Sinopsis Forever and Ever Episode 29

Biarpun orang tua Shi Yi melarangnya masuk, tapi Chen tetap setia menunggu di lorong rumah sakit, duduk diam di sana sepanjang hari tanpa memedulikan keadaan dirinya sendiri yang juga butuh pemulihan. Bahkan bibinya Shi Yi tak berdaya mengusirnya. 


Ibu juga berusaha mengusirnya, tapi Chen benar-benar sekeras batu, menolak pergi meninggalkan istrinya sendirian di rumah sakit. Ibu mengingatkan bahwa mereka belum resmi menikah, dan saat itulah Chen akhirnya baru mengaku bahwa mereka sebenarnya sudah membuat akta nikah. Kaget, Ibu menuntut Chen untuk menceraikan Shi Yi saja. Tapi tentu saja Chen menolak. 
 
 
Dia bahkan menginap di sana, tidur di kursi dalam posisi tak nyaman dan baru pergi subuh-subuh, membelikan sarapan untuk orang tua Shi Yi yang dititipkannya pada perawat lalu berangkat kerja pagi harinya. 

Pulang kerja, dia langsung pergi ke rumah sakit lagi, duduk di depan kamarnya Shi Yi semalaman dan tak mempan diusir siapa pun. Setiap hari seperti itu terus. Para dokter dan perawat kasihan dan mengkhawatirkannya, apalagi kondisi kesehatannya sendiri cukup memprihatinkan, sehingga para perawat dan dokter selalu mengawasi dan menjaganya secara diam-diam.
 


Keteguhan dan ketulusannya lama kelamaan mulai meluluhkan hati Ibu walaupun ia masih bersikeras menolak membiarkan Chen masuk.

Xiao Yu konflik batin. Di satu sisi, dia berusaha membela Chen dan meyakinkan orang tua Shi Yi bahwa insiden ini bukan kesalahan Chen, melainkan adiknya. Namun di sisi lain, dia memahami perasaan dan kemarahan mereka terhadap Chen.
 

Ayah benar-benar kasihan sama Chen sehingga dia mencoba membujuk Ibu untuk berdiskusi dengan Chen dengan baik-baik... hingga akhirnya Ibu luluh juga dan setuju untuk membiarkan Chen masuk.

Akhirnya bisa bertemu istri yang begitu dirindukannya, Chen menangis saat dia menggenggam tangan Shi Yi dan memberitahunya bahwa dia tak pernah pergi meninggalkannya.

"Aku selalu di sini. Kalau kau mau, aku bisa menemanimu kapan saja."
 
 

Ayah dan Ibu masih keukeuh menginginkannya untuk menceraikan Shi Yi. Tapi Chen juga tak kalah teguh saat dia menegaskan bahwa dia tidak akan pernah menceraikan Shi Yi.  Terlepas dari insiden ini, dia dan Shi Yi tak pernah ada masalah apa pun. Dia dan Shi Yu sama-sama tidak ingin bercerai.

"Bagaimana jika dia seperti ini selamanya?" Tanya Ayah.

"Jika dia seperti ini selamanya, maka aku akan menjaganya seumur hidup."

Jarak rumah sakit ini dari tempat kerjanya cukup jauh, tapi Chen tak pernah mempermasalahkannya. Dia rela menempuh perjalanan selama itu demi Shi Yi.

Shi Yi tidak suka rumah sakit, karena itulah dia sebenarnya berencana untuk membawa Shi Yi pulang dengan menyewa dokter dan perawat profesional untuk merawat Shi Yi. Dengan cara ini, waktu komunikasi mereka juga bisa lebih banyak. Inilah caranya untuk mempertahankan pernikahan mereka. Chen yakin kalau Shi Yi pasti akan sadar, namun dia juga sudah menyiapkan diri untuk menunggunya seumur hidup. 

"Meski ucapanmu ini membuatku sedikit terharu, tapi hatiku masih kesal. Tidak bisa tidak mempermasalahkan ini denganmu." Ujar Ibu.
 

Chen mengerti perasaan Ibu, tapi dia tetap tidak akan meninggalkan Shi Yi apa pun yang terjadi. Shi Yi pun juga pasti begitu. Jika Shi Yi sadar nanti, dia yakin bahwa hal yang paling ingin dilihatnya adalah keluarganya yang bahagia dan tak berubah.
 
Tapi Ibu hanya menanggapinya dengan menyuruhnya pulang saja, dan jelas saja reaksi Ibu kontan membuat Chen tertunduk sedih. Tapi kemudian Ayah menjelaskan maksud Ibu adalah Chen pulang saja dulu sekarang untuk istirahat dan kembali kemari besok. Mulai sekarang, mereka akan menjaga Shi Yi secara bergiliran. Lega dan senang, Chen akhirnya menurut dan pulang.
 
 

Keesokan harinya, dia berpakaian setelah jas lengkap sebelum ke rumah sakit, berusaha tampil setampan mungkin karena penampilannya yang seperti inilah yang paling disukai Shi Yi. 

Setibanya di rumah sakit, Ibu masih tak senang padanya. Tapi akhirnya dia menyerahkan Shi Yi padanya, menyuruhnya Chen untuk menjaga Shi Yi malam ini karena ia sendiri harus mengurus suaminya yang hari ini sakit.
 

Berusaha tetap ceria di hadapan Shi Yi, Chen memberitahu Shi Yi bahwa dia akan menceritakan segala hal yang dilakukannya, dimakannya dan lain sebagainya selama ini pada Shi Yi.

"Biarpun kita dipisahkan oleh sebidang dinding, namun itu takkan bisa menghentikanku untuk merindukanmu setiap hari."
 

Beberapa kerabat ada yang marah pada Nyonya Zhou akan insiden ini, menyalahkan Nyonya Zhou karena terlalu memanjakan dan melindungi anak sehingga terjadi insiden seperti ini. Tapi beberapa lainnya, membela Nyonya Zhou, apalagi selama lebih dari 20 tahun ini, Nyonya Zhou telah mendedikasikan hidupnya untuk mengurus keluarga ini. Insiden ini murni kesalahan Wen Chuan.

Nyonya Zhou dengan besar hati mengakui dirinya salah karena tidak mendidik anak dengan benar. Karena itulah dia akan pergi dan kembali ke keluarganya sendiri, namun tidak sekarang.

Shi Yi masih belum sadarkan diri. Tidak ada yang bisa dipercaya unyuk mengurus rumah ini selain dirinya. Nanti setelah suami-istri itu pulang, dia janji akan menyerahkan segalanya pada mereka lalu pergi dari rumah ini.
 

Mei Xing dan ayahnya datang saat itu, membawakan wasiatnya Chen yang menyatakan bahwa selama sepuluh tahun ke depan, dia sendiri yang akan mengurus rencana investasi. Namun setelah sepuluh tahun nanti, dia akan menyerahkan segalanya pada Ren. Dia hanya punya satu syarat, yaitu bisnis keluarga Zhou harus berbasis di Cina.

Nyonya Zhou bingung. Dia ibu angkatnya Ren, dialah yang membesarkan Ren, karena itulah dia tahu betul kalau Ren memiliki kepribadian dan bakat yang setara dengan Chen. Namun aturan turun temurun keluarga Zhou mengharuskan anak sulung yang meneruskan bisnis keluarga.

Tentang itu, Chen yakin kalau Nyonya Zhou pasti bisa membujuk para saudara dan kerabat mereka. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. 

Dan tentang Nyonya Zhou, Chen mengakui dedikasi Nyonya Zhou pada keluarga ini. Nyonya Zhou terus bertahan di keluarga ini tak peduli badai apa pun yang menghadang. Karena itulah, jika Nyonya Zhou ingin pergi, takkan ada seorang pun yang menghentikannya. Namun jika Nyonya Zhou ingin tetap tinggal, juga takkan ada seorang pun yang mengusirnya.
 

Hari ini ulang tahun Chen, dia mendadani Shi Yi dengan Cheongsam cantik buatan Nenek Wang dan memberitahunya bahwa menurut perkiraan dokter, Shi Yi mungkin tidak akan ingat padanya saat Shi Yi sadar nanti. 

Dia juga sudah menemukan sebuah rumah di Xi'an untuk tempat tinggal tetap mereka di sana. Dia akan membawa Shi Yi ke Xi'an setelah rumah mereka selesai direnovasi nantinya. Orang tua Shi Yi juga sudah setuju.
 
 

Beberapa waktu kemudian setelah keadaan Chen sudah pulih, dia akhirnya membawa Shi Yi ke rumah baru mereka di Xi'an. Tak sengaja saat dia menata buku-buku, dia menemukan dairy-nya Shi Yi, di mana Shi Yi menulis: 

Tulang yang cantik, sangat langka di dunia ini. Ada yang bertulang tanpa kulit, ada yang berkulit tanpa tulang. Kebanyakan orang di dunia ini berpandangan dangkal, hanya melihat sebatas kulit, tidak bisa melihat ke dalam batin.

Zhousheng Chen. Ketika menulis nama ini, aku teringat akan dua orang. Yang satu adalah kau, yang satunya adalah asal-usul namamu. Aku pernah membahas tentangnya beberapa kali. Pangeran Xiao Nanchen.

Kisah orang ini membuatku berinisiatif untuk mengenalmu di bandara Guangzhou. Sebelumnya, aku bahkan tidak bisa membayangkannya. Waktu itu, apa pemikiran pertamamu? Kalau yang bagus, katakan padaku besok. Kalau tidak bagus, sebaiknya kau bilang saja kalau kau lupa.

Semua orang bilang bahwa dia adalah pejabat berkuasa yang suka menjilat. Tapi kurasa dia tidak seperti itu. Jadi aku mencari petunjuk di buku kuno. Jadi aku menulis ini, menulis tentang Zhousheng Chen, tentang Pangeran Xiao Nanchen.

Tentu saja, kau seorang ilmuwan besar, mungkin kau lebih percaya terhadap bukti-bukti. Namun bacalah sampai habis. Tidak boleh menikahiku sebelum kau selesai membacanya.
Tulangnya dipisahkan dari daging tubuhnya. Karena tulang cantiknya terkenal di seluruh negeri. Karena itulah, Putra Mahkota ingin mengeluarkan tulang cantiknya di hadapan rakyat seluruh negeri. Kesalahan kecil, dijatuhi hukuman besar.

Pangeran Xiao Nanchen tidak memiliki istri dan anak, namun digosipkan memiliki hubungan asmara dengan istri Putra Mahkota. Setelah Pangeran Xiao Nanchen meninggal dunia, istri Putra Mahkota pun bunuh diri.

Ada rumor bahwa dia gantung diri di gedung istana setinggi 33 m. Namun ada pula rumor bahwa ia melompat dari tembok ibu kota. Cerita orang berbeda-beda, tidak ada kepastian akhir. 

Hanya ada bukti di perpustakaan kuno di kediaman kerajaan berupa seluruh bagian buku Shanglin Fu yang ditulis oleh istri Putra Mahkota. Diwariskan ke generasi selanjutnya dan menjadi kisah yang indah. Kejayaannya seumur hidupnya, hanya tertuang dalam karangan singkat dan terkubur di dunia ini.

Chen termenung sedih di tembok istana kuno (tempat Cui Shi Yi bunuh diri) setelah membaca tulisan Shi Yi itu. Tiba-tiba ada pak satpam muncul, gara-gara dia duduk sendirian di tempat setinggi ini dengan wajah muram merana, pak satpam jadi salah paham dan khawatir mengira kalau Chen mau mengakhiri hidupnya dengan melompat dari sini. Pfft!

Jelas tidaklah, tapi Chen sepertinya benar-benar terpengaruh oleh buku itu sehingga tiba-tiba saja dia tanya apakah ada tempat untuk menunggang kuda di Kota Chang'an. Pak satpam bingung mendengar nama kota itu, dia tidak tahu tentang Chang'an, tapi kalau di Xi'an ada. Tapi tentu saja adanya di tempat-tempat wisata seperti di area pegunungan.
 
 

Tulisan Shi Yi ini juga, tiba-tiba mengingatkannya akan sesuatu. Seketika itu pula dia menghubungi Paman Lin, mengabarkan kalau dia akan pulang ke Zhenjiang sebentar untuk menyelesaikan sesuatu.

Bersambung ke episode 30

Post a Comment

0 Comments