Ayahnya Lu Di bersikeras meyakinkan polisi bahwa putranya masih hidup, soalnya Ayah melacak pergerakan tablet milik anaknya dan mendapati tablet itu hidup dan bergerak. Informasi dari Ayah Lu Di itulah yang membuat polisi punya cara baru untuk melacak keberadaan kedua buronan mereka melalui tabletnya Lu Di.
Shi Qing menolak ditinggal sendirian, jadi dia membuntuti He Yun. Ternyata He Yun pergi menemui temannya. Wajar saja begitu melihat He Yun, temannya itu langsung marah-marah mendampratnya dan menuntut penjelasan.
Tapi He Yun tidak bisa menjawabnya sekarang, "masalah ini tidak bisa dijelaskan dengan hanya beberapa kata!"
Si teman tak peduli, pokoknya dia mau menelepon polisi sekarang. Bisa-bisanya He Yun melakukan ini. Perbuatan He Yun ini bukan saja menghancurkan game mereka, namun juga keluarga He Yun sendiri.
He Yun dengan cepat menghentikan si teman. Dia akui bahwa dia memang menusuk orang, tapi dia meyakinkan kalau dia tidak ada hubungannya dengan peledakan itu. Kedatangannya kemari hanya untuk memberitahunya untuk menghapus namanya dari game mereka. Dengan begini, si teman bisa mengubah game mereka sesuai keinginannya selama ini.
Kedua teman itu terus berdebat sengit. Si teman terus menerus menyerang He Yun karena He Yun dari dulu selalu egois dan meremehkan semua orang. He Yun pun berusaha meyakinkan bahwa dia sudah sadar sekarang, dia tidak mau si teman tertangkap karenanya, makanya dia ingin si teman memutus hubungan apa pun dengannya.
"Kuakui aku memang tidak bertanggung jawab dan egois. Namun ada beberapa hal yang tidak akan bisa kau mengerti kecuali kau mengalaminya sendiri. Bagaimana bisa aku menjelaskan ini padamu?"
Mendengar itu, si teman meyakinkan He Yun untuk segera menyerahkan diri ke polisi. Dia tidak boleh terus menerus bersembunyi. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tapi di sisi lain, dia juga meyakinkan He Yun bahwa mereka masih saudara.
Tak lama kemudian, polisi datang menggerebek rumah si teman. Namun He Yun dan Shi Qing sudah pergi sedari tadi. Akhirnya cuma si teman yang dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.
He Yun dan Shi Qing duduk di pantai. Shi Qing sudah ngantuk sebenarnya, namun dia berusaha keras untuk bertahan. He Yun benar-benar mau menyerahkan diri. Tapi dia mau menunggu sampai Shi Qing tertidur.
"Jika ini benar-benar loop terakhir, maka ini akan menjadi saat terakhir kebebasanku."
Mendengar itu, Shi Qing jadi semakin tidak ingin tidur dan langsung berjalan ke air untuk menjaga dirinya sendiri tetap sadar. Tapi dia jelas sudah tidak kuat hingga badannya oleng.
Untungnya He Yun sigap menangkapnya dengan lengannya yang terluka, dan itu kontan membuat Shi Qing berbalik mengkhawatirkannya. Mereka berdua sama-sama saling mengkhawatirkan satu sama lain, dan terpesona pada satu sama lain... hingga mereka saling berpelukan... sampai Shi Qing tertidur dalam dekapan He Yun.
He Yun membopongnya saat dia berbalik menatap kamera CCTV terdekat, memperlihatkan wajahnya agar polisi bisa segera datang menangkapnya.
Kita kemudian melihat He Yun keluar dari mobil polisi dalam keadaan tangan terborgol sebagai narapidana. Namun jelas ini cuma mimpi karena kemudian kita malah melihatnya dikurung di dalam bus.
Dia mendengar suara Shi Qing memanggilnya, namun suara itu terdengar sangat jauh. Dia lalu melihat sosok dirinya dan Shi Qing yang tertidur di bangku bus mereka, namun ada sekat transparan yang memisahkannya dengan mereka.
Dia berusaha merobek sekat transparan itu, dan begitu sekat itu robek, He Yun pun mengingat kembali kejadian mengerikan di loop sebelumnya, sebelum kemudian dia terbangun di loop berikutnya, lagi-lagi, tepat saat Ibu Tao dan Bapak Jiao baru masuk bus. Shi Qing pun lega.
Namun entah mengapa kali ini dia merasa jauh lebih lemas dari loop-loop sebelumnya. Dia mengaku bahwa dia benar-benar menyerahkan diri, namun dia tertidur dalam perjalanan.
Waktu mereka di pantai di loop sebelumnya, mereka sebenarnya sudah membuat rencana baru untuk loop berikutnya ini. Yaitu mengeluarkan semua penumpang bus. Cuma tinggal satu pemberhentian sebelum bus melewati jembatan, jadi mereka harus mengeluarkan semua penumpang di halte berikutnya (haltenya Lu Di).
Mereka membuat pesan di HP masing-masing, mengaku bahwa mereka adalah polisi dan memberitahu para penumpang tentang bom itu dan menyuruh mereka turun di halte berikutnya lalu menunjukkannya pada para penumpang satu per satu dengan pura-pura sebagai sales yang sedang menawarkan promosi.
Mereka mengetesnya pada Bapak Jiao lebih dulu, dan berhasil. Maka mereka pun langsung menunjukkannya pada yang lain. Tapi Ibu Tao langsung curiga dengan situasi ini, dan dia semakin curiga saat melihat Yi Ge dan Pria Kekar terang-terangan meliriknya (Hadeh!) dan memperhatikan para penumpang lain yang mulai gelisah.
Semua penumpang pun bersiap turun di haltenya Lu Di. Shi Qing pun berusaha menghalangi Lu Di naik. Tapi Ibu Tao yang sudah curiga sejak awal, langsung meledakkan bus saat itu juga. Gagal lagi.
Loop berikutnya. Belajar dari kesalahan mereka sebelumnya, sekarang mereka tahu bahwa Ibu Tao ingin mati dengan membawa semua penumpang mati bersamanya. Tapi para penumpang ternyata akan langsung percaya jika mereka memberitahu bom itu via teks dan pura-pura mengaku jadi polisi. Masalahnya, tidak semua penumpang bisa diajak bekerja sama dengan benar. Apalagi Yi Ge yang terang-terangan bersikap mencurigakan.
Karena terlalu sulit untuk menurunkan semua penumpang, Shi Qing usul agar mereka tetap menggunakan pesan teks yang sama tapi kali ini meminta bantuan yang lain untuk menahan Ibu Tao saja alih-alih nekat mengeluarkan semua penumpang.
He Yun setuju, mereka butuh minimal dua orang untuk membantu menahan Ibu Tao, lalu Shi Qing yang bertugas mengeluarkan panci presto itu keluar dari bus. Tapi siapa yang bisa dimintai bantuan?
Shi Qing langsung mengedarkan pandangannya... dan langsung ingat bahwa Bapak Jiao adalah satu-satunya orang yang membantu He Yun waktu Ibu Tao menusuk He Yun di loop sebelumnya. Mungkin dia bisa membantu mereka kali ini.
Tapi menurut Shi Qing, terlalu berbahaya jika mereka melakukannya di haltenya Lu Di, ada banyak orang di halte. Bahkan sekalipun dia berhasil mengeluarkan pancinya, tetap saja dia tidak akan bisa mengevakuasi semua orang terdekat hanya dalam waktu sesingkat itu.
Shi Qing usul agar mereka menunggu sampai bus tiba di jembatan saja agar mereka bisa membuang bom panci itu ke sungai. Hanya itu pilihan paling aman. Tapi tetap saja mereka kurang tenaga satu orang lagi untuk melaksanakan misi itu. Ah! Lu Di!
Maka sebelum Lu Di naik, He Yun membuat pesan teks seperti loop sebelumnya dan menunjukkannya pada Bapak Jiao. Sesuai dugaan, Bapak Jiao mau membantu. Tapi... dia bertanya-tanya apakah ini termasuk Samaria yang baik, maksudnya apakah dia akan mendapatkan penghargaan berupa uang jika dia membantu. He Yun mengiyakannya saja.
Lalu saat Lu Di naik, He Yun langsung berbisik di telinga Lu Di dan melafalkan nama panjang Lu Di yang jelas saja membuat Lu Di kaget. Dia langsung membawa Lu Di ke belakang dan menunjukkan pesan teks itu. Tapi sayangnya, biarpun he Yun mencoba meyakinkannya dengan mengungkap segala hal yang dia ketahui tentang rahasianya Lu Di, Lu Di tetap tak percaya begitu saja padanya, dia yakin banget kalau He Yun bukan polisi. Hadeh! He Yun frustasi.
Tapi untungnya, biarpun dia tidak percaya kalau He Yun polisi, dia memutuskan untuk bersedia bekerja sama dengan mereka hanya karena He Yun memanggil nama panjangnya dan mengetahui semua rahasianya. Katakan saja apa yang harus dia lakukan.
Bapak Jiao dan Lu Di sudah oke. Sekarang tinggal minta bantuan Pak Supir. Shi Qing pun diam-diam membisiki Pak Supir tentang si wanita gila yang membawa bom panci itu, dan menginstruksikan Pak Supir untuk menghentikan bus di tengah jembatan agar dia bisa membuang bom panci itu ke sungai.
Dia meyakinkan Pak Supir bahwa dia adalah polisi. Begitu mereka sudah tiba di jembatan, He Yun, Bapak Jiao dan Lu Di langsung menyerang Ibu Tao. Supir malah tetap melaju kencang.
Shi Qing langsung merebut panci prestonya. Namun Pak Supir malah terus melaju kencang dan mengabaikan perintah Shi Qing. Yang tak mereka sangka, Ibu Tao langsung meneriakkan nama Pak Supir, Wang Xing De, dan menuduhnya menelepon polisi. Ibu Tao dengan histerisnya teriak-teriak menuduh Supir Wang pengecut.
Shi Qing shock menyadari Supir Wang ternyata komplotan Ibu Tao. Supir Wang memang menghentikan bus di tengah jembatan, namun dia mengunci semua pintu. Sudah jam 13:44, He Yun langsung bertindak memecahkan kaca jendela dan berusaha membawa bom panci itu keluar, namun terlambat, bom meledak.
Dan mereka pun masuk ke loop berikutnya. Shi Qing sakit hati setelah mengetahui Supir Wang ternyata komplotan penjahat. Padahal selama ini dia selalu mengira kalau Supir Wang adalah orang baik karena dulu Supir Wang pernah membantunya mendapatkan kembali dompetnya yang dicuri salah satu penumpang.
Shi Qing sangat berterima kasih atas bantuan Supir Wang waktu itu, hingga suatu hari saat dia naik bus lagi, dia membalas budi dengan menghadiahkan sarung tangan baru untuk Supir Wang yang sarung tangannya sudah bolong.
Supir Wang menolak hadiahnya namun dia tetap berterima kasih atas niat baik Shi Qing padanya. Saat Shi Qing mengaku bahwa dia mahasiswa di Universitas Jialin, Supir Wang mengaku bahwa putrinya juga kuliah di sana.
Shi Qing langsung antusias menanyakan putrinya Supir Wang belajar di jurusan apa dan lain sebagainya. Tapi entah kenapa Supir Wang tampak enggan menjawab secara spesifik dan hanya menjawab singkat bahwa putrinya sudah bekerja sekarang.
Ingatan baik tentang Supir Wang itu sekarang hancur berkeping-keping. Begitu sakitnya dia hingga dia sudah tidak peduli lagi untuk membuat rencana seperti sebelumnya, malah langsung mendatangi Supir dan tanpa tedeng aling-aling mengonfrontasinya dan menuntut alasan Supir Wang melakukan ini pada mereka. Apa Supir Wang dipaksa oleh si wanita gila itu?
"Padahal aku mempercayaimu. Aku bahkan ingin menyelamatkanmu tapi kau ingin membunuh semua penumpang di bus. Apa alasannya? Kenapa?"
Kesal, Ibu Tao sontak tersenyum gila sebelum kemudian meledakkan bus lagi. Dan kita masuk ke loop berikutnya lagi, saat Supir Wang berhenti di haltenya Baak Jiao dan Ibu Tao.
Kali ini kita melihat bahwa alasan Supir Wang tidak langsung membuka pintu bus adalah karena awalnya dia ragu untuk membiarkan Ibu Tao naik. Namun akhirnya dia tetap membiarkan Ibu Tao naik bus dengan membawa bom pancinya.
Bersambung ke episode 11
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam