Sinopsis Forever and Ever Episode 30 [END]

Sama seperti dulu, sekarang juga Xi'an sering hujan setiap hari, padahal seharusnya sekarang sudah memasuki musim dingin. Rencana investasinya Chen sepertinya mulai berhasil sekarang. Suatu hari saat Chen sedang makan di luar, dia mendengar orang-orang di sebelahnya bergosip tentang banyaknya investor yang belakangan ini kembali ke pasar domestik sehingga loker pun mulai semakin banyak sekarang. 

 

Tiba-tiba dia mendapat kabar bahwa Shi Yi sudah sadar. Tapi setibanya di rumah, ternyata Shi Yi malah belum sadar, si perawat tadi salah paham hanya karena dia melihat jari-jari Shi Yi bergerak. Terang saja Chen jadi semakin frustasi dan marah karenanya.

Namun suatu hari saat cuaca cerah, Shi Yi akhirnya siuman, kali ini benar-benar sadar. Chen sontak berlinang air mata penuh haru saat dia memberitahu Shi Yi bahwa sekarang berada di Xi'an dan mereka akan menetap di sini ke depannya.

"Sulit untuk menunggang kuda di dalam kota, tapi aku punya cara lain untuk membawamu keliling kota." 

Shi Yi pun menangis saat dia mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Chen, dan kata pertama yang diucapkannya adalah... "Zhousheng Chen."

Shi Yi mengaku kalau dia bermimpi sangat panjang. Dia memimpikan dirinya (di masa lampau) menjadi muridnya Chen yang ke-11. Chen mengajarinya banyak hal dan dia selalu mengikuti Chen.

Namun kemudian Putra Mahkota ingin menikahinya. Shi Yi menolak. Namun kemudian Putra Mahkota menangkap Chen dan menghukumnya dengan mengeluarkan tulang cantik Chen.

Chen meyakinkannya kalau dia tidak mungkin meninggalkan Shi Yi, dia juga sudah menyelesaikan puisi Shanglin Fu. Dia sudah membaca buku dairy-nya Shi Yi, dan dia mempercayai semuanya.


Kesehatannya berkembang dengan pesat. Bahkan malam harinya dia sudah ngeyel minta makan makanan pedas. Tapi tentu saja tidak dikabulkan sama sang suami tak peduli biarpun dia sudah berusaha pasang muka ngambek. Akhirnya dia yang terpaksa mengalah saking laparnya, apalagi Chen sengaja mengiming-iminginya makan mie.


Suatu hari saat kondisi Shi Yi sudah semakin membaik, hujan salju turun dengan lebat. Chen lalu membawanya ke tembok istana kuno di Xi'an dan bertemu dengan pak satpam yang pernah mengira Chen mau bunuh diri waktu itu. Pak satpam lega melihatnya bawa pacar sekarang.

Shi Yi jadi khawatir mendengarnya, mengira Chen benar-benar punya niat untuk bunuh diri. Chen menyangkal, tidak sedikit pun dia ragu kalau Shi Yi akan sadar kembali. Dia yakin seyakin-yakinnya. Dia tidak akan bisa menerimanya jika keyakinannya salah.

Shi Yi tersentuh mendengarnya. "Sudahlah. Istrimu sudah kembali. Jangan sedih, jangan sedih. Kau hanya bisa masak mie setiap hari, pasti sudah bosan, kan? Ke depannya istrimu ini akan masak makanan yang enak untukmu setiap hari."

Terharu, Chen pun berbisik di telinganya. "Shi Yi, aku mencintaimu selamanya."

"Zhousheng Chen, aku juga mencintaimu."

Beberapa bulan kemudian, Shi Yi menghadiri acara award lagi di Shanghai. Tapi kali ini yang mendapat penghargaan adalah salah satu muridnya. Chen juga turut hadir dan duduk di kursi paling depan bersama beberapa sponsor. Dari percakapannya dengan kenalannya, Chen dan Shi Yi akan mengadakan resepsi pernikahan tanggal 11 Mei.

Mei Lin memberitahu bahwa selama beberapa bulan Shi Yi tidak pernah muncul di publik, beredar gosip kalau dia hamil dan melahirkan secara diam-diam. Begitu mereka berduaan, Chen dengan manisnya mengganti high heels-nya Shi Yi dengan sepatu flat. 

Shi Yi mencoba memancingnya dengan membahas kapan mereka akan punya anak, dia bahkan sudah menyiapkan nama Zhou Mu Shi sejak jauh hari, tapi belum ada hasil sampai sekarang. Tapi Chen malah sengaja menghindarinya, bahkan menegaskan kalau sekarang belum saatnya punya anak.

Shi Yi tidak mengerti kenapa, padahal tes kesehatannya selama beberapa bulan ini, menyatakan kalau semuanya normal. Tapi Chen tetap teguh dengan pendiriannya.

Shi Yi tidak terima, malam itu juga dia pasang muka cemberut imut dan menuntut Chen untuk memberinya penjelasan. Chen akhirnya mengaku bahwa dia tidak mau Shi Yi berhubungan lagi dengan rumah sakit. Melahirkan anak itu perjuangan hidup dan mati, terlalu beresiko.

Tapi Shi Yi ngotot mau punya anak. Apalagi setelah apa yang terjadi padanya, dia menyadari kalau mereka tidak mungkin akan mati secara bersamaan. Dia tidak akan bisa menerima jika Chen mati duluan, dan begitu pun sebaliknya.

Anak akan memberi mereka harapan. Mereka juga tidak akan kesepian jika misalnya salah satu dari mereka meninggal duluan. Chen langsung bungkam tak berdaya. Menyadari dirinya sudah menang, Shi Yi pun langsung menyeret Chen ke kamar.

 

Keesokan harinya saat Shi Yi baru bangun, dia mendapati Chen sibuk membaca segala macam informasi tentang ibu hamil dan melahirkan dan lain-lain. Pfft! Malah dia yang sekarang paling antusias.

Bukan hanya itu saja, Chen juga menulis ulang semua undangan pernikahan mereka karena yang sebelumnya sudah tidak bisa terpakai. Dia menulis semuanya sendiri, setiap kali ada waktu luang, dia akan mengurung dirinya di ruang belajar untuk menulis semua undangan itu.


Hari resepsi pernikahan akan segera tiba, Shi Yi membawa Mei Lin dan Xiao Yu menginap di kediaman keluarga Zhou. Mei Lin heran sama Shi Yi, dia masih berani pulang ke rumah ini padahal di sini-lah dia terluka.

"Aku termasuk orang yang membiarkan masa lalu berlalu. Tidak memikirkan masalah kemarin di hari ini. Sebenarnya tekanan batinnya lebih berat daripada aku. Dia yang lebih tidak ingin pulang. Aku ingin membantunya membuka simpul hatinya itu."

Bagaimanapun, ini adalah rumahnya, sedangkan mereka memutuskan untuk menetap di Xi'an. Kalau tidak pulang, maka keluarganya di sini pasti akan sangat merindukannya.

Wang bersaudara juga datang membawa banyak sekali gaun, semuanya buat Shi Yi. Jelas semua ini kebanyakan, tapi Wang bersaudara mengingatkan bahwa gaun pengantin itu biarpun cuma dipakai satu hari, namun akan disimpan seumur hidup. Dia cuma perlu memilih yang paling dia sukai saja, sisanya buat disimpan dan dikoleksi.

Shi Yi pun mencoba gaun-gaun itu satu per satu, Chen begitu terpesona tak peduli gaun apa pun yang Shi Yi pakai, semuanya cantik kalau Shi Yi yang memakainya.


Malam hari menjelang hari H, pengantin pria dilarang masuk ke kamar pengantin wanita. Tapi Chen malah nekat mau menerobos masuk saking khawatirnya sama sang istri. Sayangnya gagal gara-gara dihadang Lian Sui yang berjaga di pintu.

Dia benar-benar khawatir takut Shi Yi sering bermimpi buruk. Tapi Lian Sui tetap tak mengizinkannya masuk. Lagipula Shi Yi tidak tidur sendirian kok, dia bersama Xiao Yu dan Mei Lin. Tapi Chen masih saja khawatir dan terus cari-cari kesempatan untuk masuk sampai Mei Xing yang harus bertindak untuk menyeretnya pergi dari sana.

 

Mei Lin sampai heran, katanya mereka mau punya anak. Lah sekarang saja mereka tidak rela tidur terpisah, gimana kalau sudah punya anak nanti. Dia penasaran, Shi Yi lebih memilih tidur sama anak atau sama suami? Shi Yi rasa itu bukan masalah, kan ada ranjang bayi. Tempatkan saja di satu kamar yang sama.

"Intinya..."

"Harus tidur satu kamar dengan suami, bayi cuma hiasan saja."

Tapi mereka penasaran tentang ucapan Chen bahwa Shi Yi mimpi buruk tadi. Shi Yi mengaku bahwa sejak dia sadar dari koma, dia jadi sering mimpi buruk. Makanya setiap malam sebelum tidur, Chen akan selalu mengikat tali di pengelangan tangannya dan tangan Chen. Jadi kalau misalnya dia terbangun tengah malam karena mimpi buruknya atau ingin melakukan sesuatu, Chen bisa segera bangun.


Dini hari setelah kedua temannya tertidur lelap, Shi Yi diam-diam melepaskan diri cengkeraman mereka lalu mengirim chat ke Chen, mengajaknya bertemu di luar.

Chen pun bisa keluar dengan mudah karena Mei Xing sudah tertidur lelap setelah minum-minum. Di tangan Mei Xing, tampak dia menggenggam botol obat anti mabuk pemberian Wen Xing dulu.

Begitu mereka bertemu, Chen langsung menggendong Shi Yi dan membawanya jalan-jalan di lorong yang diterangi lampion-lampion. Namun yang paling menarik perhatiannya adalah ada tulisan-tulisan di setiap lampion itu. Tulisan-tulisan itu jika digabungkan adalah keseluruhan puisi Shanglin Fu.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" Protes Shi Yi.

"Tidak seru kalau dikatakan semuanya."

"Bukankah kau melakukan semua ini demi menyenangkanku? Kalau kau tidak bilang, bagaimana aku bisa tahu?"

"Aku membuatnya dengan sepenuh hatiku. Kau pasti akan tahu sendiri suatu hari. Misalnya sekarang."

"Orang lain hanya bicara tapi tidak bertindak. Tapi kau sebaliknya, hanya bertindak tapi tidak bicara. Orang sepertimu bisa menikah itu benar-benar perjodohan Tuhan. Kau mau membawaku ke mana?"

"Pejamkan matamu. Kau akan tahu setelah sampai."

Chen ternyata membawa Shi Yi ke perpustakaan kuno, di mana dia sudah menyelesaikan salinan puisi Shanglin Fu di dinding yang sebelumnya belum sempat Shi Yi selesaikan. Shi Yi sungguh tersentuh, suaminya ini sebenarnya sangat romantis.

Mereka jadi ketiduran di perpus dan Shi Yi terbangun jam 5:30. Setelah beberapa lama menikah dan tinggal bersama Chen, jam biologisnya Shi Yi akhirnya jadi menyesuaikan diri dengan jam biologisnya Chen. Makanya dia bisa bangun lebih pagi dari sebelumnya.

 Melihat wajah suaminya begitu bangun tidur di hari pernikahan mereka ini, Shi Yi pun nge-gombal. "Melihat pria tampan saat bangun itu pertanda bagus. Cocok untuk menikah."

Pfft! Sang suami yang digombali cuma bisa tersenyum malu-malu. Usai sarapan, dia mengantarkan Shi Yi kembali ke kamarnya dan jelas saja mereka langsung diomeli saja Lian Sui. Padahal mereka cuma harus berpisah sebentar untuk dandan, tapi tetap saja rasanya sulit melepas tangan masing-masing.

Setelah upacara pernikahan seharian dan kedua pengantin masuk kamar, Paman Lin menjamu para tamu undangan di dining hall. Ia benar-benar terharu sampai matanya berkaca-kaca. Si cowok Ferrari juga hadir, dan Ren langsung menggodanya dengan memberitahunya kalau dia adalah adiknya Chen, yang itu artinya, biarpun usianya lebih muda tapi posisinya lebih senior daripada si cowok Ferrari. Oh, katanya dia juga pernah mengincar kakak ipar yah? Si cowok Ferrari jadi malu.

Usai makan malam, para anak muda ingin menganggu kedua pengantin, tapi kamar mereka dijaga ketat sama Lin Fei dan Lian Suai, maka terjadilah perang saudara yang heboh. Hanya Mei Xing yang menatap mereka dengan senyum sendu sebelum kemudian dia memutuskan pergi dari sana. (Aww, poor Mei Xing, tragis sekali kisah cintanya)

Si pengantin pria yang tampak paling tegang sampai si pengantin wanita yang harus mengingatkannya untuk membuka tudung pengantinnya. Chen langsung semangat mau langsung membukanya, tapi Shi Yi dengan cepat mengingatkannya untuk melakukannya sesuai tradisi, dibuka pakai tongkat pembuka. Tindakan ini maknanya adalah segala hal sesuai harapan.

Dia lalu menyuruh Chen untuk membelai rambutnya. Shi Yi memberitahu bahwa makna dari tindakan ini adalah hidup bahagia bersama sampai rambut memutih. Terakhir adalah minum arak dengan bersilang tangan.

Ritual selesai, Chen mau mencium pengantinnya, tapi malah distop sama Shi Yi, soalnya ada hal penting yang harus dia beritahukan pada Chen. "Aku sudah hamil. Dokter bilang sudah tiga bulan.”

~ THE END ~

Komentar:

FYI bagi kalian yang tidak membaca novelnya. Ending-nya mereka akan punya 3 anak, kembar perempuan dan si bungsu, anak laki-laki bernama Zhou Mu Shi.

Aku memang tidak menonton prekuel dari drama ini, tapi aku baca novelnya, so I can't help to compare. Sebenarnya baik versi drama maupun versi novelnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Versi dramanya lebih romantis, lebih lucu dan lebih cute, tapi juga agak boring. Versi novelnya sama sekali tidak terasa lucu dan tidak cute, lebih makjang, tapi lebih seru.

Memang sih banyak adegan dalam versi novel yang tetap ada di versi dramanya, tapi ada beberapa adegan yang dihilangkan atau diubah dalam versi dramanya. Dan sayangnya, bagian-bagian yang dihilangkan atau diubah itu adalah bagian-bagian yang menurutku cukup penting yang akhirnya membuat versi dramanya ini terasa kurang seru dibanding novelnya. 

Di versi novel, aku mendapat kesan bahwa Chen dan seluruh anggota keluarga Zhou tuh keluarga yang sangar, mungkin semacam mafia atau keluarga kaya yang punya bisnis ilegal.

Mereka bukan hanya kaya raya turun temurun, tapi benar-benar punya kekuasaan yang bisa dibilang nggak wajar dan cukup misterius. Sedangkan keluarga Zhou versi drama kesannya yah cuma orang kaya turun temurun biasa aja, tidak ada kesan kalau mereka keluarga yang sangar dan misterius.

Kisah kematian ibunya Ren di versi novel lebih tragis daripada yang digambarkan di versi dramanya, ini saja jelas menunjukkan betapa sangarnya keluarga Zhou. Makanya aku bisa maklum jika keluarga ini dicurigai dan diselidiki oleh interpol. 

Alasan kematian tragis ibunya ini pula yang menjadikan karakter Ren menjadi sosok yang dingin dan keras. Sedangkan versi dramanya, karakter Ren tuh dingin, kesannya cuma karena dia kesepian aja.

Chen di versi novel lebih karismatik dan sangar, dia bisa tiba-tiba mengubah status pernikahannya dengan Shi Yi tanpa sepengetahuan Shi Yi, dia bahkan bisa mengubah status kewarganegaraannya Shi Yi tanpa sepengetahuan Shi Yi juga, untuk menghalangi interpol Cina menyelidiki mereka berdua. 

Pernikahan mereka versi novel memang kesannya tidak romantis, tapi itu menunjukkan betapa kuat dan berkuasanya Chen. Orang biasa tidak mungkin bisa mengubah status kewarganegaraan dirinya sendiri dan istrinya dengan begitu mudah dan cepat. Sayangnya di versi dramanya bagian yang ini dihilangkan sepenuhnya, menjadikan karakter Chen terkesan cuma sebagai profesor introvert dari keluarga kaya biasa saja.

Chen versi drama canggung tapi imut, polos dan lugu, romantis dengan caranya sendiri. Sedangkan Chen versi novel sama sekali tidak ada kesan kalau dia polos dan lugu biarpun dia digambarkan tidak pernah pacaran. Dan harus kuakui, aktingnya Ren Jia Lun keren banget dalam menggambarkan sosok canggung nan imutnya Chen. Dia memang tidak secakep aktor-aktor yang lain, tapi aktingnya keren.

Tapi biarpun dalam hal cinta, kepolosan dan keluguan Chen ini imut dan menggemaskan, tapi kurasa sifat-sifatnya ini bisa jadi kelemahan besar dalam hal bisnis dan perebutan harta warisan. Untungnya dia punya Mei Xing yang selalu melindunginya dan membantunya. Dan untungnya Mei Xing benar-benar teman yang sangat setia dan bisa dipercaya. 

Chen versi drama memang sangat butuh seseorang yang kuat seperti Mei Xing sebagai sandaran dan kekuatannya. Dipikir-pikir, hampir semua masalah Chen, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan, yang nyelesain yah Mei Xing.

Tentang Mei Xing, seperti yang pernah kubilang, dia adalah reinkarnasi Putra Mahkota. Dia di masa lampau memang melakukan kesalahan sangat fatal yang menyebabkan Pangeran Xiao Nanchen mati tragis dan tak adil, namun sebenarnya dia menyadari kalau dirinya salah dan berdosa besar pada Pangeran Nanchen. 

Menurutku dia sebenarnya memang tidak jahat sih, hanya saja selama puluhan tahun sejak dia kecil, dia selalu dibuli dan diracuni sedikit demi sedikit oleh Ibu Suri. Makanya dia tumbuh menjadi seseorang yang mental dan pikirannya tidak stabil. Seandainya hidupnya tidak semenderita itu selama puluhan tahun, Putra Mahkota pasti tidak akan tumbuh menjadi orang seperti itu.

Kesadarannya akan kesalahan dan dosanya inilah yang membuatnya merasa punya hutang besar pada Pangeran Nanchen yang akhirnya membuatnya bereinkarnasi menjadi Mei Xing, sahabat baiknya Zhousheng Chen yang rela melakukan apa pun demi sahabatnya.

Wen Chuan versi drama juga sebenarnya tidak sesangar versi novelnya. Perseteruan akhir mereka juga kurang seru dibanding versi novelnya. Peran Du Feng dan Ren juga dihilangkan begitu saja di versi dramanya.

Banyak hal di versi novelnya yang dijelaskan kenapa Chen melakukan ini dan itu, tapi versi dramanya tidak banyak memberi penjelasan. Waktu Ren datang membawa bodyguard untuk melindungi Shi Yi, di versi novelnya dijelaskan kalau Chen curiga Wen Chuan mau menculik Shi Yi. Sedangkan versi dramanya sama sekali tidak menyebutkan hal ini.

Waktu Shi Yi sakit usus buntu, di versi novelnya dia sebenarnya diracuni. Nyawa istrinya berada dalam bahaya dan pelakunya adalah keluarganya sendiri. Dia punya alasan yang sangat kuat untuk segera memboyong dan mengamankan Shi Yi kembali ke Shanghai. 

Sedangkan di versi dramanya malah Shi Yi dibuat cuma usus buntu beneran, menurutku alasan ini sebenarnya kurang kuat untuk membuat Chen membawa Shi Yi kembali ke Shanghai secepatnya.

Tapi versi dramanya tetap punya pesonanya sendiri sih, terutama chemistry FL dan ML, karakter Chen yang dibuat lebih imut dan polos, dan aktingnya Ren Jia Lun yang keren banget dalam menghidupkan karakter Chen. Ren Jia Lun benar-benar kayak cowok polos nan lugu dalam menghadapi cewek padahal di kehidupan nyata dia udah nikah. 

Sebenarnya aku pingin juga sih nonton prekuelnya, tapi nggak ada mood sama sekali, nggak tahu kenapa. Tapi sebenarnya nggak nonton prekuelnya juga nggak papa sih, toh aku tetap bisa nyambung dengan ceritanya secara kesuluruhan. Akhir kata, terima kasih semuanya, terima kasih pada tim produksi, para aktor, subber-nim, dan terima kasih pada semua pembaca setia blog ini, semoga kalian suka dan menikmati drama ini. ^^

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam