Tahun 1926, Mu Wan Qing sedang berada di kapal pesiar dalam perjalanan kembali ke Shanghai. Dari narasinya, kita mengetahui bahwa dia sudah sepuluh tahun meninggalkan Shanghai. Dia adalah putri konglomerat Mu Zhi Yuan, seorang ketua direktur perdagangan Cina.
Kedua orang tuanya sudah berpisah dan sekarang kediaman mereka sudah memiliki nyonya baru. Namun dia masih menyimpan foto lama keluarganya saat mereka masih lengkap.
Wan Qing tersenyum sendu menatap foto itu. Namun ekspresinya seketika berubah penuh kebencian saat melihat foto yang kedua. Karena di dalam foto kedua itu, tampak ada foto wanita lain yang wajahnya dicoret-coret dan berdiri di antara ayah dan ibunya.
Wanita itulah yang sekarang menjadi nyonya baru Keluarga Mu, dan jelas dia bukan ibu tiri penyayang. Dia bahkan masa bodoh dengan fakta kalau Wan Qing mau pulang dan tak mau repot-repot menyediakan mobil untuk menjemputnya.
Apalagi saat itu dia sedang sibuk bukan main memberi perintah sana-sini untuk persiapan pesta dansa nanti malam, di mana di pesta itu nanti, mereka akan membicarakan masalah perjodohan anaknya sendiri yang sekaligus saudara tirinya Wan Qing, Mu Wan Ting, dengan seorang jenderal muda bernama Xu Guang Yao.
Sedangkan ibu kandungnya Wan Qing sudah meninggal dunia. Dan tujuannya pulang kali ini adalah untuk membawa pulang abu ibunya.
Sebelum beliau meninggal dunia, Ibu pernah berpesan padanya untuk keluar dari rumah Keluarga Mu jika dia merasa tidak bahagia di sana. Ibu sudah menyiapkan mas kawin untuknya, Jadi Wan Qing bisa menjual itu untuk membeli rumahnya sendiri dan hidup sendiri dengan baik. Dia lalu memasukkan abu ibunya ke dalam kopernya lalu membawanya keluar ke restoran.
Di meja sebelahnya, tampak seorang pria muda yang duduk bersama kekasihnya, tapi jelas mereka bukan pasangan biasa. Err... Atau lebih tepatnya keduanya cuma pura-pura jadi sepasang kekasih.
Si wanita tiba-tiba mengklaim kalau perutnya tidak enak dan dengan manja minta izin si pria untuk balik ke kamar. Tapi wanita itu jelas punya rencana lain, ekspresi wajahnya seketika berubah mencurigakan begitu dia pergi.
Si pria jelas mencurigainya, makanya dia bergegas menyusul wanita itu. Saat melewati mejanya Wan Qing, si pria sempat melihat Wan Qing bicara dengan pelayan dalam bahasa Jepang dan memesan koran Jepang.
Tapi tiba-tiba Wan Qing baru sadar kalau sarung tangannya ketinggalan di kamar. Jadi dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya, kamar nomor 9.
Kecurigaan si pria terbukti benar saat dia masuk ke kamarnya, kamar nomor 6, dan mendapati wanita itu sedang berusaha membobol kopernya. Pria itu adalah Tan Xuan Lin, seorang jenderal muda dari keluarga Tan.
Sedangkan wanita itu adalah Xu Man, sekretarisnya Xuan Lin, seseorang yang seharusnya dipercaya, namun ternyata dia pengkhianat yang berniat mencuri peta pertahanannya.
Xu Man berusaha membela diri dan beralasan kalau dia melakukan ini demi kebaikan Xuan Lin, karena menurutnya rencananya Xuan Lin terlalu beresiko dan berbahaya.
"Kau sudah mengkhianatiku, masih bilang untuk kebaikanku." Sinis Xuan Lin.
Xu Man langsung berusaha merayunya dengan manja, dan Xuan Lin langsung mendorongnya ke pintu cukup keras sehingga nomor pintu 6 itu tiba-tiba goyang dan berubah jadi nomor 9.
Keduanya sama-sama pura-pura saling mencumbu, padahal diam-diam sama-sama bersiasat untuk saling serang. Tepat saat Xu Man mengambil senjatanya dari dalam dompetnya, Xuan Lin mendadak menyayat lehernya dan Xu Man pun mati seketika. (Errr... menurutku sayatannya nggak cukup dalam untuk bikin orang langsung mati seketika. Tapi yah udahlah, iyain aja).
Pada saat yang bersamaan, Wan Qing kebetulan lewat depan kamar mereka dan melihat kamar itu bernomor 9. Dia sempat agak bingung sebenarnya, tapi karena mengira dia berada di depan kamar yang tepat, jadi dia langsung masuk saja, tapi malah shock melihat Xuan Lin sedang berusaha menyembunyikan mayat di kolong kasur.
Wan Qing refleks mau kabur, tapi Xuan Lin dengan cepat menangkapnya. Xuan Lin langsung ingat kalau dia wanita yang bicara bahasa Jepang di restoran tadi. Mengira Wan Qing orang Jepang, tapi dia sendiri tidak bisa bahasa Jepang, jadi dia mengancam Wan Qing dalam bahasa Inggris, menyuruhnya untuk diam atau dia akan mati.
Demi keselamatannya sendiri, Wan Qing pura-pura saja jadi orang Jepang dan memberitahu Xuan Lin bahwa nanti akan ada orang yang menjemputnya di pelabuhan. Jika dia tidak muncul, maka orang-orang itu pasti akan melapor polisi.
Kesal, Xuan Lin langsung mendorongnya ke ranjang dan menegaskan bahwa Wan Qing harus selalu bersamanya selama mereka masih di kapal. Dia janji akan melepaskan Wan Qing kalau mereka sudah turun nanti.
Tiba-tiba ada pelayan mengetuk pintu, Wan Qing sontak berteriak minta tolong (dalam bahasa Inggris), tapi Xuan Lin sigap membungkamnya. Karena tak mendapat jawaban, si pelayan memutuskan langsung masuk saja.
Xuan Lin sontak mendorong Wan Qing ke ranjang, seolah mereka sedang bermesraan. Si pelayan jadi mengira kalau dia sudah mengganggu mereka dan buru-buru keluar.
Xuan Lin lalu mengambil kopernya (yang bentuk dan warnanya sama persis dengan kopernya Wan Qing) lalu membawa Wan Qing turun dari kapal, memastikan Wan Qing tetap dekat dengannya biar tidak kabur.
Melihat sekelompok orang Jepang di seberang, Xuan Lin mengira merekalah yang menjemput Wan Qing, dan Wan Qing mengiyakan saja. Untungnya Xuan Lin percaya dan akhirnya melepaskannya, tapi sebelum itu, dia mewanti-wanti Wan Qing untuk melupakan apa yang dia lihat tadi.
Wan Qing cepat-cepat mengiyakan lalu berjalan ke arah sekelompok orang Jepang itu. Xuan Lin sendiri berjalan menghampiri seorang tentara yang menjemputnya. Tepat saat itu, seorang pendorong gerobak lewat sambil teriak-teriak agar Wan Qing minggir.
Xuan Lin sempat melihat Wan Qing langsung minggir, tapi untungnya dia tidak curiga. Apalagi saat itu dia melihat Wan Qing menghampiri dan menyapa para orang Jepang itu dalam bahasa Jepang.
Xuan Lin akhirnya tak memedulikannya lagi dan beralih menyapa rekan tentaranya yang dia panggil Lao Wu itu. Awalnya mereka hanya membahas pekerjaan mereka. Entah apa rencana mereka, tapi sepertinya ada orang yang mencurigai mereka. Bahkan belakangan ini Lao Wu jadi dikuntit para bawahan seorang tentara bernama Xu Bo Jun.
Tapi kemudian Lao Wu mulai penasaran sama wanita yang bersama Xuan Lin tadi. Tapi saat mereka berpaling ke seberang, mereka malah tak melihat wanita itu, sedangkan orang-orang Jepangnya masih ada di sana.
Saat itulah Xuan Lin baru ingat keanehan Wan Qing yang langsung minggir saat diteriaki si pendorong gerobak. Xuan Lin langsung sadar kalau wanita itu mengerti bahasa Mandarin dan langsung panik mencari Wan Qing.
Wan Qing gelisah menunggu supirnya yang tidak datang-datang. Parahnya lagi, yang muncul malah Xuan Lin yang langsung menculiknya dan mengecek isi kopernya. Wan Qing sontak panik saat Xuan Lin menyentuh gucinya.
Dia akhirnya mengaku bahwa dia pulang hanya untuk mengubur abu ibunya, dia janji kalau dia tidak akan bicara macam-macam. Dari buku diary-nya, Xuan Lin akhirnya mengetahui namanya adalah Mu Wan Qing. Dia langsung mengantongi buku dairy itu lalu memborgol satu tangan Wan Qing ke tangannya sendiri biar Wan Qing tidak bisa kabur darinya.
Dia lalu membawa Wan Qing ke sebuah hotel, menggandeng tangannya seolah mereka pasangan, padahal itu hanya kamuflase untuk menutupi borgolnya. Dia menggunakan identitas palsu untuk memesan kamar hotel dan berbohong pada resepsionis bahwa Wan Qing adalah istrinya.
Kebetulan saat itu juga, datanglah Xu Guang Yao, putra panglima perang Xu Bo Jun sekaligus jenderal muda yang hendak dijodohkan dengan Mu Wan Ting. (Err... kedua pria itu sama-sama tentara tapi berada di pihak yang berbeda, begitukah?).
Kebetulan mereka naik lift yang sama. Guang Yao melirik mereka sekilas, dan Xuan Lin langsung membalas tatapannya dengan senyum ramah, maka Guang Yao langsung berpaling dari mereka.
Err... Entah apakah Wan Qing mengenal Guang Yao atau atau cuma karena dia tentara, tapi Wan Qing terus menerus menatapnya. Begitu ada kesempatan, Wan Qing secepat kilat memanfaatkan kesempatan itu untuk memencet tombol lift dengan tujuan memperlihatkan borgolnya pada Guang Yao, dengan harapan Guang Yao akan menolongnya.
Tapi walaupun Guang Yao jelas-jelas melihat borgolnya, Guang Yao malah diam saja. Xuan Lin pun cepat-cepat berakting seolah mereka pakai borgol cuma untuk bermain-main saja.
Mereka turun di lantai yang berbeda. Begitu masuk maka, Xuan Lin sontak menarik tangan Wan Qing saking kesalnya. Pergulatan itu kontan membuat keduanya terjatuh ke kasur dan Xuan Lin tak sengaja menendang salah satu koper (entah punyanya siapa) ke kolong kasur.
Jelas saja Wan Qing takut diapa-apain, dia selalu menuruti kemauan Xuan Lin sejak mereka turun dari kapal, tapi dia jelas tidak mau kalau harus pura-pura menikah padahal dia belum menikah, dia masih punya malu.
"Mulutmu pintar bicara. Ini memang salahku. Memang tidak bisa berbohong. Istri bohongan ini pasti tak sehati denganku. Jika ingin menyelesaikan masalah, maka harus jadi sungguhan."
Apa?! Wan Qing sontak ketakutan bukan main. Tapi untungnya Xuan Lin cuma menggodanya. Tapi kemudian dia memborgol Wan Qing ke tiang ranjang lalu pergi meninggalkannya sebentar hanya untuk menelepon Lao Wu.
Kesempatan! Wan Qing langsung berusaha melakukan berbagai upaya untuk melepaskan borgol itu darinya... hingga akhirnya dia berhasil dengan cara melumasi tangannya pakai lotion.
Dia langsung mengambil satu koper tanpa mengcek itu kopernya atau bukan, lalu bergegas keluar. Tapi saat dia hendak naik lift, dia malah bertemu Xuan Lin. Gawat!
Wan Qing sontak panik melarikan diri ke lantai bawah. Kebetulan saat itu, Guang Yao baru selesai merokok di luar dan hendak masuk kembali ke kamarnya. Tanpa pikir panjang, Wan Qing langsung mendorong Guang Yao masuk kamar dan langsung menempelkan kupingnya ke pintu, berjaga-jaga kalau-kalau Xuan Lin menyusulnya.
Untungnya Xuan Lin tidak melihat ke mana dia pergi. Mengira dia sudah kehilangan jejak, Xuan Lin akhirnya memutuskan untuk balik. Tapi dia menemukan sebatang rokok (bekasnya Guang Yao) yang dibuang sembarangan, rokok dengan tulisan 'Benda Kediaman'.
Xuan Lin bergegas kembali ke kamarnya untuk mengecek kopernya, tapi malah mendapati koper yang ini malah kopernya Wan Qing. Xuan Lin jelas panik karena di koper yang dibawa Wan Qing ada peta pertahanannya.
Yang tak Wan Qing sangka, sekarang dia malah berhadapan dengan sekumpulan tentara yang mencurigainya dan menodongkan senjata padanya. Tapi kemudian dia mendengar mereka memanggil pimpinan mereka sebagai 'jenderal muda'.
Wan Qing langsung mengenalinya, dia Xu Guang Yao, teman semasa kecilnya. "Kak Guang Yao."
Guang Yao pun tercengang, akhirnya dia menyadari kalau dia adalah Wan Qing, teman semasa kecilnya yang selama ini tak pernah dilupakannya, wanita yang selalu dirindukannya hingga dia tidak peduli sama sekali dengan wanita lain, dia bahkan tampak selalu kesal setiap kali ada yang menggodainya terkait perjodohannya dengan Wan Ting.
Guang Yao bahagia banget akhirnya bertemu dengannya lagi setelah sepuluh tahun lamanya. Tapi... Pria yang di lift tadi, suaminya Wan Qing?
"Dia bukan suamiku. Dia menculikku."
Wan Qing akhirnya menceritakan segala yang dia saksikan tentang Xuan Lin. Dia tidak tahu identitas Xuan Lin, tapi mungkin dia orang militer, soalnya orang yang menjemputnya memanggilnya 'jenderal muda'. Para anak buahnya Guang Yao langsung mencari Xuan Lin tapi ternyata dia sudah kabur.
Tak lama kemudian, Guang Yao diberitahu bahwa ayahnya sudah tiba di
stasiun dan Guang Yao diminta langsung pergi ke kediaman Mu. Maka
sekalian dia mengantarkan Wan Qing pulang. Wan Qing sebenarnya gugup,
entah apa yang akan menantinya di rumah yang sudah lama ditinggalkannya
itu.
Xuan Lin bergegas menemui Lao Wu. Dari percakapan mereka, sepertinya Xuan Lin dan Lao Wu berencana melakukan pemberontakan. Tapi sekarang peta pertahanan pemberontakan itu dibawa Wan Qing dan mungkin wanita itu bertemu orang-orangnya Xu Bo Jun dilihat dari bekas rokok yang dia temukan di hotel itu.
Tapi jangan khawatir, Xuan Lin Sudah punya rencana. Xu Bo Jun akan kembali malam ini juga dan menghadiri pesta di kediaman keluarga Mu. Karena itulah, rencana Xuan Lin adalah mengambil resiko saja dan menyerang duluan malam ini.
Tapi ini terlalu mendadak, mereka belum siap sepenuhnya, Lao Wu jadi tak yakin. Tapi Xuan Lin dengan gigih meyakinkan Lao Wu untuk mempercayainya. Lao Wu masih agak ragu awalnya, tapi akhirnya dia menyetujuinya dan langsung memberi perintah pada pasukannya.
Tuan Mu (Ayahnya Wan Qing) sedang galau. Di satu sisi, orang-orang Inggris menyuruhnya untuk tidak mengeluarkan uang untuk membiayai pihak mana pun yang sedang berperang. Tapi di sisi lain, sekarang keluarga mereka akan terikat pernikahan dengan keluarga Xu. Pihak Xu Bo Jun pasti menginginkannya untuk mengeluarkan uang untuk pasukan mereka.
Masalah ini memenuhi pikiran Tuan Mu hingga dia lupa dengan kedatangan putrinya. Untung saja, soalnya si Ibu Tiri sudah cemas saja, takut suaminya itu akan marah kalah tahu Wan Qing tidak ada di pelabuhan saat supir keluarga mereka menjemput, dan sekarang mereka benar-benar tak tahu Wan Qing menghilang entah ke mana.
Saat pelayan mengabarkan kedatangan Guang Yao, Wan Ting sontak keluar dengan antusias untuk menyambutnya, tapi malah melihat Guang Yao datang bersama seorang wanita. Mereka benar-benar tak mengenali Wan Qing... Sampai saat Wan Qing sendiri yang memperkenalkan dirinya.
Ibu Tiri dan Wan Ting kaget dan tampak jelas mereka tak senang, tapi Si Ibu Tiri cepat-cepat menguasai diri dan langsung berakting menyambutnya dengan antusias seolah dia senang banget Wan Qing pulang, lalu dengan lebay-nya menyalahkan supir yang gagal menjemput Wan Qing di pelabuhan, padahal si supir memang terpaksa telat karena tak ada mobil.
Saat Wan Qing memanggilnya 'Bibi Cui', Wan Ting sontak kesal membentak Wan Qing untuk memanggilnya Nyonya karena sekarang dialah Nyonya Mu. Si Ibu Tiri dengan gaya lebay-nya tak mempermasalahkan panggilan itu, padahal jelas-jelas dia tak senang dipanggil 'Bibi Cui'. Sinis dan tak senang melihat akting lebay-nya, Wan Qing langsung melepaskan tangannya dari genggaman si Ibu Tiri.
Saat anak buahnya Guang Yao hendak menyerahkan kopernya Wan Qing, Guang Yao dengan mata jelinya langsung tahu kalau itu bukan kopernya Wan Qing. Waktu mereka hendak naik lift bersama di hotel tadi, Guang Yao sempat melirik kedua koper mereka dan menyadari ada perbedaan kecil di bagian sekrup koper-koper mereka, jelas koper yang Wan Qing bawa itu punyanya pria itu.
Maka dia langsung mengambil alih koper itu dan bersikeras untuk mengantarkan Wan Qing ke kamarnya. Sekilas tampak tak ada yang aneh di koper itu. Tapi saat mereka mulai meraba bagian dalamnya, mereka menyadari ada yang tersembunyi di sana.
Tapi bahkan sebelum mereka sempat membukanya, Wan Ting mendadak muncul dengan alasan mengantarkan baju pestanya Wan Qing, padahal jelas dia hanya tak senang melihat mereka berduaan di dalam kamar dan cepat-cepat mengajak Guang Yao keluar dengan alasan membiarkan Wan Qing ganti baju.
Penemuan ini membuat Guang Yao jadi curiga bahwa akan ada masalah malam ini. Maka dia memerintahkan anak buahnya untuk bersiaga dan memantau keadaan dengan ketat.
Bersambung ke episode 2
1 Comments
ka episode 2 nya dong
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam