Setelah beberapa hari gelisah, Wang Man akhirnya membuat sebuah keputusan lalu meminta kakaknya untuk mengantarkannya ke rumah leluhur keluarga Zhou dengan membawa sekeranjang kecil kue bulan untuk Wen Chuan yang belakangan ini tidak bisa keluar ke mana-mana karena masih dihukum di rumah leluhur keluarga Zhou.
Wen Chuan tiba-tiba mengajaknya untuk kabur di tengah pesta festival pertengahan musim gugur nanti. Tapi Wang Man menolak tegas. Terlepas dari cintanya pada Wen Chuan, tapi dia tidak bisa meninggalkan keluarganya dan tidak mau hidup bersama orang yang bersalah. Karena itulah, dia ingin mengakhiri hubungan mereka sampai di sini. Dia langsung pergi setelah itu tanpa memedulikan protesnya Wen Chuan.
Shi Yi sedang menemani Nenek melihat bulan saat tiba-tiba saja Nenek mengira kalau ia lupa sama nama cicitnya. Shi Yi jadi bingung juga harus jawab apa. Saat itulah Chen muncul dan langsung berkata bahwa nama cicitnya Nenek adalah Zhou Mu Shi.
Shi Yi penasaran kenapa nama anak mereka Zhou Mu Shi. Chen hanya merasa kalau nama Zhousheng Mushi kurang cocok, lebih bagus Zhou Mu Shi.
"Mengubah marga demi nama, apa ibumu tidak akan dendam padamu?"
"Aku bisa mengambil keputusan untuk hal seperti ini."
Ngomong-ngomong tentang anak, Chen penasaran, Shi Yi mau punya anak perempuan atau laki-laki? Berapa banyak anak yang dia inginkan? Shi Yi mengaku bahwa dia tidak masalah mau anak laki-laki atau perempuan, lebih bagus kalau kembar saja, sekali lahir langsung dua, hemat waktu dan tenaga. Satu mirip Chen dan yang satu lagi mirip dia sendiri.
Chen setuju. Ngomong-ngomong tentang anak... bukankah malam ini adalah waktu yang tepat untuk itu? (Pfft!) Senyum Shi Yi seketika menghilang, dia langsung berbaring di kasur dan menutupi dirinya rapat-rapat dengan selimut. Chen sudah kecewa saja dengan reaksinya. Tapi Shi Yi tiba-tiba berkata bahwa dia sudah siap, Chen sontak semangat menyusul ke dalam selimut.
Keesokan harinya, Shi Yi tiba-tiba meminta sebuah hadiah pernikahan resmi dari suaminya, yaitu dinding perpustakaan kuno. Dia ingin menulis puisi Shanglin Fu di dinding itu. Sementara dia menulis puisi yang sangat panjang itu, Chen hanya duduk diam menemaninya.
Tapi kemudian dia diam-diam berhenti menulis di tengah jalan, tepat di bagian 'Saling jatuh hati saat bertatapan, kecantikan yang sungguh menggugah hati'.
Shi Yi mengklaim kalau dia cuma capek. Shi Yi berkomentar bahwa menulis di kertas dan di dinding itu rasanya beda. Kalau salah tulis di kertas, bisa ganti kertas lain. Sedangkan menulis di dinding harus lebih berhati-hati karena kalau salah kan tidak mungkin ganti dinding (Kan bisa dicat ulang aja, Neng). Lain kali saja dia selesaikan puisi ini.
Nyonya Zhou menyerahkan semua kunci rumah leluhur keluarga Zhou pada Chen untuk diserahkan pada Shi Yi. Nyonya Zhou cuma punya satu permintaan, dia hanya ingin Chen memperlakukan Wen Chuan dengan baik.
Chen punya usul lain, hari ini polisi mencari Mei Xing dan memintanya bekerja sama untuk menyelidiki Wen Chuan. Kali ini bukan karena masalah Wen Xing, melainkan karena Wen Chuan terlibat dalam penggalangan dana ilegal dan penyelundupan. Nyonya Zhou benar-benar terkejut mendengarnya.
Tapi Chen memberitahu bahwa Paman Mei (Ayahnya Mei Xing) bersedia membantu menjadi pengacaranya Wen Chuan demi pertemanan keluarga mereka selama bertahun-tahun. Hanya ada satu syarat, Nyonya Zhou harus membujuk Wen Chuan untuk menyerahkan diri.
Tapi tentu saja tidak mudah bagi seorang ibu untuk melakukan itu, jadi dia meminta waktu untuk memikirkannya. Paman Mei dan Zhousheng Xing menunggunya dengan sabar tak peduli selama apa pun.
Dan akhirnya setelah semalaman menunggu, Nyonya Zhou keluar juga dari kamarnya dan menyuruh Zhousheng Xing untuk menjemput Wen Chuan pulang. Tapi biar dia tidak curiga, mereka menjemputnya dengan alasan menghadiri pesta saja.
Tapi jelas Wen Chuan tidak begitu bodoh untuk memeprcayai alasan itu begitu saja, tapi dia tetap menurut dan pulang. Keluarga Wang juga hadir, namun Wang Man tidak ikut. Nenek Wang dan kedua kakaknya Wang Man juga masih marah pada Wen Chuan dan menolak menjawab pertanyaannya tentang Wang Man.
Begitu dia datang, Nyonya Zhou langsung menyuruhnya untuk berlutut dan to the point menginterogasinya. Wen Chuan dengan tenang mengakui segala kejahatan yang pernah dilakukannya. Mulai dari menakut-nakuti Shi Yi di Jerman, menuduh Chen menyelewengkan dana laboratorium di Jerman. Termasuk melakukan penggalangan dana ilegal.
Dia melakukan itu karena selama beberapa tahun ini, bisnisnya mengalami masalah. Awalnya dia ingin memanfaatkan proyek investasi luar negeri, namun tiba-tiba dia dihalangi oleh Chen. Dan Nyonya Zhou juga turut andal dengan mendukung Chen yang pada akhirnya justru mengorbankan putra kandungnya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa dia andalkan di keluarga ini.
Dia bisa menduga dengan tepat kalau alasan Nyonya Zhou memanggilnya pulang bukan untuk menghadiri pesta, melainkan untuk mengirimnya ke penjara. Dan Nyonya Zhou mmebenarkan, tapi dia meyakinkan bahwa Paman Mei akan membantunya dengan menjadi pengacaranya. Wen Chuan sinis mendengarnya, tapi baiklah, dia akan menyerahkan diri.
Chen baru selesai menulis undangan pernikahannya lalu menyimpannya di laci saat Shi Yi muncul dan menyuruhnya mandi. Kesempatan mumpung Chen lagi di kamar mandi, Shi Yi diam-diam membaca undangan itu.
Bagian depannya memang biasa saja, namun yang paling menarik perhatiannya adalah bagian belakangnya, di mana Chen menulis: Hidup yang singkat ini bagaikan mimpi, hanya Shi Yi yang kuinginkan. Jadi tulisan romantis ini yang Chen sembunyikan.
Shi Yi sontak masuk kamar mandi dan memeluk suami tercintanya itu dan kalau dia cuma kangen. Dan jelas saja sikapnya ini membuat si suami jadi kebingungan. Shi Yi beralasan kalau dia cuma mau membicarakan urusan pekerjaan.
Dia berencana membuka studio sulih suara di Xi'an. Rencana awalnya dia mau laksanakan dua tahun mendatang, tapi sekarang dia berubah pikiran dan memutuskan untuk memajukan rencananya lebih awal. Lagipula bidang sulih suara belakangan ini berkembang sangat pesat, lebih cepat dilaksanakan, lebih cepat bisa menguasai pasar.
Mengalihkan perhatiannya ke tangan Chen yang terasa agak kasar, Shi Yi pun langsung mengoleskan lotion ke tangannya. Dia cuma cari-cari alasan saja sih biar bisa menyentuh Chen.
Chen jadi semakin heran melihatnya. "Hari ini kau benar-benar..."
"Lebih mencintaimu dari biasanya."
Tong Jia Ren juga datang, tapi karena nanti dia akan pergi di pertengahan acara untuk mengejar pesawat, jadi dia minta waktu berduaan dengan Nenek. Para rekan kerabat sudah berkumpul menonton pertunjukan opera.
Tapi tiba-tiba Nenek menanyakan Wen Xing yang tidak terlihat hari ini, padahal biasanya Wen Xing selalu menjadi yang pertama datang di hari ulang tahunnya. Jia Ren sontak tertunduk sedih mendengarnya. Namun karena tak ingin membuat Nenek bersedih, jadi dia berbohong bahwa Wen Xing sekarang ini sedang menjalani pemulihan setelah melakukan operasi besar.
Nyonya Zhou belum datang karena dia masih harus mengurusi Wen Chuan yang baru selesai menandatangani perjanjian penyerahan diri dengan Paman Mei. Tapi sebelum pergi, dia memohon pada Nyonya Zhou untuk bertemu Nenek dulu.
Dia meyakinkan ibunya bahwa Nenek sangat menyayanginya dan Wen Xing. Jadi biarkanlah dia bertemu Nenek untuk mewakili Wen Xing menemani Nenek. Jika menunggunya keluar dari penjara, mungkin mereka takkan bisa memiliki kesempatan untuk bertemu lagi. Nyonya Zhou langsung luluh dan menyetujuinya.
Chen, Shi Yi dan Ren baru tiba di lantai atas gedung teater itu saat Jia Ren berpamitan dan pergi. Maka Shi Yi pun menggantikannya menemani Nenek.
Nyonya Zhou membawa Wen Chuan ke lantai atas teater untuk bertemu Nenek. Pada saat bersamaan, Du Feng dan seorang rekannya baru datang dan langsung diantarkan untuk menemui Mei Xing yang sudah menunggu di depan teater. Yakin Du Feng takkan bisa melarikan diri karena teater ini hanya memiliki satu pintu, mereka memutuskan menunggu saja di luar saja.
Tapi yang tidak mereka ketahui, begitu Shi Yi berjalan melewatinya, Wen Chuan tiba-tiba nekat mengambil pisau dan menggunakannya untuk menyandera Shi Yi, dan menuntut semua orang yang berada di lantai atas untuk keluar kecuali Chen.
Orang-orang yang berada di lantai bawah sama sekali tidak menyadari kekacauan yang terjadi di lantai atas saking asyiknya menonton opera. Nenek pun tidak menyadarinya.
Tak ada yang bisa mereka lakukan, Ren pun bergegas membawa Nenek keluar dari sana sambil berusaha menyembunyikan kejadian ini dari Nenek. Wen Chuan juga memerintahkan Paman Mei untuk mengikat tangan Chen di belakang lalu mengusirnya dan menyuruhnya mengunci pintu.
Begitu semua orang keluar di lantai atas keluar, Wen Chuan langsung menyuruh Chen mendekat lalu menendangnya. Chen tetap menurutinya demi keselamatan Shi Yi. Tapi yang tak disadarinya, sebenarnya Paman Mei tidak mengikat talinya dengan erat sehingga Chen pun bisa melepaskannya secara diam-diam dengan mudah.
Begitu dia mendekat lagi, dia langsung menyerang Wen Chuan sehingga terlepas dari cengkeramannya dan pingsan sesaat karena terbentur. Kedua pria sontak saling hajar hingga pisaunya Wen Chuan terlempar.
Tapi dengan cepat dia mengungguli Chen langsung menghantam Chen dengan sebuah guci lalu menghajarnya sampai pingsan, menyalahkan Chen sebagai penyebab segala hal yang terjadi.
Dia langsung mengambil kembali pisaunya, berniat menghabisi Chen saat itu juga. Namun Shi Yi sadar saat itu dan langsung refleks mendorong Wen Chuan bersamanya hingga mereka terbang dari lantai dua.
Ketiga orang itu segera dilarikan ke rumah sakit, namun Wen Chuan tak terselamatkan. Nyonya Zhou sontak menangis histeris dalam pelukan Zhousheng Xing, kedua anak mereka, semuanya sudah tiada.
Chen akhirnya siuman setelah 3 hari, namun Shi Yi masih koma. Tanpa memedulikan kondisi dirinya sendiri, Chen ngotot pergi ke aula leluhur keluarganya untuk berdoa.
Padahal sejak kecil Chen tak pernah sekalipun mau bersujud di sana mengikuti jejak ayahnya. Namun sekarang demi istrinya, Chen bersusah payah bersujud di hadapan papan leluhur dan memohon kesembuhan untuk istrinya.
Keluarga Shi Yi sudah datang saat dia kembali ke rumah sakit, dan jelas saja mereka marah besar pada Chen. Parahnya lagi, dokter juga tidak bisa memperkirakan kapan Shi Yi akan sadar, bisa beberapa hari, atau bisa juga selamanya.
Ayah langsung menyatakan bahwa mereka akan membawa Shi Yi ke Shanghai dan menolak apa pun bantuan Chen. Tapi Chen tetap bertanggung jawab mengurus pemindahan Shi Yi ke Shanghai.
Chen sendiri baru kembali ke rumah mereka di Shanghai keesokan harinya, sendirian, menolak diantarkan oleh siapa pun. Rumah yang penuh kenangan dan keceriaan Shi Yi itu, sekarang menjadi sangat sepi.
Bersambung ke episode 29
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam