Sinopsis Reset (2022) Episode 13

Kapten Zhang mengalami luka bakar parah di sekujur tubuhnya. Detektif Jiang sontak meraung memanggil ambulance dengan begitu paniknya. Kapten Zhang pun segera dilarikan ke rumah sakit.

He Yun juga harus dirawat di rumah sakit. Detektif Jiang ngotot ingin menginterogasinya. He Yun dan Shi Qing pun bingung bagaimana harus menjelaskan tentang bagaimana mereka bisa mengetahui bom itu.  

Untungnya mereka tidak perlu menjawab sekarang karena dihalangi dokter yang merawat He Yun, dan juga karena dia ditelepon Kepala Polisi Du saat itu.

 

Shi Qing menyesal dengan hasil loop kali ini. Di loop berikutnya nanti, mereka harus berusaha memperpanjang waktu agar tidak ada seorang pun yang terluka.

Tapi menurut He Yun, mungkin sudah tidak akan ada loop lagi. Jika menyelamatkan nyawa semua penumpang adalah kunci untuk keluar dari time loop ini, maka mereka sudah berhasil mencapainya. 

Mungkin ini adalah yang terakhir, tapi entah kenapa dia merasa seperti ada ujung longgar yang masih belum terikat, dan itu berkaitan dengan kematian Wang Meng Meng. Dia langsung menyuruh Shi Qing bentuk mencari tahu lebih banyak tentang kematian Wang Meng Meng.

Dari hasil browsing, Shi Qing mendapati ada rekaman CCTV di dalam bus beberapa saat sebelum Meng Meng meninggal. Dia entah kenapa tampak begitu panik luar biasa ingin segera keluar dari bus, dia bahkan mencoba mengambil alih setir yang jelas saja sangat membahayakan. Dan selama pergulatan itu, para penumpang lain malah diam saja menonton.

Itulah yang membuat supir bus akhirnya memutuskan untuk menurunkan Wang Meng Meng di tengah jembatan tapi malah mengakibatkannya tertabrak truk. Tapi alih-alih bersimpati dengan korban, para netizen justru mencacinya.

Shi Qing jadi berpikir bahwa misi mereka sebenarnya belum benar-benar tuntas, dia yakin masih ada misteri yang harus mereka ungkap untuk bisa benar-benar keluar dari time loop ini.

Kepala Polisi Du pun tengah menyelidiki kasus kematian Wang Meng Meng dengan mendatangkan Supir Zhu, supir bus yang ditumpangi Wang Meng Meng dulu, dan juga Kapten Qin, polisi yang menangani kasusnya Wang Meng Meng dulu.

Dari laporan polisi, kasusnya Wang Meng Meng ditutup sebagai kasus kecelakaan biasa. Supir Zhu dan pengemudi truk sama-sama bertanggung jawab penuh atas kejadian itu, Supir Zhu bahkan harus kehilangan pekerjaannya gara-gara itu. Perusahaan bus juga bertanggung jawab memberikan kompensasi ke orang tua korban.

Namun orang tua Wang Meng Meng keukeuh menolak hasil penyelidikan polisi dan terus menerus memaksa polisi untuk menyelidiki alasan putri mereka turun dari bus di jembatan.

Supir Zhu juga sebenarnya tidak tahu kenapa Wang Meng Meng begitu panik ingin turun dari bus. Namun waktu itu dia terpaksa menurunkannya di tengah jembatan, karena kepanikan Wang Meng Meng bisa mencelakai semua penumpang. 


Waktu itu ada banyak penumpang lain di bus, namun tidak ada seorang pun yang maju membantunya untuk menahan Wang Meng Meng. Dia membuat keputusan yang dia pikir terbaik demi keselamatan dan keamanan semua penumpang. 

Tapi dia sungguh tidak pernah menyangka kalau Wang Meng Meng justru langsung ditabrak truk begitu keluar bus. Supir Zhu benar-benar menyesal. (Aww, kasihan juga dia. Posisinya sulit, di satu sisi, dia sebenarnya tidak bersalah. Tapi di sisi lain, dia salah juga dan kesalahannya itu memakan korban).


Kapten Qin menambahkan, polisi sudah menanyai para penumpang lainnya, namun tidak ada seorang pun yang mengetahui alasan Wang Meng Meng ngotot ingin turun dari bus. Rekaman CCTV di dalam bus juga tidak menunjukkan ada yang aneh. Makanya polisi meyakini bahwa Wang Meng Meng memaksa turun di jembatan cuma karena dia melewatkan halte tujuannya.

Intinya, tidak ada bukti apa pun yang menunjukkan kemungkinan dia diancam atau semacamnya. Namun ibunya Wang Meng Meng keukeuh meyakini bahwa putrinya ingin keluar dari bus karena merasa keselamatannya terancam.

Kedua orang tua Wang Meng Meng bahkan menolak menandatangani laporan akhir kasus Wang Meng dan mencoba menyelidiki sendiri selama sebulan lebih dengan cara menginterogasi setiap gadis muda yang naik bus no.45 tentang apakah mereka pernah mendapat pelecehan selama naik bus itu.

Selama proses penyelidikan, polisi lebih banyak berkomunikasi dengan Supir Wang alih-alih Ibu Tao karena emosi Ibu Tao semakin tidak stabil seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya Supir Wang bersedia menandatangani laporan akhir polisi. Ibu Tao juga ada di sana saat Supir Wang tanda tangan.


Menurut pernyataan para guru di sekolah tempat Ibu Tao mengajar dulu, emosi Ibu Tao memang jadi smakin tidak stabil sejak putrinya meninggal dunia. Dia jadi cepat marah, bahkan pernah memukul siswa, hingga akhirnya dia mengundurkan diri dari sekolah atau mungkin dipaksa mengundurkan diri.

Setelah dia pergi, dia tidak pernah menghubungi siapa pun lalu pindah ke Jialin. Supir Wang juga sering murung, namun tidak pernah membicarakan masalah kecelakaan putrinya pada siapa pun.

Para kenalan mereka berkata bahwa Supir Wang selalu mendengarkan Ibu Tao. Pindah ke Jialin adalah keputusan Ibu Tao, Supir Wang awalnya menolak pindah, tapi Ibu Tao bersikeras sehingga Supir Wang mau tak mau menurutinya.


Setelah beberapa jam lamanya melakukan operasi pada Kapten Zhang, dokter akhirnya keluar dari ruang operasi. Sayangnya, Kapten Zhang meninggal dunia. Istrinya Kapten Zhang sontak terjatuh lemas, Detektif Jiang pun sedih, dia kehilangan senior sekaligus gurunya. Dia langsung ingin menginterogasi He Yun dan Shi Qing lagi, namun dia ditahan oleh rekannya.

Kepala Polisi Du menonton ulang rekaman CCTV dalam bus. Memang sekilas tidak ada yang aneh. Namun sesaat sebelum turun dari bus, dia memperhatikan Wang Meng Meng terlihat melirik ke arah penumpang. Siapa yang dia lihat dari sekian banyak penumpang waktu itu?


Di ruang interogasi, Ibu Tao berusaha melindungi Supir Wang dengan mengakui bahwa semua ini murni perbuatannya sendiri, Supir Wang ikut terseret karena dia yang menyeret paksa Supir Wang. Dengan tawa gilanya, dia menyindir para polisi yang bisa bertindak cepat dalam masalah seperti ini, namun gagal dalam menyelidiki kasus putrinya.

Supir Wang juga berusaha melindungi Ibu Tao dengan mengklaim bahwa semua ini adalah kesalahannya sendiri, mengklaim bahwa dialah yang merencanakan segalanya sendiri. Kepala Polisi Du mengerti kalau mereka sejatinya hanya menginginkan kebenaran atas kasus kematian putri mereka. Maka kemudian, dia memberitahu Supir Wang bahwa mereka memutuskan untuk membuka kembali kasusnya Wang Meng Meng. 

Dia mengerti perasaan Supir Wang, dia merasa sangat bersalah karena tidak mengangkat telepon putrinya pada waktu itu. Supir Wang membenarkannya, dia sangat menyesal karena tidak mengangkat telepon putrinya waktu itu. 

Dia marah setelah membaca berbagai komentar di internet tentang putrinya, marah karena orang-orang itu dengan entengnya mencaci seseorang yang bahkan tidak mereka kenal. Wang Meng Meng baru berusia 20 tahun waktu itu, dia anak yang baik dan tidak pernah menyakiti siapa pun.


"Seandainya waktu itu ada sedikit petunjuk atau harapan, kami tidak akan sampai ke tahap ini. Apa boleh buat. Dia anak kami. Aku harus memberinya penutupan. Aku tidak bisa membiarkannya mati tanpa alasan apa pun. Kutanya padamu. Apakah salah jika kami melakukan ini?"

Tentu saja dia salah.  Para penumpang bus itu juga memiliki keluarga masing-masing. Terlepas dari ketidakadilan yang terjadi pada putri mereka, tetap saja tidak seharusnya mereka menggunakan itu untuk melakukan kejahatan terhadap orang lain yang tidak bersalah. Apa Supir Wang pikir ini yang ingin dilihat mendiang Wang Meng Meng?

Flashback.

Pada tanggal 13 Mei 5 tahun yang lalu, Supir Wang baru saja turun dari truk yang dikendarainya dan lupa membawa ponselnya sehingga dia tidak tahu adanya telepon dari putrinya. Dua kali Wang Meng Meng menelepon, namun karena waktu itu Supir Wang sangat sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia melewatkan kedua telepon penting itu.

Ibu Tao adalah orang pertama yang tiba di kantor polisi setelah mereka mendapat kabar itu. Dia tidak menangis dan terus melamun sedih. Tampak jelas mental Ibu Tao sudah mulai terganggu sejak pertama kali mendengar tentang kematian putri mereka.


Namun saat mereka diminta menandatangani surat persetujuan kompensasi, Ibu Tao orang pertama yang menolak tanda tangan dan menuntut kebenaran atas kematian putrinya, menuntut apa sebenarnya yang terjadi di dalam bus sehingga menyebabkan putrinya diturunkan di tengah jalan.

Dia dengan gigih terus berkeliaran di kantor polisi, lalu saat dia berada di toilet, tak sengaja dia mendengar gosipan dua orang yang menduga-duga bahwa Wang Meng Meng mungkin mengalami pelecehan di dalam bus. 

Biasanya memang ada penumpang kurang ajar semacam itu, hanya saja biasanya penumpanglah yang harus melaporkannya ke supir. Jika tidak, supir mana tahu ada kejadian apa saja di belakang.

Sejak saat itu, Ibu Tao dan Supir Wang rutin naik bus no. 45. Lalu setiap kali ada gadis muda yang naik, Ibu Tao langsung mendekatinya hanya untuk bertanya apakah ada orang yang pernah melecehkannya di bus ini.

Pertanyaannya terkesan terlalu memaksa sehingga membuat gadis-gadis itu tak nyaman hingga mereka dilaporkan ke polisi. Polisi bahkan sampai frustasi sama mereka, apalagi pada Ibu Tao, bicara pada Ibu Tao sama seperti bicara pada tembok.

Supir bus sampai hapal dengan wajah mereka sehingga setiap kali melihat mereka di halte, dia sengaja tidak membuka pintu jika tidak ada penumpang lain yang naik atau turun lalu bergegas pergi meninggalkan mereka.

 

Supir Wang sendiri tampak frustasi menghadapi kehisterisan istrinya, namun dia tetap setia mendampingi. Dia berusaha meyakinkan Ibu Tao untuk menandatangani laporan kasus ini saja dan pulang, namun Ibu Tao ngotot tidak mau dengar.

Bersambung ke episode 14

Post a Comment

0 Comments