Para pramugari heran mendengar Do Hee malah berterima kasih pada mereka karena mengizinkannya pulang duluan. Kalau dipikir-pikir, seharian ini Do Hee bahkan tidak marah-marah ataupun mengeluhkan masalah penumpang seperti biasanya.
Baru ingat kalau dia harus akting jadi Do Hee, Sun Hee langsung berlagak sok angkuh. Kenapa mereka pikir kalau dia tidak punya keluhan. Tentu saja dia punya banyak keluhan seperti biasanya, dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk membahasnya.
Tapi apa yang perlu dikeluhkan?... Ah! "Aku ingin mendiskusikan soal Kapten Song Woo Jin!"
Woo Jin yang lagi minum, sontak tersedak mendengarnya. "Ada apa denganku?"
"Apa mungkin soal yang itu? Kencan buta?" Duga Hoobae. "Kudengar ibumu menjodohkanmu dengan seorang penumpang."
Para pramugari langsung heboh menggosip. Jadi Ibunya Woo Jin ada dalam daftar penumpang? Dan Ibu menjodohkan Woo Jin dengan penumpang? Ibunya Woo Jin ternyata romantis yah.
Woo Jin sontak membanting botolnya sambil menggerutu kesal. "Romantis apanya? Itu tidak benar."
"Ayolah, jangan menyangkalnya. Kapten Song, mungkin kau akan segera menikah."
"Bukan begitu!" Tegas Woo Jin
Dia menghampiri Sun Hee dengan kesal dan memperingatkan Sun Hee untuk berhenti membahas masalah ini. Dia mau jalan, tapi Sun Hee mendadak memalang jalannya dan menolak berhenti membahas masalah ini.
"Aku ini tipe orang yang selalu jujur. Tugas kami sebagai pramugari adalah memastikan para penumpang kita senang dan aman, tapi kami tidak bisa melakukan itu. Karena dia sangat kejam. Ibunya sampai menangis."
"Benar. Aku juga melihat bagaimana dia menangis." Timpal salah satu pramugari
"Ternyata dia lebih kejam daripada kelihatannya."
Woo Jin jelas tambah kesal. Sun Hee pasti melakukan ini hanya supaya dirinya sendiri bisa keluar dari situasi sulit ini, tapi caranya itu tidak akan berhasil.
"Song Woo Jin-ssi. Di dunia ini, tidak ada anak yang bisa lahir sendiri. Pastikan kau selalu mendengarkan ucapan ibumu!" Bentak Sun Hee sok jahat sambil melotot, padahal diam-diam dia puas dengan aktingnya sendiri, dia pasti mirip seperti Do Hee.
"Entah dia pengidap ADHD dewasa atau gila. Aku benci wanita ini. Aku sangat membencinya!" Batin Woo Jin
Tapi berhubung dia sudah tidak tahu lagi bagaimana mendebatnya, akhirya dia memutuskan untuk pergi dari sana dengan penuh wibawa... saat tiba-tiba saja kopernya kecantol sofa. LOL! Malu deh. Para pramugari sontak ngakak melihat itu.
Keesokan harinya, Ibu Mertua kesal membanting sendok sampai Cho Rong dan ayahnya kaget. Cho Rong berusaha membujuknya untuk makan saja. "Kalau Nenek membahas tentang ibu 2 kali lagi, maka akan genap jadi seribu kali."
Cheon Dae setuju. "Kenapa Ibu terobsesi padanya? Dia kan bukan istri Ibu."
"Dia bukan istri ibu, tapi istrimu! Istrimu bermalam di luar dan kau tidak bisa menghubunginya. Bagaimana bisa kau begitu santai?"
"Cho Rong kan sudah bicara dengannya. Dia akan segera pulang. Sun Hee hanya memedulikan kita, iya kan? Mungkin dia menemukan pekerjaan yang gajinya sangat besar."
Gregetan, Ibu Mertua sontak menampik topinya Cheon Dae sampai terlepas dan langsung kaget. Ternyata dia memakai topi untuk menutupi rambutnya yang dicat kuning.
"Lihatlah ini. Karena inilah istrimu tidak di rumah! Semua ini salah Sun Hee."
Kok nyalahin Sun Hee? Lagian ini kan bukan cat rambut permanen, warnanya akan hilang jika dia keramas. Kenapa ini bisa jadi salah Sun Hee? Dia mengecat rambut kan cuma supaya dapat lebih banyak follower sebelum mencari pekerjaan. Ini bukan salah Sun Hee.
"Benar. Ini bukan salah dia. Ibu sudah memikirkannya... ini adalah salah Ibunya Sun Hee!"
Hah? Ibu Mertua langsung pergi mau mencari Ibunya Sun Hee yang jelas saja membuat Cheon Dae panik mengejarnya.
Di penerbangan dari Dubai menuju Seoul, seorang pramugari sibuk melayani pria Korea yang memakai sorban dan terus menerus minta miras, dan ternyata dia Tae Yang.
Ternyata dia sudah tahu kalau dia lagi dicari-cari ayahnya, makanya dia balik duluan ke Korea sebelumnya ayahnya menemukannya. Dia malah bangga banget membual pada pramugari tentang kehebatannya dalam menipu ayahnya.
"Ini keseratus kalinya aku membodohi ayahku~~~"
Di Dubai, Pyeong Pan mencari Tae Yang ke bar langganannya. Dan berhubung semua orang pakai sorban, Pyeong Pan asal menabok kepala seseorang sambil ngomel-ngomel. Dan yang ditabok ternyata cowok sangar. Wkwkwk. Ketakutan, Pyeong Pan langsung kabur dari sana. (Err... kayaknya sih ini flashback deh)
Tae Yang ngakak memikirkan kehebatan dirinya sendiri. "Dalam hal tipuan, aku seperti anggota Mensa. Kau pikir aku akan tertangkap di Korea? Tentu saja tidak. Tidak akan bisa! Dia tidak akan pernah menangkapku!"
Tapi tiba-tiba seseorang menarik lepas sorbannya dan mengeplak kepalanya keras-keras. Wkwkwk. Ternyata Pyeong Pan sudah mendengarkan ocehannya sedari tadi.
Dia langsung menyeret Tae Yang keluar dari kelas satu dan melemparnya ke kursi kelas ekonomi. Selama ini Tae Yang bisa duduk di kelas satu berkat uangnya. Tapi mulai saat ini, dia harus duduk di kelas ekonomi.
"Kenapa?" Bentak Tae Yang yang kontan dapat tabokan lagi dari Pyeong Pan. Sopan dikit sama orang tua.
Pyeong Pan langsung kembali ke kelas satu, tapi diam-diam masih mengintip Tae Yang dari balik tirai. Tepat saat Tae Yang masih mewek lebay, Sun Hee muncul dan langsung menyodok Tae Yang.
"Apa lagi? Aku akan diam!" Jerit Tae Yang
"Permisi, ini kursiku."
"Ayahku akan memukulku jika aku duduk di tempat lain. Duduklah di mana saja..."
Tapi begitu melihat yang bicara padanya ternyata wanita cantik, Tae Yang mendadak berhenti mewek dan langsung melancarkan rayuan gombal.
"Kau cantik sekali. Wajahmu sepertinya bekerja keras hari ini. Duduklah. Silahkan. Kakimu pasti lelah. Oh, apa kita pernah bertemu? Kau sepertinya tidak asing."
"Kurasa tidak pernah."
"Ah, mungkin aku pernah mendekatimu. Kau sering pergi ke mana? Meksiko? Kuba? Ke mana? Apa kau pernah ke Ibiza? Apa golongan darahmu? Apa horoskopmu? Biar kutebak... pesonamu maut. Kau pasti Gemini."
Dia terus saja nyerocos sambil asal mengambil minuman salah satu penumpang. Baru saja dia menenggak entah minuman apa itu, Pyeong Pan muncul lagi sambil komat-kamit merutukinya.
Tiba-tiba saja Tae Yang terbatuk-batuk dan sepertinya mau muntah. Cemas, Sun Hee menepuk-nepuk punggungnya lalu menengedahkan tangannya di bawah mulut Tae Yang, bersiap menerima muntahannya.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam