Sinopsis Once We Get Married Episode 9

Si Chen jadi cemburu mendengar Xi Xi berbincang akrab dengan Zi Xin di telepon. Apalagi Xi Xi juga membanding-bandingkan sikap mereka yang sangat bertolak belakang. Yang satu kasar, yang satu lagi lemah lembut.

 

Si Chen sinis. "Aku khawatir kalau orang yang asal memberikan kehangan pada orang lain adalah orang yang tidak serius."

"Kenapa tidak serius? Kau cemburu?"

Si Chen seperti biasanya, menyangkal dengan sinis dan langsung memerintahkan Xi Xi untuk membacakan buku untuknya. Tapi dia penasaran, seperti apa dirinya di mata Xi Xi.

Xi Xi agak lama memikirkannya sebelum kemudian dia menjawab. "Durian besar."

Hah? "Maksudmu aku bau?"

Xi Xi santai mengiyakan, bau banget, makanya dia selalu ingin menjauhi Si Chen. Pfft! Si Chen kesal. Menyadari itu, Xi Xi dengan cerdiknya meralat kalimatnya. Maksudnya tuh begini, durian itu kan raja buah, mahal dan sangat berharga, sama seperti Si Chen.

Si Chen langsung sombong. Tapi Xi Xi dengan cepat menghempaskannya kembali dengan berkata. "Tapi terlalu bau dan berduri." 

Si Chen jadi kesal lagi. Tapi Xi Xi benar-benar pintar mempermainkan emosi Si Chen, dengan cepat dia berhasil menyenangkan Si Chen lagi dengan berkata bahwa sekalinya orang bisa menerima bau durian, maka mereka akan sangat mencintainya sampai tak tertolong lagi.

Si Chen langsung sumringah. "Jadi apa kau menyukai durian?"

"Suka." Jawab Xi Xi tanpa mikir, dan dia baru sadar sedetik kemudian lalu cepat-cepat meralat kalimatnya, mengklaim kalau durian terlalu mahal baginya, dia lebih cocok dengan buah-buahan biasa seperti pisang atau apel. Si Chen jadi kesal lagi.


Xi Xi sudah tidak ada saat Si Chen bangun keesokan harinya. Bibi Song memberitahu kalau Xi Xi pergi joging sejak pagi buta. Nenek lagi asyik sendiri main game VR. Teringat ucapan Xi Xi kemarin, Si Chen tiba-tiba jadi ingin makan durian dan langsung meminta Bibi Song untuk membelikannya.

Xi Xi sebenarnya tidak pergi joging, dia cuma cari-cari alasan untuk keluar rumah tanpa dicurigai, soalnya dia justru pergi ke rumah Zi Xin. Parahnya lagi, dia malah keceplosan mengungkit tentang masalah kontrak. Memang sih dia langsung membuat-buat alasan saat dia sadar sedetik kemudian, tapi Zi Xin sepertinya curiga.

Saat sedang mencari istrinya yang katanya lagi joging itu, Si Chen diberitahu satpam kompleks bahwa ada tetangga baru yang pindah ke rumah sebelah, marganya Mo (Hah? Jadi Mo Zi Xin pindah ke kompleks itu biar bisa dekat sama Xi Xi?)

Xi Xi baru keluar saat itu tapi malah melihat Si Chen di kejauhan. Xi Xi jadi panik setengah mati, apalagi Si Chen langsung mencurigainya dan berjalan semakin mendekat. Xi Xi jadi semakin panik dan langsung kabuuuuuurrrrr!

Entah bagaimana, saat Si Chen kembali ke rumah, Xi Xi sudah ada di sana, sudah ganti baju dan sedang menemani Nenek main game VR seolah dia selalu berada di sana sedari tadi.

Si Chen langsung menyindir Xi Xi dengan cara memberitahu Nenek bahwa tadi dia melihat ada gadis gila di sekitar kompleks ini. Xi Xi pura-pura kaget dengan tampang tanpa dosa dan memberitahu Nenek untuk berhati-hati kalau keluar rumah.

"Kau jaga diri sendiri saja." Sinis Si Chen.

Alih-alih berpikir kalau Si Chen begitu karena dia cemburu, Xi Xi justru jadi semakin panik dan ketakutan sekarang. Takutnya Si Chen sudah tahu kalau dia pergi ke rumahnya Zi Xin dan akan menuntutnya karena melakukan pelanggaran kontrak. Dia bisa dapat duit dari mana untuk membayar uang sebanyak itu? Xiao Ya menyarankannya untuk mencoba membujuk dan merayu Si Chen saja.

 

Zi Xin tampaknya sangat getol untuk merebut apa pun yang dikejar Si Chen, termasuk dalam hal bisnis. Fei Ang memberitahu kalau Grup Wenye sekarang juga sedang mengejar perusahaan yang ingin mereka bekerja sama dengan mereka. 

Si Chen tak mau kalah dan tak ragu untuk menambah harga tak peduli biarpun itu tidak menguntungkan demi perusahaan. Fei Ang bisa melihat dengan jelas kalau persaingan ini bukan cuma bisnis tapi juga persaingan pribadi.  

Komentar Fei Ang itulah yang akhirnya menyadarkan Si Chen kalau dia sudah hampir jadi bodoh dan tidak bijak gara-gara Xi Xi, dan langsung mengganti perintahnya untuk mengancam pemutusan kerja sama dengan perusahaan itu. 

Dengan keras kepala dia mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak menyukai atau berharap pada apa pun, karena semua itu hanya akan menyakitinya saja. Gu Xi Xi hanya orang yang lewat dalam hidupnya selama 3 bulan saja.

 Setibanya di rumah malam harinya, Si Chen malah tercengang mendapati Xi Xi sudah menunggunya dengan dandanan cantik, pakai gaun pendek hitam sambil berpose s~~si dan menyambutnya dengan suara sok imut.

Si Chen jadi canggung dan bingung. Apalagi Xi Xi memaksa membantu melepaskan jasnya lalu duduk menempel terlalu dekat di sisinya. Si Chen tidak nyaman dan langsung geser menjauh, tapi Xi Xi malah langsung geser menempelinya terus sebelum kemudian mulai bergaya imut seimut-imutnya untuk membujuk Si Chen untuk tidak marah padanya.

Si Chen malah jadi geli melihat tingkah lebay-nya itu. "Gu Xi Xi, apa kau sakit?"

Xi Xi malah jadi tambah gila dan memberitahu Si Chen kalau tadi dia makan durian banyak sekali. Tidak perlu takut gula darah naik, dia bisa mengimbanginya dengan joging. Si Chen sinis, asal dia tidak salah masuk rumah orang lain saja.


Waduh! Kayaknya Si Chen tahu nih. Xi Xi jadi tambah semangat merayu Si Chen dan memijatnya. Tapi semua sikapnya ini malah membuat Si Chen jadi menduga kalau Xi Xi pasti suka sama dia. Tidak boleh! Tidak boleh! Itu tidak boleh terjadi! Ini cuma pernikahan kontrak dan mereka harus berpisah setelah kontrak usai.

Maka dengan dinginnya dia menegur Xi Xi untuk jaga jarak dengannya dan jangan memikirkan yang aneh-aneh. Hadeh! Padahal kan Xi Xi cuma tidak ingin kena denda pelanggaran kontrak. Xi Xi kesal.

 

Saat mewawancarai Si Chen, Xi Wei menanyakan pendapat Si Chen terhadap Mo Zi Xin, saingan beratnya yang juga sama-sama dijuluki 'Penyihir Bisnis' itu. Si Chen dengan bijak memuji kehebatan Mo Zi Xin dalam mengelola dan mengembangkan Grup Wenye. Namun pastinya dia tetap narsis dan lebih mengagung-agungkan perusahaannya dan kehebatan dirinya sendiri. 

Wawancara berakhir sampai di sini, Xi Wei lalu menitipkan dua hadiah untuk Nenek dan untuk Xi Xi. Tapi dia penasaran, bagaimana hubungan Si Chen dan Xi Xi belakangan ini. Dia mengaku pernah bertemu Xi Xi, dan menurutnya, Xi Xi itu orangnya cukup frontal.

Ekspresi Si Chen tampak benar-benar tulus saat dia membenarkan pendapat Xi Wei tentang istrinya. Xi Xi memang begitu orangnya, tapi jika sudah mengenalnya lebih jauh, sebenarnya Xi Xi baik kok.

Setelah beberapa lama mengenalnya, Si Chen pikir kalau dia sudah mengenal Xi Xi. Namun dia menyadari kalau itu hanya sebagian kecil saja. Xi Xi itu bagaikan sebuah harta karun putih, selalu memberinya kejutan yang berbeda setiap hari.

Xi Wei jadi semakin sedih melihat betapa tulusnya Si Chen pada Xi Xi dan langsung blak-blakan bertanya apakah Si Chen sangat menyukai Xi Xi. Tapi Si Chen sengaja menghindari pertanyaan itu dengan mengajak Xi Wei mampir ke rumahnya dengan alasan Nenek merindukannya. Padahal sebenarnya karena dia sangat yakin kalau Xi Xi menyukainya, makanya dia mengajak Xi Wei ke rumah dengan tujuan supaya Xi Xi cemburu dan akhirnya berhenti menyukainya. 

Setibanya di rumah, Xi Xi malah memberitahu kalau Nenek justru sedang keluar dengan temannya. Si Chen santai beralasan kalau dia lupa. Xi Wei dengan sengaja memancing Xi Xi dengan berkata pada Si Chen untuk tidak memasukkan ke dalam hati kata-katanya yang waktu itu. 

Xi Xi jelas penasaran, tapi Si Chen langsung memotong rasa penasarannya dengan memerintahkannya mengambilkan segelas air. Tapi saat Xi Xi baru beranjak, Xi Wei malah tiba-tiba mengaku kalau dia sudah menyatakan cintanya pada Si Chen. 

Bukannya cemburu atau kesal, Xi Xi malah bingung harus bereaksi bagaimana dan akhirnya cuma bilang 'Oh' dengan nada kebingungan.

Xi Wei dan Si Chen jelas bingung melihat reaksinya itu. Cuma 'Oh'? Tapi Xi Xi memang benar-benar bingung, dia menatap mereka bergantian, sebelum kemudian mengakhirinya dengan 'Oh' lagi, tapi kali ini nadanya agak lebih tegas dan agak cuek.


Kesal, Si Chen buru-buru mengalihkan topik menanyakan masker ke Xi Xi, tapi malah Xi Wei yang lebih sigap memberikan selembar masker padanya, dia memang selalu bersiap bawa masker soalnya dia tahu kalau Si Chen alergi serbuk sari.

Dan dia sengaja memanfaatkan pengetahuannya tentang Si Chen itu untuk pamer pada Xi Xi tapi pura-pura bersikap biasa-biasa saja saat dia memberitahu Xi Xi untuk tidak keberatan tentang ini. Jangan khawatir, Xi Xi memang tidak keberatan sama sekali kok.

Begitu Xi Wei pergi, Si Chen sontak mengonfrontasi Xi Xi, tidak terima Xi Xi cuma bereaksi begitu setelah mendengar suaminya mendapat pernyataan cinta dari wanita lain. 

Xi Xi menjelaskan bahwa maksudnya 'Oh' itu, banyak maknanya. 'Oh' itu adalah sebuah pernyataan akan kepercayaan penuhnya terhadap Si Chen, sekaligus hinaan untuk lawannya. Jadi biarpun Xi Wei menyatakan cinta sama Si Chen, namun Nyonya Yin tetaplah dirinya seorang.

Si Chen langsung puas dan senang mendengar jawabannya. Tapi Si Chen merasa kalau Xi Xi tuh terlalu sombong. Seharusnya dia cemburu sedikit lah.

Baiklah. Xi Xi akan cemburu deh. Dia pun menggambar babi di maskernya sebagai bentuk kecemburuannya. Sekarang ini masker eksklusif dari Gu Xi Xi loh. Si Chen langsung mencibirnya kekanak-kanakan, tapi ujung-ujungnya dia ambil juga tuh masker.

Xi Xi mengaku pada Xiao Ya kalau dia sebenarnya agak sedikit cemburu. Tapi dia menyadari posisinya. Seandainya dia tidak tiba-tiba muncul di antara mereka, mungkin kedua orang itu sudah menikah sekarang.

Xiao Ya tak setuju, Xi Xi dan Si Chen bersama itu karena takdir Tuhan, segalanya sudah diatur oleh-Nya. Tapi dia juga menyarankan Xi Xi untuk mulai memikirkan rencana masa depannya setelah kontrak pernikahan mereka selesai nanti. Mo Zi Xin lumayan loh, boleh dipertimbangkan.

"Jangan mengada-ada, yah!"

Demi membantu Xi Xi menyelesaikan proposalnya, Zi Xin membawa Xi Xi ke perpustakaan khusus lembaga penelitian ekonomi. Xi Xi ingin mentraktirnya sebagai balas budi. Tapi Zi Xin menginginkan hal lain, saat ini belum dia pikirkan, tapi dia pasti akan menagihnya setelah dia memikirkannya nanti. Xi Xi setuju.

Berkat bantuannya, Xi Xi pun berhasil menyelesaikan proposalnya dengan cepat. Dia bahkan menambahkan nama Zi Xin dalam ucapan terima kasihnya dalam proposal itu.

Sayangnya dia tidak tahu kalau suaminya juga diam-diam membantu membuatkannya proposal saking senangnya karena jawaban Xi Xi kemarin. Tapi saat Si Chen pulang tak lama kemudian, dia malah mendapati Xi Xi sudah ketiduran di mejanya dan saat itulah Si Chen melihat nama Mo Zi Xin dalam ucapan terima kasih di proposalnya. 

Si Chen jadi cemburu. Keesokan harinya, dia menghentikan Xi Xi yang mau keluar, alasannya sih mau menemui Xiao Ya. Tapi Si Chen tak percaya dan langsung menuntut Xi Xi untuk menyerahkan Ipad-nya dengan alasan mau mempelajari proposalnya lalu menyuruh Xi Xi menyiapkan air mandinya.

Tapi kemudian, Si Chen malah dengan liciknya membawa Ipad-nya Xi Xi ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintunya yang jelas saja membuat Xi Xi panik. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain bersandar dan menunggu dengan lesu di depan pintu sampai Si Chen selesai mandi.

Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu dibuka yang otomatis membuat Xi Xi oleng tepat menyentuh tubuh Si Chen. Pfft! Xi Xi jadi canggung dan tersipu, tapi Ipad-nya mana?

Si Chen dengan santainya menunjuk bathtub. OMG! Ipad-nya dicemplungin ke bathtub. Iiish! Nyebelin banget! Si Chen sengaja yah? Xi Xi jelas kesal dan tidak terima. Bagaimana dengan proposalnya?

Gampang, Si Chen buatkan lagi saja untuknya. Dan memang dia sudah membuatnya Pfft! Katanya tidak mau membantu? Dia mengklaim kalau dia membuatnya asal jadi saja. Tapi tidak mungkin, segala data dalam proposal buatannya itu jelas butuh waktu cukup lama untuk membuatnya.

Si Chen ngotot kalau dia cuma asal membuatnya dan langsung mengharapkan ucapan terima kasihnya Xi Xi. Hmm, tapi Xi Xi merasa sepertinya tidak perlu proposal buatan Si Chen deh. Ipad kan punya fitur penyimpanan awan, proposalnya pasti masih ada di sana.

Si Chen kecewa, beneran nggak mau? Dia kasih gratis kok. Xi Xi tetap keukeuh menolak, tokonya lebih baik menggunakan proposal buatannya sendiri. Tapi... dia tetap berterima kasih atas niat baik Si Chen padanya.

"Jadi apakah aku bisa masuk daftar terima kasihmu?" Tanya Si Chen penuh harap.

Xi Xi mengingatkan kalau Si Chen sudah melakukan kesalahan dengan merusak proposalnya dan membantu membuatkannya. Jadi ini bisa dibilang cuma mengganti rugi saja. Tapi Xi Xi tetap berterima kasih setulus hati padanya kok.

Belum sempat membicarakan ini lebih lanjut, Xi Xi tiba-tiba ditelepon Xiao Ya yang panik mengabarkan kalau Zi Xin sudah tahu kalau pernikahan Xi Xi palsu. Hah? Jadi ceritanya, semalam Zi Xin mengajak Xiao Ya bertemu di bar. 

Sepertinya dia sengaja membuat Xiao Ya mabuk untuk memancingnya membongkar rahasia pernikahan Xi Xi dan Si Chen dan kontrak di antara mereka. Yah walaupun dia tidak bilang detil kontraknya, tapi Zi Xin jelas curiga.

Duh, Xi Xi jadi kesal banget sama sahabatnya yang ceroboh itu. Xi Xi memutuskan untuk langsung pergi menemui Zi Xin di sebuah hotel hanya untuk memastikan seberapa banyak yang dia ketahui.

Sikapnya yang jelas-jelas khawatir itu, tak luput dari mata jeli Zi Xin. Dia blak-blakan mengaku kalau semalam Xiao Ya memberitahunya tentang masalah kontraknya Xi Xi dengan Si Chen.

"Kontrak apa?" Tanya Si Chen yang mendadak muncul dengan gaya kerennya.

Si Chen langsung cemburu memperingatkan Zi Xin untuk minta izin dulu padanya jika Zi Xin ingin bertemu dengan istrinya. Zi Xin tak gentar mengingatkan Si Chen bahwa Xi Xi punya kebebasan untuk bertemu siapa pun yang dia inginkan. Mendengar itu, Si Chen sontak menatap tajam istrinya itu, menuntut pendapat Xi Xi melalui pelototan matanya.

***

 

Shang Ke berusaha menunjukkan kalau dirinya serius bekerja di hadapan Ruo Na untuk membuat Ruo Na terkesan padanya. Sayangnya dia cuma akting, dan segala yang dilakukannya ngawur, dia bahkan tidak ingat nama-nama pegawainya sendiri. Tapi Ruo Na memang pintar dan jeli dalam memahami maksud semua tingkah gajenya sehingga dia diam-diam menulis pesan mengajak Shang Ke ketemuan seusai kerja.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments