Xi Xi bertemu dengan Zi Xin dan langsung mengucap terima kasih padanya, mengira Zi Xian-lah yang telah banyak berjasa membantu toko ibunya dengan menurunkan harga sewa setengah harga.
Tapi yang tak disangkanya, Zi Xin mengaku bukan dia yang melakukannya. Dia memang sempat mencari tuan tanahnya setelah mendengar dari Xiao Ya. Tapi ternyata si tuan tanah sudah menjual gedungnya.
Xi Xi jadi bingung, terus siapa bos baik hati itu. Kenapa dia mau membeli gedung tua yang sudah pasti tidak begitu menguntungkan, bahkan sampai menurunkan harga sewa setengah harga... Jangan-jangan... Yin Si Chen?
Yups! Benar sekali, sekarang suaminya itu sedang antusias menantikan ucapan terima kasihnya Xi Xi dan mencoba mempraktekkan bagaimana dia akan menanggapinya nanti.
Saat Xi Xi masuk membawakan sup, Si Chen langsung berakting sok cool seolah dia tidak menantikan apa pun. Padahal jelas-jelas dia sedang berusaha memberi kode ke Xi Xi untuk mengatakan sesuatu yang ingin dia dengar.
Menyadari apa yang dia mau, Xi Xi malah sengaja diam dan berniat menghindar. Tapi Si Chen dengan cepat meng-kabedon-nya ke meja, menatapnya dengan tatapan menggoda sembari menuntutnya untuk melaporkan segala hal yang dilakukannya seharian ini.
Xi Xi jadi malu dan terus berusaha memalingkan muka kesana-kemari menghindari tatapan mata Si Chen saat dia melaporkan segala kegiatannya sejak bangun pagi, tapi dia sengaja menghindari topik yang ingin Si Chen dengar dan pura-pura tidak tahu apa-apa.
Kecewa, Si Chen langsung mengusirnya, dan saat itulah Xi Xi akhirnya berhenti pura-pura dan berkata. "Tapi ada yang sangat aneh."
Wajah Si Chen sontak bersinar lagi penuh harap. Tapi Xi Xi malah berkata. "Ada seorang bos bodoh yang membeli toko ibuku."
"Bos bodoh?!" Si Chen tersinggung.
"Sangat bodoh... bukankah orang itu, kau?"
Si Chen beralasan kalau dia membelinya cuma karena gedung itu berada di lokasi yang strategis dan memiliki potensi bagus di masa depan. Xi Xi geli mendengar cerocosannya, jadi Si Chen sedari tadi ngomong ngalor-ngidul hanya untuk mengisyaratkannya tentang ini?
"Terima kasih, Bos Yin." Ucap Xi Xi. Dan itu sukses membuat Si Chen senang.
Tapi dengan cepat dia menguasai diri dan pasang muka lempeng lagi. Dia tidak puas dengan hanya ucapan terima kasih, jadi dia menuntut Xi Xi untuk menyuapinya sup. Xi Xi menurutinya dan langsung mendekat tanpa sadar kalau mereka sangaaaaat dekat.
Dan saat akhirnya mereka menyadari kedekatan mereka, kontan keduanya menjauh dengan canggung dan malu. Xi Xi dengan malu-malu tanya apakah Si Chen mau dibacakan buku malam ini. Boleh, tapi dia masih ada kerjaan. Nanti dia mendatangi Xi Xi kalau sudah selesai.
Xi Xi pun pamit balik ke kamarnya. Merasa aman, Si Chen mendadak membentangkan kedua tangannya tinggi-tinggi dengan penuh kemenangan karena akhirnya dia mendapatkan apa yang dia mau.
Tapi ternyata Xi Xi masih belum pergi. Pfft! Si Chen jadi malu dan langsung buru-buru berakting seolah dia mengangkat tangannya cuma buat menyingsingkan lengan bajunya (sudah tersingsing sebenarnya) lalu berbalik menghadap Xi Xi dengan muka datar tanpa dosa.
Xi Xi mengaku bahwa dia mau membelikan game VR untuk Nenek dari uang hasil penjualan tas yang dikembalikan padanya, biar Nenek senang. Si Chen setuju. Xi Xi pun pergi sambil menahan senyum gelinya.
Saat akhirnya Si Chen balik ke kamar, Xi Xi sudah ketiduran di kursi malas sambil pegang buku. Si Chen begitu terpesona menatap wajah damai istrinya yang cantik dalam tidurnya sambil bertanya-tanya kepribadian Xi Xi yang sebenarnya tuh yang bagaimana: Baik atau tamak atau naif.
Si Chen pun mendekatkan wajahnya untuk menatap Xi Xi lebih dekat, tepat saat Xi Xi mendadak bangun dan langsung kaget melihat muka Si Chen dan refleks melemparkan buku tebalnya ke muka Si Chen. Wkwkwk!
Dahi Si Chen jadi benjol gara-gara itu dan Xi Xi sekarang harus bertanggung jawab mengompres dahinya. Merasa bersalah, Xi Xi pun menawarkan untuk membacakan buku selama sebulan sebagai kompensasi.
Tapi Si Chen, bak anak kecil manja, mengeluh tidak puas kalau cuma satu bulan dan menuntut dua bulan. Augh! Baiklah, Xi Xi terpaksa menyetujuinya. Si Chen langsung tersenyum tipis, tapi dengan cepat dia pura-pura menampilkan muka cemberut lagi.
"Siapa suruh kau tidak tidur tengah malam, malah bertingkah seperti hantu di depanku. Aku pikir..."
"Kau pikir aku apa? Kau pikir aku ingin melakukan sesuatu padamu?"
"Kau sendiri loh yang bilang begitu, bukan aku."
"Gu Xi Xi, dari mana asalnya kepercayaan dirimu yang besar itu? Hah?"
PLAK! Xi Xi langsung menamparkan kompresnya ke jidat Si Chen dengan kesal dan memperingatkan Si Chen untuk tidak menghinanya.
"Siapa yang menghina? Orang yang terluka tuh aku!"
Xi Xi mau menghindar dengan alasan mau ganti kompres, tapi Si Chen langsung menariknya kembali, menuntutnya untuk tetap di sini dan lanjut mengompresnya. Dia benar-benar kayak anak kecil yang terus menerus mengomel takut sakit.
Keesokan harinya, Xi Xi menemui Zi Xin untuk menunjukkan gambar desain pakaian kerja pesanan Zi Xin. Dia membuatkan 3 desain sebagai pilihan, dan Zi Xin langsung memilih semuanya tanpa ragu. Dia beralasan kalau ketiga-tiganya sangat bagus, dia sulit memilihnya, jadi dia pilih saja semuanya.
Dia bahkan menggunakan alasan proyek dari perusahaannya untuk menawarkan bantuan pemberian dana modal untuk toko online-nya Xi Xi. Hmm, sepertinya tuh proyek sengaja diadakan demi Xi Xi.
Xi Xi antusias banget dengan proyek itu. Tapi... Dia menolak, tidak sekarang. Tapi dia janji akan memikirkan penawaran ini dengan baik. Zi Xin agak kecewa, tapi baiklah.
Di rumah, Xi Xi tiba-tiba dihubungi mantannya yang mengajaknya ketemuan sore nanti di sebuah restoran. Xi Xi menolak, tapi si mantan tak peduli dan memaksa untuk bertemu, pokoknya Xi Xi harus datang. Dia bahkan langsung mematikan teleponnya sebelum Xi Xi sempat protes lagi.
Inilah rencana Xi Wei, menyuruh mantannya Xi Xi untuk merebut Xi Xi kembali. Sore itu juga, dia sengaja mengajak Si Chen ketemuan di restoran yang sama, cuma beda beberapa meja dari Xi Xi dan mantannya dengan harapan agar Si Chen menyaksikan bersatunya kembali kedua mantan itu. Eh tapi yang tak disangkanya, kejadian ini malah jadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Si Chen awalnya kesal dan cemburu saat si mantan berusaha merayu Xi Xi untuk balikan sama dia sambil mengucap segala macam gombalan klise. Dia bahkan hampir mau mendatangi mereka.
Tapi bahkan sebelum di sempat berbuat apa pun, Xi Xi tiba-tiba dengan geram mengatai si mantan tidak tahu malu. Si mantan tak percaya kalau Xi Xi sudah tidak punya perasaan padanya, buktinya Xi Xi sekarang kurusan
"Benar, aku memang kurusan. Dan aku menjadi kurus karena Yin Si Chen. Karena dia sangat hebat. Aku bersama seseorang yang seperti ini, aku merasa punya tekanan, tahu nggak?" Ujar Xi Xi sebelum kemudian dia mulai memuji-muji suaminya itu setinggi langit ketujuh.
Suaminya itu, wajahnya sangat tampan rupawan bagai ukiran patung, body-nya begitu aduhai sampai bisa bikin para model insecure. Tahu julukannya apa? Kekasih impian para gadis. Duh, julukan itu tuh sebenarnya hinaan buat dia. Yang benar tuh harusnya kekasih impian semua makhluk hidup betina. (Pfft! Lebay!)
Semua itu berhasil menyenangkan Si Chen, malah semua pujian itu membuatnya jadi semakin sombong. Xi Wen kesal banget, apalagi Xi Xi masih belum selesai bicara dan terus mengutarakan segala macam kelebihan Si Chen.
Presdir Whymall, ahli waris Grup Yin, semua itu cuma konfigurasi dasar Si Chen. Namun dibalik semua itu, Si Chen tetap berusaha keras dalam segala hal. Setiap hari Si Chen rajin membaca, berolahraga, dan dia menguasai berbagai macam bahasa asing.
Si mantan sinis, biarpun Si Chen sehebat itu, tapi apa Si Chen punya waktu untuk menemaninya? Apa Yin Si Chen bisa memberinya kebahagiaan? Xi Xi sontak terkikik pura-pura tersipu malu.
Asal tahu saja yah, drama-drama idola yang penuh keromantisan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Si Chen. Di pagi hari, Si Chen selalu membangunkannya dengan ciuman mesra, lalu Si Chen akan menggendongnya ke ruang makan, lalu Si Chen akan menyuapinya kue buatannya sendiri. (Wkwkwk! Nyonya Yin halu banget)
Lalu sebelum berangkat kerja, Si Chen akan menghujaninya dengan kecupan sampai pak supir harus menegur mereka, barulah Si Chen akan mau berpisah dengannya dengan enggan. Dan lagi, mereka setiap malam selalu tidur berpelukan.
Si Chen jadi makin berbunga-bunga. Xi Wei yang tidak tahan mendengar semua itu dan langsung pamit ke toilet. Wkwkwk! Puas mendengar segala macam pujian halu sang istri, Si Chen langsung selfie dengan pertemuan kedua mantan itu di latar belakang.
Mengakhiri segala pujian halunya, Xi Xi memperingatkan Si mantan untuk berhenti mencarinya mulai sekarang lalu pergi. Tapi tidak masalah, si mantan sebnarnya menyewa orang untuk diam-diam memotret pertemuan tadi.
Tapi si mantan juga tidak sadar kalau Si Chen tadi selfie, dan itu bisa dijadikan bukti bantahan. Dan lagi, si mantan juga tidak sadar kalau Xi Xi sebenarnya tidak sebodoh yang dia pikir. Sejak awal Xi Xi sudah mencurigai niatan si mantan.
Waktu mereka bicara tadi, dia memperhatikan si mantan diam-diam memberi kode pada seseorang. Di tambah lagi, restoran tadi penuh jendela yang bisa dilihat siapa pun dari luar. Jelas kalau si mantan akan memalsukan bukti untuk memerasnya.
Karena kecurigaannya itulah, Xi Xi diam-diam menggunakan recorder yang biasanya dia pakai untuk merekam pembacaan buku, untuk merekam percakapan mereka tadi. Dan seperti yang sudah dia duga, si mantan langsung beraksi mengancamnya saat itu juga dengan mengirimkan foto mereka yang tampak berpegangan tangan dan memaksa Xi Xi untuk ketemuan lagi dengannya.
Malam harinya, Si Chen mendesaknya untuk segera pulang, dengan alasan ada urusan mendesak. Tapi begitu Xi Xi datang, ternyata urusan mendesak yang dimaksudnya itu cuma menyuruh Xi Xi bacain buku pengantar tidur untuknya.
Xi Xi kesal, tapi baiklah, dia terpaksa menurutinya. Tapi Si Chen tiba-tiba ganti haluan dan terus terang mengonfrontasi Xi Xi tentang pertemuannya dengan mantannya tadi. Tapi dia sengaja berbohong seolah dia tidak mendengar percakapan mereka.
Ingat baik-baik, sekarang Xi Xi adalah Nyonya Yin. Dia bukan hanya harus berakting sebagai Nyonya Yin di luar, tapi dia juga harus mematrikan status Nyonya Yin itu di dalam dirinya.
Xi Xi heran, mendengarnya, apa Si Chen mengungkit semua ini karena Si Chen cemburu padanya? Si Chen sontak menyangkal keras (padahal iya).
Jelas-jelas dia punya perasaan pada Xi Xi, namun dia bersikeras menolak fakta itu, bahkan malam itu dia memutuskan untuk mengurung diri di ruang baca. Dalam flashback, dia jadi seperti ini karena sejak kecil ibunya sudah mendidiknya untuk tidak menyukai apa pun. Ibu bahkan menyingkirkan semua mainannya dan menggantinya dengan buku-buku.
Karena menurut Ibu, rasa suka hanya akan memengaruhi penilaiannya dan masa depannya. Sejak kecil, Si Chen dipaksa oleh ibunya untuk menjadi sempurna, menjadi terbaik, menjadi pemenang dalam segala hal, dan membuang jauh-jauh segala macam rasa suka atau simpati yang sama sekali tidak berguna.
Berniat mewujudkan keinginan Xi Xi untuk bertemu Nianxi, Zi Xin pun memutuskan untuk melakukan acara penandatanganan komiknya yang biasanya tak pernah dilakukannya. Tapi dia akan melakukannya dengan memakai topeng.
Di kantor, Si Chen tidak bisa fokus dengan pekerjaannya saking cemasnya memikirkan masalah Xi Xi dan mantannya. Fei Ang sudah menyelidiki mantannya Xi Xi itu dan mendapati kalau dia sedang mengalami kesulitan keuangan sekarang, dia punya banyak hutang.
Si Chen jadi cemas, takut Xi Xi cukup bodoh untuk kena tipuan pria itu. Fei Ang yakin kalau Xi Xi tidak sebodoh yang Si Chen. Selain itu, dia juga sudah mengatur beberapa orang untuk melindungi Xi Xi secara diam-diam selama 24 jam. Jadi Si Chen tidak perlu khawatir.
"Siapa yang mengkhawatirkannya? Aku hanya takut IQ-nya yang berfluktuasi itu akan menyebabkan kesulitan untukku." Alasan Si Chen. (Iyain aja deh)
Si mantan lagi-lagi menghubungi Xi Xi, menuntut untuk ketemuan. Xi Xi bisa menduga kalau tuh orang mau memerasnya. Xiao Ya kesal banget mau melaporkan dia ke polisi saja, tapi Xi Xi dengan cepat mencegahnya. Lagipula lapor polisi sekarang tuh percuma, soalnya mereka tidak punya bukti.
Xi Xi akan pergi menemuinya saja dan menyelesaikan masalah ini lebih cepat. Jika tidak, takutnya tuh orang akan terus menerus mengganggunya. Tapi buat jaga-jaga, dia menyuruh Xiao Ya untuk membuntutinya dalam jarak satu kilometer. Jadi kalau ada apa-apa, Xiao Ya bisa segera menjemputnya.
Malam itu, Si Chen pergi ke acara pembukaan bisnisnya Xi Wei, tapi dia terlambat, jadi hanya ada mereka berdua sekarang. Dan saat itulah, Xi Wei memanfaatkan momen itu untuk menyatakan cintanya pada Si Chen yang jelas saja membuat Si Chen terkejut. Dia bahkan langsung memeluk Si Chen.
Tapi bahkan sebelum Si Chen sempat mengatakan apa pun, ponselnya Si Chen berbunyi, dari Xiao Ya yang panik setengah mati menyuruhnya untuk segera pergi menyelamatkan Xi Xi, dia sendiri sedang tidak bisa karena mobilnya mogok.
Tempat ketemuan dengan si mantan sangat sepi dan gelap, dan dia langsung to the point mengancam Xi Xi untuk memberinya dua juta Yuan atau dia akan menyebarkan foto itu.
Xi Xi jelas santai saja menanggapinya, terserah mau disebar atau mau dia apakan tuh foto, Xi Xi sama sekali tidak peduli. Heran, si mantan jadi curiga, apalagi saat dia memperhatikan XXI Xi tampak melindungi tasnya.
Dia langsung kasar merebut tasnya dan mendapati ada recorder di dalamnya. Xi Xi jadi ketakutan dan langsung berusaha lari darinya, tapi malah tersandung dan terjatuh.
Si mantan dengan kejamnya mengambil batu bata dan mengayunkannya ke Xi Xi... tepat saat Si Chen mendadak muncul mencengkeramnya.
"Ini harga untuk menyentuh wanitaku!" Geram Si Chen lalu menonjoknya.
Para anak buahnya bergerak cepat meringkus si mantan dan Si Chen langsung cemas mengecek keadaan Xi Xi, sebelum kemudian memeluknya erat-erat, lega melihatnya baik-baik saja walaupun agak terluka.
Xiao Ya baru tiba sedetik kemudian bersama Fei Ang yang menjemputnya. Si Chen pun memerintahkan Fei Ang untuk membawa si mantan ke kantor polisi sementara dia sendiri membawa Xi Xi pulang.
Dia benar-benar penuh perhatian, malah dia sendiri yang mengobati lukanya Xi Xi, membuat Xi Xi jadi terpana padanya sekaligus merasa bersalah karena menyebabkan kekacauan ini. Tapi dia sungguh tak menyangka kalau si mantan akan senekat itu.
Menurut Si Chen, Xi Xi memang terlalu nekat menemui pria itu sendirian. Tapi untungnya dia tidak cukup bodoh dengan cara membuat rekaman dagn menyuruh Xiao Ya untuk menjemputnya. Tapi Xi Xi merasa dirinya memang bodoh, bodoh karena pernah menyukai pria semacam itu.
"Memang tidak terlalu pintar dalam asmara, seharusnya kau bersyukur putus dengannya tepat waktu." Ujar Si Chen.
"Aku juga tidak mau. Tapi perasaan itu sulit dikendalikan. Suka yah suka, tidak suka yah tidak suka."
"Semakin menyukai, semakin mudah kehilangan. Jika tidak menyukai, maka tidak akan merasakan sakit hati."
Xi Xi heran mendengar pemikiran Si Chen itu, apa dia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya? Si Chen sontak menyangkal, tapi dengan cara memalingkan tatapan matanya dari Xi Xi, jelas dia bohong.
Bahkan saat Xi Xi menuntutnya untuk mengutarakan pemikirannya tentang jatuh cinta, Si Chen malah nyerocos tentang teori ilmiah. Geli, Xi Xi langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Si Chen yang kontan saja membuat Si Chen jadi gugup. Tapi dia berbohong kalau dia tidak gugup.
Hah? Xi Xi tak percaya. Biarpun tidak jatuh cinta, tapi saat lawan jenis berdekatan, seharusnya manusia akan mengeluarkan dopamin. Itu tuh semacam naluri. Dan lagi, teorinya Si Chen tentang tidak menyukai maka tidak akan kehilangan itu tidak bisa dibuktikan. Maka Si Chen pun langsung balas menarik wajah Xi Xi mendekat padanya.
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam