Sinopsis Reset (2022) Episode 12

Karena kedua saksi mereka itu agak mencurigakan, polisi pun mulai menyelidiki mereka. Dari situ, mereka mendapatkan rekaman CCTV dari kantor bus yang memperlihatkan mereka menyelidiki Supir Wang dan berniat menerobos masuk ke kamar asramanya Supir Wang. 

Si polwan muda jadi menduga kalau kedua orang itu sebenarnya bukan saksi, melainkan pelaku yang sengaja mengkambinghitamkan Supir Wang dan Ibu Tao. Tapi untungnya Kapten Zhang tidak mau gegabah dalam mengambil kesimpulan apa pun.

Dia lalu menemui Shi Qing dan He Yun lagi untuk meminta barang-barang elektronik yang mereka miliki untuk penyelidikan lebih lanjut. Yang jadi masalah, He Yun lupa kalau dia masih menyimpan ponsel yang dia curi dari kamarnya Supir Wang.

Dia dengan canggung mengklaim kalau ponsel itu miliknya juga, tapi jelas mencurigakan di mata Kapten Zhang, masa ponsel cowok, casingnya warna-warni? Tapi Kapten Zhang memutuskan untuk pura-pura mempercayainya.

Kecurigaannya semakin meningkat gara-gara Shi Qing terlalu antusias menanyakan perkembangan penyelidikan mereka, seolah dia ingin polisi secepatnya mengonfirmasi status Ibu Tao dan Supir Wang sebagai tersangka.

Namun kecurigaan polisi terhadap He Yun dan Shi Qing dengan cepat terpatahkan karena dari catatan ponsel keempat orang itu, polisi tidak mendapati hubungan antara Supir Wang dan Ibu Tao dengan He Yun dan Shi Qing, karena tidak ada bukti dalam bentuk apa pun bahwa keempat orang itu pernah saling berkomunikasi.

Yang jadi masalah, Kapten Zhang tidak bisa menyingkirkan kecurigaannya begitu saja. Apalagi saat Shi Qing mengaku bahwa dia mencium bau menyengat dari panci presto yang dibawa Ibu Tao. Jika mereka bisa mencium bau itu, maka seharusnya penumpang lain juga menciumnya, tapi He Yun malah berkata bahwa para penumpang lain tidak ada yang bereaksi terhadap bau itu.


Kepala Polisi Du bertemu dengan teman sekamarnya Supir Wang dan manajer perusahaan bus. Mereka berdua mengonfirmasi bahwa He Yun dan Shi Qing mendatangi mereka dengan identitas samaran untuk menyelidiki Supir Wang.

Maka Kapten Zhang pun memutuskan untuk menyerang kedua orang itu dengan mengonfrontasi perbuatan mereka yang menyelidiki Supir Wang sebelum mereka datang ke kantor polisi. Apa sebenarnya niatan mereka?

Untungnya He Yun dan Shi Qing datang dengan persiapan yang benar-benar matang, sehingga He Yun dengan mudahnya membuat-buat alasan. Dia berkata bahwa mereka melakukan itu gara-gara Shi Qing merasa sangat bersalah karena tidak bisa menyelamatkan para penumpang, Shi Qing terus menerus berkata bahwa dia telah membunuh para penumpang secara tidak langsung.

Makanya dia membawa Shi Qing ke perusahaan bus untuk menyelidiki Supir Wang biar Shi Qing lebih tenang. Dia bahkan mendesak Kapten Zhang untuk membeberkan hasil penyelidikan mereka biar Shi Qing bisa tenang. 

Kapten Zhang masih agak curiga sebenarnya, namun dia menerima alasan mereka, apalagi ekspresi mereka juga tidak menunjukkan adanya sesuatu yang mencurigakan, wajah-wajah mereka tampak jelas hanya penasaran. 

Dia juga mengerti perasaan bersalah yang mereka sebutkan itu. Memang ada orang-orang yang merasa sangat bersalah setelah melihat musibah yang dialami orang lain karena menurut mereka, mereka seharusnya bisa mencegah musibah itu terjadi. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang memiliki moral yang tinggi.

 

Polisi jadi semakin bingung saat kemudian mereka mendapat bukti konkrit bahwa Ibu Tao benar-benar membuat bom di garasi sewaannya, ditambah dengan bukti jejak-jejak ledakan kecil di seluruh ruangan dan segala transaksi bahan-bahan kimia yang dibeli online.

Kedua saksi mereka juga sepertinya tidak begitu mencurigakan. Mereka memang menggeledah kamar Supir Wang, tapi jika mereka pelakunya atau komplotan, maka seharusnya mereka datang untuk menghancurkan bukti dan bukannya malah meninggalkan jejak secara terang-terangan. 

Dan kenapa pula salah satu dari mereka tanya-tanya tentang Supir Wang dan rumah tangganya? Kedua saksi mereka itu memang agak terasa mencurigakan karena mereka bersikap seolah mereka tidak tahu apa-apa, padahal mereka terus menerus memberi banyak petunjuk yang berguna yang entah dari mana mereka mengetahuinya. Tapi di sisi lain, tidak ada apa pun yang mencurigakan dari mereka. Membingungkan sekali.

Saat Kapten Zhang menemui mereka lagi, He Yun akhirnya jujur mengaku bahwa ponsel casing bunga-bunga tadi bukan miliknya, melainkan dia ambil dari kamarnya Supir Wang. Kapten Zhang bahkan tidak kaget sedikit pun dan hanya menanyakan alasan He Yun berbohong.

He Yun mengaku kalau dia hanya takut, dia mengambil ponsel itu soalnya benda itu tidak tampak seperti punyanya Supir Wang. Dia hanya ingin mendapatkan informasi dari ponsel itu. 

Shi Qing bertanya-tanya apakah mungkin kedua pelaku punya anak, dan apakah mungkin ponsel itu punyanya anak mereka. Dari biodata kedua pelaku, Kepala Polisi Du membenarkan kedua pelaku memang punya anak perempuan, namanya Wang Meng Meng, namun Wang Meng Meng sudah meninggal dunia 5 tahun yang lalu.

Shi Qing sontak tercengang kebingungan mendengar informasi itu, jelas-jelas dulu Supir Wang pernah bilang padanya bahwa putrinya satu alumni dengannya dan sekarang sudah bekerja. Kenapa Supir Wang berbohong?


Kapten Zhang dan yang lain jadi semakin bingung saat He Yun menuntun mereka untuk mencari tahu apa maksud dari jam 13:45 seperti yang selalu disebutkan oleh si pelaku. Petunjuknya itu memberi Kapten Polisi Du ide untuk mencari tahu insiden lain yang mungkin pernah terjadi di TKP. 

Dan benar saja, mereka benar-benar menemukannya. Wang Meng Meng ternyata meninggal dunia 5 tahun yang lalu di jembatan yang sama dengan TKP pengeboman.

Dari rekaman CCTV di TKP, terlihat Wang Meng Meng menaiki bus no.45 pada hari naas itu. Entah apa yang terjadi sehingga dia turun di tengah jembatan padahal tidak seharusnya dia turun di sana. Dan begitu dia keluar dari pintu bus, truk lain muncul menabraknya hingga dia meninggal dunia, dan itu terjadi tepat pukul 13:45.


Dari catatan telepon ponselnya Wang Meng Meng, mereka mendapati bahwa panggilan terakhir Wang Meng Meng adalah pada tanggal 13 Mei 5 tahun yang lalu, pada pukul 13:44, satu menit sebelum dia meninggal dunia. Dia menelepon ayahnya tapi tidak diangkat.

Dari semua informasi ini, polisi menyimpulkan bahwa niatan pasutri itu adalah bunuh diri menyusul putri mereka di lokasi dan waktu yang sama. Namun seharusnya mereka menjalankan rencana mereka pada tanggal 13 Mei sesuai tanggal kematian Wang Meng Meng. 

Tapi rencana itu terpaksa dipercepat pada hari ini (tanggal 9 Mei) karena di lingkungan tempat tinggalnya Ibu Tao akan ada pemeriksaan keselamatan kebakaran karena dikarenakan pada tanggal 4 April pernah terjadi kebakaran kecil di garasi sewaan Ibu Tao.

Polisi menyadari mereka bisa menyelidiki masalah ini dengan begitu cepat, kurang dari setengah hari berkat bantuan petunjuk-petunjuk dari kedua saksi mereka. Tapi apa sebenarnya motif kedua saksi mereka itu? Apa mereka benar-benar hanya ingin mengetahui alasan Supir Wang melakukan ini?

Tentu saja. Memang itu tujuan utama mereka. Mereka harus mendapatkan apa motif Supir Wang melakukan ini agar mereka bisa menggunakannya untuk membujuk Supir Wang di loop selanjutnya.

Masalahnya sekarang, jika motif Supir Zhang melakukan ini karena kematian putrinya, maka mereka tidak akan bisa memanfaatkan itu untuk membujuknya. Putrinya sudah meninggal dunia, tidak ada yang bisa mereka lakukan.

Menurut He Yun, daripada mencoba mencari cara membujuk Supir Wang, lebih baik mereka mencari tahu apa yang akan dilakukan polisi jika menghadapi situasi itu. 

Maka begitu Kapten Zhang kembali tak lama kemudian, Shi Qing pun mencoba bertanya padanya, jika seandainya... hanya seandainya... dia bisa kembali ke saat 20 menit sebelum ledakan terjadi. Dia mengetahui ada orang bawa bom di dalam bus, lalu apa yang harus dia lakukan dalam waktu sesingkat itu untuk mencegah ledakan terjadi?

He Yun langsung pura-pura memprotes Shi Qing karena mengkhayalkan hal yang mustahil. Jadilah kedua orang pura-pura ngambek pada satu sama lain bak sepasang kekasih yang ribut karena beda pendapat.

Kapten Zhang jelas bisa melihat ada yang aneh dari mereka. He Yun bersikap seolah dia cuek, padahal tampak jelas dia tertarik mengetahui jawabannya. Dia benar-benar bingung dengan kedua orang ini.

Tapi dia tetap menjawab Shi Qing dan berkata bahwa jika menghadapi situasi seperti itu, maka polisi tidak akan mencoba menghentikan bus karena takutnya itu justru akan memicu si pelaku untuk nekat melakukan kejahatannya lebih awal.

Jadi polisi akan ikut naik ke bus dengan menyamar sebagai penumpang biasa, berempati terhadap pelaku lalu menemukan waktu yang tepat untuk mengendalikan situasi, menahan si pelaku dan menjinakkan bom.

Kapten Zhang tiba-tiba dipanggil keluar lagi, Shi Qing pun mendesak Kapten Zhang untuk memberitahunya tentang kematian Wang Meng Meng dan bertanya-tanya, jika suatu hari Kapten Zhang menerima sms dari orang asing yang meminta bantuannya untuk mengendalikan bom yang akan meledak dalam waktu 20 menit, apakah Kapten Zhang akan mempercayai orang asing itu dan segera bertindak?

"Tentu saja," jawab Kapten Zhang, "aku akan segera bertindak tanpa ragu sedikit pun."

"Apa anda tidak berpikir bahwa itu mungkin lelucon atau laporan palsu?"

Bagi Kapten Zhang, yang penting dia menindaklanjuti laporan itu dulu, memastikan itu ancaman nyata atau tidak. Jika itu ancaman nyata, maka dia bisa segera menyelamatkan nyawa semua penumpang. Tapi jika ternyata itu cuma lelucon, maka dia akan mencari dan menghukum si penelepon.

Kapten Zhang yakin bukan dia saja yang akan berpikir begini, polisi yang lain pun pasti akan melakukan hal yang sama dengannya. (Wah! Seandainya semua polisi benar-benar seperti Kapten Zhang). Jawabannya itu kontan membuat He Yun punya ide bagus dan dia langsung meminta nomor telepon Kapten Zhang.

He Yun terbangun di loop berikutnya dalam keadaan hidung mimisan. Kondisinya benar-benar semakin melemah sekarang. Dia memang merasa kondisinya semakin menurun sejak waktu loop mereka tidak lebih lambat satu menit. Mungkin time loop ini tidak tak terbatas baginya. (Kenapa?)

Shi Qing benar-benar khawatir padanya. Tak ingin membuat Shi Qing cemas terus, He Yun pun langsung memeluknya, lalu fokus pada misi mereka dan meyakinkan Shi Qing bahwa dia sudah membuat rencana, dia yakin kalau mereka pasti akan berhasil kali ini.

Dia langsung memotret Ibu Tao lalu mengirimkannya ke nomornya Kapten Zhang disertai segala informasi detil tentang bomnya, pelakunya, waktu dan tempat pengebomannya. Kapten Zhang jelas bingung mendapat telepon dan sms dari orang asing itu. Tapi dia benar-benar langsung percaya lalu membawa tim polisinya untuk mengejar bus itu. 

Sesuai petunjuk agar mereka menunda jalannya bus agar polisi bisa sampai di haltenya Lu Di lebih dulu, Shi Qing langsung mengulang aktingnya menuduh He Yun orang mesumnya dan menuntut Supir Wang untuk menghentikan bus.

He Yun langsung bikin ribut, kontan saja Supir Wang jadi kesal. Namun yang tak disangka, Supir Wang langsung menepi dan membuka pintu agar Shi Qing segera keluar. Shi Qing berusaha memperlama waktu dengan mengambil tasnya yang masih di belakang dan pura-pura berdebat menuntut He Yun untuk ikut turun.

Mereka terus berdebat hingga He Yun akhirnya bersedia ikut turun. Eh tapi tunggu dulu, sekarang giliran dia yang berakting memperlama waktu dengan pura-pura USB-nya hilang dan menuduh Shi Qing mencurinya. Supir Wang yang sudah tidak sabaran karena waktu sudah banyak tertunda, langsung saja menutup pintu bus lagi dan kembali melaju.


Bahkan biarpun dia melihat banyak calon menumpang di halte, dia tetap nekat melaju kencang dan tidak berhenti (Para polisi yang menyamar dan Lu Di pun tidak naik bus di loop kali ini). 

Polisi sontak mengejar bus dengan menyalakan sirine yang justru membuat Supir Wang semakin merasa terancam sehingga dia tetap nekat melaju kencang mengabaikan perintah polisi.

Ibu Tao juga langsung nekat mengeluarkan pisaunya. He Yun sontak menyerang Ibu Tao, dan Shi Qing langsung sigap menarik panci prestonya sambil teriak-teriak memberitahu para penumpang tentang bom panci itu. 

Lengan He Yun terluka dan berdarah dalam pergulatan itu. Dia hampir kewalahan menahan Ibu Tao, maka dia langsung berteriak meminta bantuan Bapak Jiao. Untungnya Bapak Jiao langsung bertindak tanpa ragu untuk segera membantu He Yun. 

Bapak Ma dan Pria Kekar pun ikut membantu menahan Ibu Tao yang sudah kesetanan memerintahkan Supir Wang untuk tetap melaju ke jembatan, meyakini bahwa putri mereka sudah menunggu di sana. 

Shi Qing dan He Yun berusaha membujuk Supir Wang untuk tidak mengorbankan nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Jika mereka menginginkan kebenaran atas kematian Wang Meng Meng, seharusnya mereka meminta polisi untuk menyelidiki kembali kasus itu.

Tapi Supir Wang sudah sangat kehilangan kepercayaan pada polisi yang gagal menyelidiki kasus putrinya, dan memberitahu istrinya bahwa dia benar. Putri mereka sudah menunggu di jembatan dan semakin mempercepat busnya, bahkan nekat menabrak mobil-mobil polisi.

Untungnya polisi yang membarikade jembatan, berhasil menghentikan bus dengan memecahkan bannya. Namun saat itu sudah jam 13:44. Ringtone bom sudah berbunyi. He Yun berusaha secepatnya memecahkan kaca, lalu menyerahkan panci presto itu ke Kapten Zhang yang langsung membawanya lari ke sungai. Aduh! Cepetan! Mana nggak pakai pengaman lagi! 

Dia langsung melemparnya. Tapi terlambat, panci presto itu meledak sebelum mencapai air dan ledakannya langsung membuat Kapten Zhang terlempar. OMG! 

Bersambung ke episode 13

Post a Comment

0 Comments