Supir Wang sebenarnya seorang pegawai yang teladan sampai pernah ada awak media yang datang ke kantor bus, berniat mau meliput Supir Wang yang telah berjasa mengembalikan dompet seorang penumpang yang isinya sangat banyak.
Namun Supir Wang menolak datang ke wawancara itu dengan alasan sibuk, namun jelas alasannya adalah dia sengaja menghindari segala publisitas tentang dirinya. Akhirnya hanya atasannya yang difoto oleh wartawan.
Kembali ke bus rute 45...
Sama seperti loop sebelumnya, kondisi He Yun kali ini juga semakin memburuk. Shi Qing menyesal atas tindakan impulsifnya di loop sebelumnya. Hanya saja, dia benar-benar merasa terkhianati oleh orang yang selama ini dia percayai.
Selama dua tahun dia kuliah di sini, dia selalu bertemu Supir Wang setiap kali dia naik bus nomor 45. Mendengar itu, He Yun langsung yakin kalau kedua komplotan itu pasti sudah merencanakan pengeboman ini sejak lama. Yang satu merencanakan rute, yang satu membuat bom.
Tapi Shi Qing masih bersikeras meyakini kalau Supir Wang itu tidak terlihat seperti orang jahat hanya karena jasa Supir Wang padanya dulu. He Yun menegaskan bahwa seseorang melakukan satu kebaikan, bukan berarti dia orang baik.
"Tapi... itu sebabnya aku mempercayaimu pada awalnya," ujar Shi Qing.
Berhubung rencana sebelumnya gagal, He Yun menyarankan agar mereka turun di haltenya Lu Di biar mereka punya banyak waktu untuk memikirkan rencana baru. Shi Qing setuju, tapi dia masih meyakini kalau Supir Wang itu pasti orang baik.
Memikirkan sindiran si wanita gila itu pada Supir Wang di loop sebelumnya, Shi Qing yakin kalau Supir Wang menjadi komplotan pasti karena dipaksa oleh si wanita gila itu. Selain itu, jika Supir Wang benar-benar ingin semua orang di bus mati, kenapa juga Supir Wang menurunkan mereka? Supir Wang bahkan menurunkannya di tengah jalan di loop ke-6. Bukankah itu artinya Supir Wang ingin menyelamatkannya?
Tetap saja He Yun tidak setuju dengan pendapatnya. Jika Supir Wang benar-benar sebaik itu, maka tidak seharusnya dia membiarkan si wanita gila itu naik bus sejak awal. Bahkan sekalipun dugaan Shi Qing benar, tapi pada akhirnya ledakan tetap terjadi.
Dia memang tidak tahu kesulitan apa yang dialami Supir Wang. Tapi apa pun masalahnya, itu tidak bisa dijadikan pembenaran untuk melakukan kejahatan serius ini. Saat Shi Qing masih bersikeras menganggap Supir Wang orang baik, He Yun memintanya untuk memposisikan diri sebagai keluarga korban. Jika dia keluarga korban, apa dia bakalan peduli dengan apa pun alasan mereka melakukan kejahatan itu?
Tepat saat itu juga, bus akhirnya meledak di kejauhan, tepat jam 13:45. He Yun semakin yakin bahwa tujuan mereka sejak awal adalah meledakkan bus tepat jam 13:45. Dia menyadarinya di beberapa loop sebelumnya, jika mereka tidak campur tangan, bus itu pasti selalu meledak di jam 13:45 di jembatan.
Shi Qing dan He Yun lalu pergi ke kantor perusahaan bus, Shi Qing memperkenalkan mereka berdua sebagai anggota jaringan televisi kampus yang ingin meliput tentang bus no.45 yang selalu lewat kampus mereka dan supirnya yang kabarnya adalah seorang supir yang baik. Mereka meyakinkan bahwa liputan mereka ini akan membawa publisitas yang bagus untuk perusahaan bus ini.
Manajer tempat itu awalnya ragu, namun akhirnya dia luluh lalu mulai mengeluarkan dokumen berisi biodata para supir. Namun tepat saat itu juga, tiba-tiba seorang pegawai muncul mengabarkan tentang ledakan bus itu dan polisi yang akan segera datang.
Manajer dan yang lain pun langsung bergegas keluar dan meninggalkan kedua tamu mereka. Dalam perjalanan turun, Manajer baru diberitahu bahwa bus yang meledak itu adalah bus no.45 dan pengemudinya adalah Supir Wang.
Merasa aneh dengan segala kebetulan yang terjadi hari ini, si Manajer sontak balik lagi ke kantor, tapi kedua tamunya tadi sudah menghilang entah ke mana, tapi jelas mereka sudah melihat-lihat biodata Supir Wang.
He Yun dan Shi Qing sudah aman keluar dari kantor bus dan berselisih jalan dengan polisi yang baru datang. Dari biodata itu, mereka mengetahui bahwa Supir Wang awalnya bukan supir bus, melainkan supir truk, dan dia bukan berasal dari kota Jialin.
Disebutkan alasannya pindah ke kota ini adalah karena istrinya direlokasi. Jangan-jangan... wanita yang membawa bom itu adalah istrinya Supir Wang? Tapi jika dia beneran punya istri, lalu kenapa dia malah tinggal di asrama pegawai?
Mereka lalu melanjutkan penyelidikan mereka ke kamar asramanya Supir Wang. Pada teman sekamarnya Supir Wang, He Yun memperkenalkan dirinya sebagai keponakannya Supir Wang yang datang kemari karena disuruh Supir Wang untuk mengambil KK.
Untungnya pria itu langsung percaya dan membiarkan He Yun masuk kamarnya Supir Wang. Tapi karena pria itu terus mengawasi He Yun yang sedang menggeledah kamar Supir Wang, Shi Qing langsung berusaha mengalihkan perhatian pria itu dari He Yun dengan mengajak pria itu ngobrol.
Dia mengaku bahwa dia adalah pacarnya He Yun. Dengan alasan bahwa pacarnya itu mau memperkenalkannya ke para kerabatnya, Shi Qing pun mencoba mencari tahu tentang orang seperti apakah Supir Wang sehari-harinya.
Menurut pria itu, Supir Wang itu orang yang baik, jujur, dan agak pendiam. Tapi kemudian, Shi Qing mendapatkan informasi lebih penting saat dia mulai menanyakan tentang istrinya Supir Wang. Pria itu meyakini bahwa mereka diminta mengambil KK, pasti karena Supir Wang mau bercerai dengan istrinya.
Wajar sih, istrinya Supir Wang memang orang yang mentalnya tidak stabil. Wanita itu pintar menyiksa orang lain dan sering menyebabkan masalah setiap beberapa hari. Kehidupan rumah tangga Supir Wang sangat kacau, makanya dia tinggal di asrama.
Siapa pun bisa melihat kalau Supir Wang sudah tidak mau lagi berurusan dengan wanita itu. Wanita itu terus menerus menelepon Supir Wang, jadi wajar saja kalau Supir Wang tidak tahan lagi padanya. Bahkan sekitar satu bulan yang lalu, istrinya Supir Wang menelepon Supir Wang tengah malam dan memaksanya pulang karena rumahnya kebakaran.
He Yun akhirnya menemukan sesuatu yang paling menarik perhatiannya, sebuah smartphone yang modelnya agak tua dan dilihat dari aksesorisnya, sepertinya ponsel itu milik seorang gadis muda. Dia mencoba menghidupkan ponsel itu, tapi tidak bisa. Jadi dia memutuskan untuk menggondol ponsel itu lalu bergegas pamit pergi.
Sudah jelas sekarang, Supir Wang dan wanita itu adalah suami istri. Yang masih belum jelas adalah apa motif mereka melakukan hal itu dan kenapa mereka harus meledakkan bus itu di jam 13:45.
Tapi mereka sudah tidak bisa menyelidiki lebih jauh lagi sekarang mengingat mereka bukan polisi. Hanya polisi yang bisa melakukan penyelidikan secara menyeluruh. Maka jika mereka ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, mereka harus datang ke kantor polisi.
Tapi terlebih dulu mereka merencanakan apa-apa yang harus mereka katakan pada polisi dan bagaimana mereka harus menuntun polisi kepada kedua pelaku tanpa membuat polisi mencurigai mereka berdua seperti sebelumnya.
Setelah merencanakan strategi mereka dengan matang, mereka pun bergegas pergi ke kantor polisi, mereka sendiri yang menawarkan diri untuk memberikan keterangan sebagai saksi. Hmm, apakah kali ini mereka benar-benar akan lolos dari mata tajam Kapten Zhang dan Kepala Polisi Du?
Kapten Zhang langsung tanya apa alasan mereka turun bus lebih cepat dari tujuan awal mereka. He Yun pun mulai menuntun mereka untuk mencurigai Ibu Tao, mencoba meyakinkan mereka bahwa Ibu Tao adalah orang dengan gangguan mental dengan mengklaim bahwa alasan mereka turun lebih cepat adalah karena Ibu Tao sudah langsung membuat masalah begitu dia masuk bus.
Sesuai rencana mereka (He Yun yang menyusun rencana ini), He Yun dan Shi Qing berbohong bahwa begitu masuk bus, Ibu Tao langsung mengeluarkan belati sambil bergumam sendiri. Kata-katanya agak menakutkan bagi mereka, dia bilang semua orang akan meledak pada pukul 13:45 dan tidak akan ada yang selamat.
Hmm, tentu saja polisi tidak cukup bodoh untuk mempercayai klaim mereka semudah itu. Ada penumpang lain di bus itu, masa cuma mereka berdua yang mendengar gumamam si penjahat? Dan aneh sekali ada penjahat yang akan menggumamkan rencana jahatnya secara spesifik seperti itu.
Tapi biarpun agak curiga, Kapten Zhang tetap membiarkan mereka melanjutkan cerita mereka. Mereka secara spesifik menyebutkan ciri-ciri si wanita gila itu dan barang bawaannya yang mencurigakan: Panci presto yang baunya anehnya, semacam bau bahan kimia.
Saat Kapten Zhang menanyakan tentang bapak yang naik dari halte yang sama dengan Ibu Tao, Shi Qing keceplosan bilang kalau kedua orang itu tidak saling mengenal. He Yun pun buru-buru meralat kalimat Shi Qing biar mereka tidak dicurigai, maksudnya Shi Qing, mereka menduga bahwa kedua orang tidak saling mengenal karena kedua orang itu tidak duduk bersama dan tidak tampak saling berinteraksi selama di bus.
Shi Qing berbohong lebih lanjut bahwa dia sempat melihat wanita itu bicara sama supir waktu dia pertama kali naik bus, dan lagi-lagi, kata-kata wanita itu sangat mencurigakan, dia bilang bahwa mereka ingin mati bersama. (Akting mereka semakin lama semakin bagus nih, mereka bahkan pura-pura seolah dia tidak mengetahui nama Supir Wang)
Polwan muda kembali tak lama kemudian untuk melaporkan hasil forensik yang membenarkan bahwa peledakan itu terjadi karena panci presto. Kapten Zhang dan Kepala Polisi Du jadi bingung dengan kedua saksi itu.
Biarpun kedua orang itu memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi mereka. Namun jelas kedua orang itu agak mencurigakan dan sedang menuntun mereka ke arah sesuatu, Kapten Zhang juga yakin kalau kedua orang itu sedang berusaha memancing sesuatu dari polisi dilihat dari tindakan mereka yang tetap berada di kantor polisi walaupun mereka sudah tidak ditanyai lagi.
Yah, memang inilah rencana He Yun dan Shi Qing. Terus berada di dalam kantor polisi selama mungkin demi mendapatkan informasi apa pun yang bisa mereka dapatkan dari polisi sebelum mereka masuk ke loop berikutnya nanti.
Walaupun tidak mengerti apa sebenarnya niatan kedua orang itu, tapi Kapten Zhang memutuskan untuk mengikuti permainan kedua orang itu. Kepala Polisi Du pun membagi tugas, dia yang akan mencari informasi dari luar, Kapten Zhang yang bertugas mencari tahu apa niatan kedua orang itu.
Maka kemudian Kapten Zhang kembali menemui mereka dan meminta He Yun untuk menggambarkan situasi para penumpang di bus tadi. He Yun pun menggambarkan setiap penumpang dengan detil: Di mana mereka duduk, ciri-ciri fisik mereka, apa saja barang bawaan mereka, lokasi duduk si tersangka, dll.
Jelas saja Kapten Zhang jadi semakin merasa aneh karena He Yun bisa mengingat semua penumpang sedetil itu. He Yun beralasan bahwa dia terbiasa menghapal banyak detil karena dia seorang pencipta game. Ini kebiasaan alam bawah sadarnya.
Maka Kapten Zhang mengetesnya lebih lanjut dengan memintanya untuk menggambar denah kantor polisi ini. Untungnya He Yun benar-benar punya ingatan yang cukup tajam, dia benar-benar bisa menggambarkan denah kantor polisi ini dengan detil.
(Dipikir-pikir, dibanding Shi Qing, He Yun memang lebih perhatian dengan segala hal. Dia yang pertama membuat rangka tiap-tiap loop sehingga mereka tahu bahwa mereka terbangun satu menit lebih awal di setiap loop. Waktu Shi Qing menelepon polisi di loop ke berapa gitu, Shi Qing tidak hapal nomor pelat bus, malah He Yun yang hapal padahal yang duluan masuk loop tuh Shi Qing. Dia juga yang paling memperhatikan perbedaan waktu ledakan bus jika ledakan terjadi karena tabrakan atau karena bom)
Namun saat He Yun diminta mengonfirmasi foto-foto para penumpang, tiba-tiba ponsel si polwan muda berbunyi dengan ringtone yang sama persis seperti ringtone pemicu bom yang kontan saja mengagetkan Shi Qing hingga dia refleks mencengkeram tangan He Yun dengan gemetar ketakutan.
Dan jelas saja reaksinya itu mencurigakan bagi Kapten Zhang. He Yun buru-buru beralasan kalau ini cuma karena Shi Qing merasa bersalah pada para korban karena tidak berdaya menyelamatkan mereka.
Tapi Kapten Zhang bisa melihat dengan jelas kalau alasannya pasti bukan cuma karena itu. Apalagi saat ponsel polwan muda berbunyi lagi, Shi Qing langsung bereaksi gemetar ketakutan lagi, tapi kali ini dia berusaha keras untuk mengendalikan diri.
Polwan muda membawa informasi baru tentang Ibu Tao yang ternyata bekerja di pabrik kimia (Ah! Pantesan dia bisa membuat bom). Kapten Zhang juga memperhatikan kedua orang itu tampak tertarik mendengar informasi tentang Ibu Tao walaupun mereka berusaha bersikap cuek.
Karena kedua saksi itu agak mencurigakan walaupun tidak ada yang bukti yang mencurigakan dari mereka, polisi memutuskan untuk menahan mereka di kantor ini buat diawasi lebih lanjut.
Detektif Jiang dan rekannya dengan cepat mendapatkan informasi tambahan tentang kedua pelaku. Keduanya sebenarnya orang-orang yang ahli berpengalaman dan terkenal berdedikasi dalam pekerjaan masing-masing.
Sebelum bekerja di pabrik kimia, Ibu Tao dulunya bekerja sebagai guru kimia di kampung halamannya dan punya banyak pengalaman dalam aplikasi praktikum. Di pabrik kimia, dia bekerja di bagian QC.
Dia sering kali lembur dan pulang paling akhir secara sukarela setiap hari. Ini membuatnya memiliki akses penuh ke bahan-bahan kimia. Makanya Detektif Jiang curiga kalau Ibu Tao memanfaatkannya pekerjaannya ini untuk mencuri bahan-bahan baku untuk membuat bom.
Sedangkan Supir Wang, sejak dia pindah kemari, dia dengan gigih melamar kerja untuk menjadi supir bus rute 45 dan selalu menolak untuk dipindahkan ke rute lain, dia bahkan selalu menolak promosi sebagai manajer dan keukeuh memilih mengemudi bus rute 45.
Dari semua itu, bisa disimpulkan bahwa pasutri itu sudah lama merencanakan pengeboman ini. Pertanyaannya, kenapa mereka memilih jam 13:45 sebagai waktu peledakan?
Bersambung ke episode 12
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam