku nggak teriak-teriak, tapi aku pura-pura sakit perut hebat sampai orangnya jadi takut dan akhirnya aku dianterin pulang, tapi orangnya nggak berani nurunin aku di depan rumah, jadi aku diturunin di depan rumah tetangga. 

Begitu turun dari sepedanya aku langsung lari masuk rumah dan ngelapor ke ibuku. Tapi waktu ibuku keluar, orangnya udah kabur. Aku udah nggak ingat wajahnya, tapi aku masih ingat betul kalau orangnya kumisan dan bulu kumisnya nusuk pipiku waktu dia cium pipiku, makanya sampai sekarang aku nggak suka cowok brewok. Bukannya nggak suka sama orangnya sih, baik-buruknya orang kan nggak ditentukan dari brewok, aku cuma nggak suka sama brewoknya aja karena itu membuatku teringat kejadian dulu.

Segitu saja ceritanya, semoga pengalaman-pengalamanku ini bisa kalian contoh untuk melindungi diri sendiri jika semisal kalian ketemu orang mesum dan tidak ada orang lain yang bisa menolong kalian. Intinya jangan panik, dan jangan menunjukkan ketakutan kalian.

Terima kasih semuanya, terima kasih pada para aktor dan tim produksi yang telah menghidupkan drama ini. Dan terima kasih pada semua pembaca blog ini, semoga kalian suka yah sama dramanya. ^^

Post a Comment

0 Comments