Sinopsis Once We Get Married Episode 18

Kedua pria sontak melepaskan diri dengan canggung. Kedua wanita juga jadi canggung, mengira kalau mereka sudah menganggu kemesraan kedua pria itu. Pfft!

 

Si Chen datang untuk menjemputnya pulang, tapi Xi Xi belum bisa pulang karena mereka masih harus membahas rencana pemasaran, jadi sekalian saja dia mengundang Si Chen untuk ikut rapat.

Zi Xin punya ide, dia ingin menggunakan identitas dan popularitasnya untuk membantu mempromosikan produknya Xi Xi. Semacam duta merek atau bintang iklan, biar mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa bintang iklan.

Si Chen tak mau kalah, menyatakan kalau dia ingin membeli semua saham yang Zi Xin miliki di toko ini. Zi Xin menolak, dan jadilah kedua pria itu mulai debat sengit lagi, Xi Xi yang pusing.

Tapi kemudian Xi Xi punya ide bagus. Idenya Zi Xin itu memang bagus. Tapi daripada cuma Zi Xin seorang, bagaimana Si Chen juga ikut? Si Chen langsung setuju tanpa ragu.

Jadilah kedua presdir itu berubah menjadi modelnya Xi Xi yang diwarnai dengan kecemburuan Si Chen yang sangat kekanak-kanakan. Saat Xi Xi memilihkan dasi untuk Zi Xin, Si Chen sontak merebutnya lalu memaksa Xi Xi untuk memakaikannya, dan begitu Xi Xi melakukan perintahnya, Si Chen sontak melempar senyum pongah penuh kemenangan pada Zi Xin.

Jadilah kedua pria itu mulai berlomba mendapatkan perhatian Xi Xi dan menang secara bergantian. Bahkan keesokan harinya, mereka bersaing menjadi model sekaligus sales di tokonya Xi Xi.

Berkat keramahannya, Zi Xin berhasil menggaet banyak pelanggan dan menjual lebih banyak baju dibandingkan Si Chen yang cuek dan kasar sama pelanggan.

Si Chen jelas tidak terima kalah dan jadi ngambek karenanya. Bertekad mengalahkan Zi Xin, keesokan harinya Si Chen mulai berubah lebih ramah dalam menghadapi pelanggan. Dia tetap ogah diajak selfie bareng, tapi dia menggantinya dengan selfie sendiri di HP masing-masing pelanggannya.

 

Dan kali ini dia berhasil menjual 1 item lebih banyak daripada Zi Xin. Si Chen langsung sombong Yang tidak kedua pria itu ketahui, sebenarnya Xi Xi sengaja main curang demi membuat Si Chen menang dengan cara membeli sendiri satu rok atas nama Si Chen. Dia harus melakukan itu soalnya suaminya itu tidak suka kalah.


Mereka berempat lalu merayakan keberhasilan mereka dengan minum-minum dan Si Chen dengan sengaja terus menerus menekankan pada Zi Xin tentang status dan hubungannya dengan Xi Xi, dan bahwa dia tidak akan pernah mengalah pada Zi Xin.

 Xi Xi jadi agak mabuk setelah itu. Dia benar-benar bahagia dan terharu atas semua bantuan Si Chen padanya, lalu dengan imutnya memberikan simbol cinta dari kantong bajunya sebagai hadiah untuk Si Chen. Ada satu hadiah lagi, Si Chen mengira kalau Xi Xi akan memberinya ciuman mesra, tapi bukan itu hadiah yang dimaksudnya. Hadiahnya adalah Xi Xi memutuskan untuk menjadikan Si Chen sebagai pemilik saham CICI. Yeah! Si Chen pasti senang kan?

"Tapi, biarpun kau sudah menjadi pemegang saham CICI, kau tidak boleh memerintahku." Pinta Xi Xi. Dan Si Chen langsung menyetujuinya dengan memberinya ciuman mesra, dan Zi Xin melihat segalanya dari kejauhan dengan sedih.


Keesokan harinya, Xi Xi malah termenung merana gara-gara pikirannya buntu, dia sama sekali tidak punya inspirasi untuk merancang baju. Xi Xi panik banget, baru kali ini dia begini. Segala yang coba dia desain hari ini, sampah semuanya, tidak ada satu pun yang benar. Bulan depan mereka harus meluncurkan produk baru lagi, dia harus bagaimana sekarang? Xi Xi mencoba berbagai cara untuk mengalihkan pikirannya atau mencari inspirasi-inspirasi lain, tapi tetap saja otaknya buntu.

Dia lalu mengajak Zi Xin ketemuan untuk curhat dan bertanya-tanya apakah Zi Xin, saat sedang menggambar komik, pernah mengalami situasi di mana dia mengalami sebuah kesulitan besar namun tetap tak mau menyerah.

Tentu saja Zi Xin pernah mengalaminya, tapi yang dia maksud bukan dalam hal menggambar komik, melainkan dalam hal cinta. Tapi tentu saja Zi Xin tidak mengatakannya secara mendetil, dan hanya penasaran apakah Xi Xi bertanya begini karena ada masalah sama Si Chen.

Xi Xi mengaku kalau dia hanya sedang mengalami hambatan inspirasi. Xiao Ya menyarankannya untuk merekrut desainer lain, tapi Xi Xi tidak mau. Toko itu toko merek pribadinya. Biarpun sekarang ini CICI masih punya banyak kekurangan, namun Xi Xi ingin berkembang bersamanya.

Mendengar itu, Zi Xin mencoba membantu dengan mengajaknya pergi ke sebuah pameran seni yang akan diadakan Minggu depan.

Err... Sebenarnya, pameran seni yang disebutnya itu tidak ada. Namun demi Xi Xi, dia memerintahkan sekretarisnya untuk mengadakan pameran itu tak peduli dengan cara apa pun.

Xi Xi menyukai sebuah lukisan yang paling menarik perhatiannya. Biarpun kritikus seni berkata kalau lukisan itu tidak berkualitas karena tidak jelas siapa pelukisnya, tapi Xi Xi bisa melihat kualitas lukisan itu dengan jelas, dan lagi, dia merasa lukisan tidak seharusnya dinilai hanya dari reputasi pelukisnya.

Yang tak disangkanya, lukisan yang disukainya itu ternyata miliknya Zi Xin. Karena Xi Xi menyukai lukisan itu, Zi Xin memutuskan untuk mengirim lukisan itu ke tokonya Xi Xi. Tapi Xi Xi malah menolaknya.

Dia mengaku bahwa dia mengosongkan salah satu dinding di tokonya buat Si Chen seorang. Soalnya Si Chen pernah bilang kalau dia ingin berkarya. Zi Xin sedih mendengarnyaeperti biasanya, dia berusaha tak menunjukkan kekecewaannya dan menerima penolakannya. 

Saking asyiknya ngobrol, mereka tidak sadar kalau Xi Wei juga datang dan melihat mereka. Xi Wei sontak tersenyum licik, apalagi si gundik kemudian mendatanginya untuk memberikan apa yang dia inginkan, barang-barangnya Xi Xi, termasuk buku diary-nya Xi Xi.

Saat Si Chen mendatanginya, Xi Wei dengan sengaja memberitahunya tentang kebersamaan Xi Xi dan Zi Xin di pameran lukisan, pameran lukisan yang diadakan dadakan oleh Zi Xin karena Xi Xi sedang mengalami otak buntu. Dia mencoba menghasut Si Chen dengan memfitnah seolah Xi Xi dan Zi Xin punya hubungan gelap. 


Sayangnya, hasilnya sama sekali tidak sesuai harapannya. Alih-alih marah pada Xi Xi, Si Chen langsung pergi menyusul Xi Xi lalu mengajaknya main ke taman hiburan untuk membantu Xi Xi mendapatkan kembali ide kreatifnya Xi Xi. Dia jamin main di sini lebih berguna daripada pameran seni.

"Kau cemburu?"

"Iya."

"Kenapa kali ini kau tidak membantah?"

"Konsekuensi dari membuatku cemburu, sangatlah parah."

Yang dia maksud adalah membawa Xi Xi main roller coaster. Dengan penuh percaya diri dia meyakinkan Xi Xi untuk tidak takut, tapi ujung-ujungnya malah dia sendiri yang ketakutan. Pfft! Xi Xi malah senang banget main beginian, bahkan sampai minta main lagi.


Puas main, Si Chen membawa Xi Xi naik ke bukit untuk melihat pemandangan alam yang sangat indah. Tapi tentu saja, pemandangan indah ini menjadi semakin indah berkat kebersamaannya dengan Si Chen. Setiap kali bersama Si Chen, rasanya semua pemandangan menjadi semakin indah. Aangkah bagusnya kalau dia bisa melihat pemandangan seperti ini setiap hari.

"Kalau kau suka, aku bisa sering membawamu ke sini."

Tapi Xi Xi malah mendadak berubah pikiran dan menolak. Soalnya inspirasi itu hanya akan berguna jika dirangsang sesekali saja. Seperti sekarang ini, semua usaha Si Chen untuknya hari ini benar-benar berhasil membuatnya punya segudang inspirasi. Karena itulah, Xi Xi semangat mau pulang sekarang juga, dia mau menggambar lagi.

"Si Chen, terima kasih."


Tersentuh, Si Chen pun menghadiahinya dengan ciuman manis. "Sebenarnya aku suka perasaan menjagamu. Berkorban, terasa lebih baik daripada meminta dan menuntut."


Bahkan saking semangatnya menggambar, Xi Xi melewatkan makan malam dan terus mengurung diri di ruang wardrobe. Si Chen mencoba menyuruhnya makan, tapi Xi Xi terlalu bersemangat menggambar hingga dia menolak makan.


Whymall dan studionya Xi Wei akan bekerja sama dalam proyek penyelenggaraan perayaan mode. Namun hari itu hanya Fei Ang yang mendatangi Xi Wei untuk menyerahkan laporan perencanaan yang Si Chen buat.

Tapi Xi Wei heran kenapa Si Chen menginginkan kembang api. Shang Ke bisa menduga apa alasannya, pasti untuk Xi Xi. Si Chen sekarang sudah bahagia. Karena itulah, Shang Ke menyarankan Xi Wei untuk move on. Tapi Xi Wei jelas tidak mau menyerah begitu saja. Malah dia sudah punya rencana licik lain sekarang.


Di pesta, dia diam-diam menyiapkan sebuah video yang akan mereka tayangkan di layar lebar dan langsung tersenyum licik begitu melihat Xi Xi datang. Zi Xin juga datang ke sana yang jelas saja membuat Si Chen cemburu.

Lalu tiba-tiba saja video itu diputar, tapi isinya malah mempertontonkan buku diary-nya Xi Xi, di mana dia menulis ambisinya adalah untuk menjadi kaya. Sontak saja tulisan itu mencoreng image Xi Xi, seolah dia menikahi Si Chen hanya demi harta.


Si Chen bergerak cepat untuk menghentikan video itu sehingga Xi Xi terpaksa sendirian di tengah pesta, gugup dan gemetaran menghadapi semua mata yang menuduhnya. Zi Xin ingin menyelamatkannya, tapi sekretarisnya dengan cepat mencegahnya dan mengingatkannya bahwa ini urusan rumah tangga Xi Xi. Tapi Zi Xin tak peduli, Xi Xi adalah temannya, dia tidak bisa membiarkan Xi Xi sendirian di saat seperti ini. Tak lama kemudian, seorang pria tiba-tiba merangkul Xi Xi. Hmm, siapakah dia? Zi Xin atau Si Chen?

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

0 Comments