Shi Yi menelepon Xiao Yu saking cemasnya karena Chen belum pulang sedari tadi. Dia ingin menelepon Du Feng, makanya dia meminta nomornya Du Feng. Tapi sayangnya sudah tidak bisa, karena Xiao Yu mengaku kalau dia sudah mem-blacklist Du Feng.
Chen sebenarnya tidak ke mana-mana, dia justru sedang duduk diam di bangku depan apartemen sehabis belanja, termenung sedih teringat kenangan-kenangan indahnya bersama Wen Xing, adiknya yang begitu baik hati dan penyayang.
Pernah suatu hari, Wen Xing memberinya kartu ATM. Soalnya Wen Xing dengar dari Paman Lin kalau Chen tidak tertarik mewarisi bisnis keluarga. Dia khawatir kalau gajinya Chen sebagai peneliti tidak akan cukup jika suatu hari nanti Chen menikah dan berkeluarga. Jadi kartu ATM ini adalah hadiah pernikahan untuk Chen darinya. Wen Xing juga sangat sedih setiap kali dia harus mengantarkan Chen pergi dan meminta Chen untuk sering-sering meneleponnya.
Chen baru sadar dari lamunannya sat Shi Yi keluar menjemputnya. Chen mengaku kalau dia membeli semua bahan makanan yang pernah Shi Yi masak setelah mereka menikah dan meminta Shi Yi untuk memasakkan untuknya.
Tapi begitu mereka kembali ke rumah, Chen langsung masuk kamar dan berusaha keras menahan suara tangisnya dengan kepalan tangannya da mengubur dirinya di dalam selimut. Tapi tentu saja Shi Yi tetap tahu kalau dia menangis. Tapi Shi Yi tak mengatakan apa pun, dia hanya menutup tirai lalu keluar kamar lagi, memberi Chen privasi untuk berduka dan menangis sampai dia tertidur.
Hari sudah malam saat akhirnya Shi Yi membangunkannya dan mengajaknya makan malam. Tapi Shi Yi sendiri malah cuma melihatnya dan tidak ikutan makan. Shi Yi mengklaim kalau tadi dia sudah minum supnya, tapi Chen tahu kalau dia bohong, mangkoknya Shi Yi sangat bersih, jelas kalau dia juga belum makan.
"Aku suka makan bersamamu. Ini adalah motivasiku untuk membeli bahan masakan lagi."
"Lalu apakah kua suka tidur denganku?" Tanya Shi Yi.
Hah? Chen sontak canggung mendapat pertanyaan yang terkesan menjurus itu. Padahal Shi Yi tidak ada maksud apa-apa, maksudnya yah tidur doang, dan reaksi Chen itu membuatnya jadi salah paham mengira Chen tidak suka tidur dengannya. Kenapa? Apa yang tidak Chen sukai? Bantalnya? Atau kasurnya kurang empuk? Atau aku suka merebut selimutmu saat tidur?
"Aku sudah terbiasa (selimutnya direbut)." Santai Chen.
Shi Yi kaget. "Terbiasa? Terbiasa aku merebut selimutmu?"
"Tidak! Tidak! Kau tidak pernah merebut selimutku kok, sumpah!" Bohong Chen.
Shi Yi jadi tak enak hati gara-gara itu. Bahkan saat mereka hendak tidur tak lama kemudian, Chen mendapati Shi Yi menyiapkan dua selimut yang berbeda biar dia tidak merebut selimutnya Chen.
Chen mengaku bahwa sebenarnya waktu dia tidur siang tadi, tidurnya tidak nyenyak. Beberapa kali dia sempat terbangun karena terkejut dan tidak mendapati Shi Yi di sampingnya. Dia bingung Shi Yi ada di mana, tapi perlahan-lahan dia sadar kalau Shi Yi ada di luar kamar, tetap di satu rumah bersamanya. Seketika itu pula pikiran Chen mulai tenang dan akhirnya bisa tidur kembali.
Setiap kali dia terbangun tengah malam, tak peduli biarpun Shi Yi merebut selimutnya atau bantalnya atau memeluknya, asalkan dia melihat Shi Yi berada di sisinya, dia akan merasa tenang.
Tersentuh, Shi Yi sontak menyingkirkan selimutnya Chen sehingga mereka berbagi satu selimut seperti biasanya lalu tidur dalam pelukan Chen.
Keesokan harinya, Shi Yi mengajak Xiao Yu membeli kepiting hias baru. Dia ingin membelikan hadiah kepiting hias lagi untuk Chen biar dia senang. Sementara Shi Yi tanya-tanya sama pemilik toko tentang kepiting hias, Xiao Yu malah dengan santainya mengambil seekor laba-laba besar (Aaaaah!!! Itu laba-laba hidup beneran loh! Aku antara geli tapi kagum juga sama Xiao Yu)
Tapi pikiran Chen sedang tidak bisa fokus pada peliharaannya. Dia hanya melihatnya sebentar lalu langsung masuk ruang belajar untuk menelepon. Du Feng datang tak lama kemudian. Tapi Xiao Yu masih ngambek sama dia dan sengaja mengabaikannya.
Menyadari Du Feng ingin ngobrol sama Xiao Yu, Shi Yi pun buru-buru beranjak pergi ke kamarnya untuk memberi kedua sejoli itu privasi. Du Feng berusaha meyakinkan bahwa dia sama sekali tidak bermaksud merahasiakannya dari Xiao Yu ataupun memanfaatkan Xiao Yu untuk mendekati keluarga Zhou. Hanya saja selama dia sedang bertugas menyelidiki kasus, dia dilarang mengungkapkan identitasnya.
"Tahukah kau apa yang paling penting saat dua orang bersama? Kejujuran. Aku bersamamu selama ini, tapi aku bahkan tidak tahu identitas aslimu. Sama sekali tidak ada kepercayaan."
"Maafkan aku, Xiao Yu. Semua ini salahku. Belakangan ini aku terus meneleponmu dan mengirimi chat, tapi kau tidak membalasku. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Maafkan aku, oke?"
Xiao Yu masih sok-sokan ngambek awalnya, tapi jelas dia sudah tidak marah dan mereka pun berbaikan kembali.
Tak lama kemudian, Du Feng menemui Chen di ruang belajar, ingin membahas kematian Wen Xing dan kasusnya Wen Chuan. Tapi Chen menolak membahas kedua masalah itu di rumah karena tak ingin membuat Shi Yi khawatir.
Bahkan saat Shi Yi muncul tak lama kemudian, Chen mengklaim kalau dia dan Du Feng hanya sedang mendiskusikan masalah kepiting peliharaan. Tapi kemudian dia diam-diam memberitahu Du Feng untuk bicara langsung dengan Mei Xing, dia pengacaranya sekaligus pengacara perusahaan Zhou.
Dia minta maaf atas sikap ibunya, ibunya memang terlalu menyayangi dan melindungi anaknya sehingga menyusahkan pihak kepolisian. Dia akan berusaha membujuk ibunya saat dia pulang nanti.
Tak lama kemudian, Shi Yi menemani Chen membuat tempat persembunyian kepiting. Tapi Chen masih terus murung. Maka Shi Yi berusaha menghiburnya dengan candaan dan berhasil membuat Chen tersenyum.
Chen, Shi Yi dan Ren bersama-sama mengunjungi Nenek. Masih seperti sebelumnya, Nenek masih tidak ingat sama Shi Yi. Namun lagi-lagi, Nenek langsung suka sama dia dan langsung berinisiatif menjodohkan Shi Yi sama cucu sulungnya. Pfft!
Nenek bahkan mendesak cucu sulungnya itu untuk berkenalan sama Shi Yi. Terpaksalah mereka harus membuat pertunjukkan untuk Nenek seolah mereka baru pertama kali bertemu dan berkenalan hari ini.
Chen berinisiatif mengulang pertemuan pertama mereka di bandara dulu, tapi kali dia pura-pura jadi Shi Yi yang mengajaknya kenalan duluan dan meminta nomor teleponnya agar mereka bisa berteman, berteman biasa saja.
Tersentuh, Shi Yi pun mengulang ucapan Chen waktu itu, bahwa dia belum punya ponsel karena baru pulang ke Cina. Kalau begitu, Chen dengan senang hati memberikan Wechat-nya, nomor teleponnya, emailnya, alamat rumahnya, dan yang lain-lain biar Shi Yi bisa menghubunginya lewat mana saja. Nenek senang banget karena akhirnya cucu sulungnya sudah pintar bicara sama wanita.
Mereka menginap di rumah Nenek malam itu dan hampir saja bermesraan saat Ren mendadak muncul menerobos kamar mereka. Wkwkwk! Chen langsung kesal, nggak bisa ketuk pintu dulu apa?!
Parahnya lagi, Ren tiba-tiba ngotot ingin tidur bersama mereka soalnya dia takut. Chen tidak setuju, tapi Shi Yi kasihan sama dia dan cepat-cepat menyelesaikan masalah ini dengan menyuruh Chen untuk tidur di sini menemani Ren, sementara dia sendiri tidur di sofa ruang tamu.
Bahkan saking kesalnya, dia menyatakan bahwa Ren hanya diperbolehkan berkunjung ke Shanghai selama seminggu saja selama liburan musim panas dan musim dingin. Hari-hari libur lainnya tidak boleh datang.
Chen mengaku kalau sebenarnya dia ngotot tidur di sini, bukannya karena takut, melainkan karena dia sedang sedih dan dia tidak tahu harus bicara sama siapa. Kekesalan Chen akhirnya sirna dan menyuruh Ren untuk menangis saja kalau dia ingin menangis. Chen pun langsung mengubur dirinya di dalam selimut dan menangis diam-diam.
Tapi tengah malam, Shi Yi tiba-tiba mendengar suara Nenek membuka jendela lalu bicara pada pada seserang yang tak kasat mata. Ternyata Nenek sedang bicara dengan arwah Wen Xing, hanya saja Nenek tidak tahu bahwa Wen Xing sudah meninggal dunia.
Nenek jadi teringat betapa banyak kesulitan yang dialami putinya saat melahirkan Wen Xing dan Wen Chuan dulu. Namun saat membicarakan masa lalu inilah, Nenek secara tak sadar membocorkan sebuah rahasia tentang Wen Xing dan Wen Chuan yang ternyata bukan anak kandung ayahnya Chen, melainkan anak kandung Zhousheng Xing. Namun sampai akhir hidupnya, tak pernah sekalipun ayahnya Chen membocorkan rahasia ini pada siapa pun.
Saat Shi Yi keluar kamarnya Nenek, ternyata Chen sudah ada di luar dan mendengarkan segalanya. Tapi reaksinya biasa saja, jelas itu menunjukkan kalau dia sebenarnya sudah tahu tentang rahasia Wen Xing dan Wen Chuan. Pernikahan ayahnya dan Nyonya Zhou bisa dibilang, hanya formalitas saja.
Chen sengaja merahasiakannya dari Shi Yi karena ingin meninggalkan kesan baik tentang keluarganya pada Shi Yi, takutnya Shi Yi akan berpikir kalau keluarganya terlalu rumit.
Prihatin, Shi Yi pun langsung memeluknya. Sekarang dia mengerti kenapa hubungan Chen dan semua anggota keluarganya terasa sangat asing. Dan kenapa pula Chen takut memberitahukan masalah ini padanya, toh yang dia pedulikan hanya Chen seorang.
Belum selesai masalah di keluarganya, institut penelitiannya Chen juga sedang mengalami masalah. Ada perusahaan yang ingin bekerja sama untuk memakai teknologi mereka, tapi kemudian perusahaan itu main curang dengan memutus kontrak secara sepihak dengan alasan teknologi mereka gagal, tapi ternyata perusahaan itu tetap melakukan produksi dengan menggunakan teknologi mereka. Tapi bos perusahaan kecil itu dengan angkuhnya bersikeras menolak membayar mereka dengan alasan kalau mereka memakai teknologi dari laboratorium lain.
Untungnya Chen punya teman seorang pengacara hebat. Siapa lagi kalau bukan Mei Xing yang cepat bertindak menangani masalah ini. Alih-alih menggugat perusahaan itu karena pastinya akan makan waktu sangat lama untuk mengumpulkan bukti-bukti, jadi idenya Mei Xing adalah dengan cara mengakuisisi perusahaan tersebut. Dengan begini, mereka akan bisa menyelidiki masalah ini lebih mudah.
Tak lama setelah itu, si bos perusahaan itu mendadak muncul lagi di institut penelitian, tapi sikapnya kali ini berubah total sama Chen. Jika sebelumnya dia menghina Chen, sekarang dia justru menjilat Chen habis-habisan. Dia bahkan menyatakan bahwa dia akan segera mentransfer uangnya ke mereka, mengklaim bahwa masalah kontrak kemarin hanya salah paham.
Bersambung ke episode 26
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam