Memperhatikan Ding Xian yang kesulitan melihat papan tulis karena rabun jauhnya semakin bertambah parah, Si Yue dengan senang hati membantu Ding Xian menuliskan catatannya padahal dia sendiri sedang sibuk mempersiapkan kompetisi matematikanya.
Zi Qi dan Sha Di ingin mengajak mereka untuk main biliar hari Minggu nanti. Ding Xian awalnya menolak karena dia tidak bisa, tapi berkat dorongan Si Yue yang berkata bahwa dia akan mengajari Ding Xian nanti, Ding Xian akhirnya setuju juga.
Ding Xian mencoba minta kacamata baru pada orang tuanya. Tapi Ibu keberatan, malah menyuruh Ding Xian untuk pindah ke bangku depan saja. Ding Xian jelas tidak mau kalau harus pisah bangku sama Si Yue.
Mengalihkan topik, Ibu menyuruhnya untuk memilih IPS saja karena IPS lebih cocok untuk perempuan, IPA itu terlalu susah buat anak perempuan. Ding Xian tak setuju dan lebih ingin IPA, tapi Ibu tak mau tahu, berpikir kalau Ding Xian masih anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan ngotot memaksanya mengambil IPS.
Ding Xian jadi ngambek karenanya, bukan karena dipaksa mengambil IPS, tapi lebih karena Ibu tidak menghormatinya dengan tidak memberinya kebebasan dan hak untuk memilih sendiri. Ayah sebenarnya juga memiliki pemikiran yang sama dengan Ibu, tapi berbeda dengan Ibu, Ayah tidak akan memaksanya dan meyakinkan Ding Xian bahwa ia akan menghormati apapun pilihan Ding Xian. Senang, Ding Xian jadi makin semangat untuk belajar IPA lebih giat.
Sekarang karena Ayah sudah membelikan ponsel baru untuk Ding Xian, Ding Xian pun mengembalikan ponselnya Si Yue. Tapi gara-gara dia malah terlalu giat belajar IPA di tengah pelajaran bahasa Mandarin, Bu guru langsung membawanya ke ruang guru untuk diomeli.
Bukan cuma kedua orang tuanya, bahkan para guru juga kurang setuju jika dia mengambil IPA dan menasehatinya untuk mengambil IPS saja. Ding Xian jadi semakin galau sehingga dia langsung meminta pendapatnya Si Yue.
Si Yue meyakinkannya untuk tidak terlalu memikirkan ucapan orang lain dan pilih saja sesuai keinginan dan keahliannya. Ding Xian merasa dirinya lebih sesuai di IPA atau IPS, tentukan sendiri. Apapun pilihan Ding Xian, Si Yue pasti akan mendukungnya. Ding Xian senang.
Si anak rese itu lagi-lagi cari perkara. Kali ini gara-gara dia iri sama Si Yue yang diikutsertakan dalam kompetisi matematika, dia langsung ngeyel sama Pak Liu, menuntut untuk diikutsertakan juga. Bahkan dengan angkuhnya dia menolak membantu Wan Wan piket dengan alasan harus belajar untuk kompetisinya.
Bahkan saat Wan Wan membanding-bandingkannya dengan Si Yue, si anak rese itu semakin menjadi-jadi dengan menyinggung Wan Wan yang jelas-jelas pernah naksir Si Yue lalu gantian menyindir Si Yue yang selalu dianakemaskan sama Pak Liu. Si Yue diam saja, tapi Ding Xian tidak terima dan langsung angkat bicara penuh keberanian membela Si Yue dan mengkritik si anak rese itu.
Si Yue jelas senang dan tersentuh menndengar pembelaan Ding Xian. "Boleh juga. Sekarang kelinci kecil sudah berani melawan orang." Puji Si Yue.
"Itu karena kau mengajariku dengan baik."
Sha Di juga kagum padanya yang sekarang sudah bisa melindungi Si Yue. Bukan cuma ingin melindungi Si Yue, Ding Xian juga ingin terlihat cantik demi Si Yue. Karena Sha Di dan Ke Ke sama-sama pernah bilang kalau dia akan terlihat lebih cantik dengan poni, Ding Xian jadi ingin potong poni.
Tapi saking fokusnya ngomongin masalah potong poni, dia jadi tidak fokus di lapangan dan tiba-tiba saja ada shuttlecock yang menghantam sebelah matanya. Cemas, Si Yue langsung membawanya ke rumah sakit untuk di-rontgen.
Ding Xian sekalian memanfaatkan kesempatan itu untuk memberitahu Si Yue untuk tidak lagi membantunya membuat catatan, soalnya dia takut itu akan menunda kompetisinya Si Yue. Dia tidak mau konsentrasi Si Yue buyar karena dirinya.
Selain itu, dia juga berterima kasih pada Si Yue. Bukan karena Si Yue mengantarkannya ke rumah sakit, melainkan karena Si Yue mendukungnya saat orang lain menentang pilihannya.
Hari itu saat waktunya mengumpulkan formulir pemilihan jurusan, Ding Xian malah mendapati Si Yue sedang dimarahi habis-habisan oleh Pak Liu entah karena apa. Saat Ding Xian mengunpulkan formulirnya, Si Yue melihat Ding Xian ternyata tetap memilih IPA yang kontan membuatnya terkejut. (Sepertinya dia mengira kalau Ding Xian benar-benar akan memilih IPS sesuai tuntutan semua orang)
Ding Xian sudah memikirkan dan mempertimbangkannya dengan baik, dia bertekad akan membuktikan pada semua orang yang meragukannya kalau dia bisa mempelajari IPA dengan baik.
Sebelum pergi main biliar, Ding Xian mau pergi ke salon dulu untuk potong poni. Tapi Sha Di malah mencegahnya karena ternyata Sha Di malah nekat mau memotongnya sendiri. Ding Xian jelas sangat meragukan kemampuannya, tapi Sha Di ngotot mau memotongnya sendiri. Dan ternyata, bad feeling-nya Ding Xian jadi kenyataan, poni hasil potongan Sha Di jelek banget.
Ding Xian sampai jadi tidak pede saat mereka tiba di tempat biliar dan berusaha menutupi poninya saking malunya. Mereka tiba duluan di sana, Sha Di meninggalkannya sebentar untuk ambil minuman.
Tapi tiba-tiba saja Ding Xian melihat ada cowok yang nekat mau mencuri uang pemilik tempat biliar tepat di depan matanya. Ding Xian sontak berteriak memanggil si bos dengan penuh keberanian, dan jelas saja perbuatannya itu membuat si pencuri kesal. Untungnya Si Yue dan. Zi Qi muncul sebelum pencuri itu sempat melakukan apapun pada Ding Xian.
Saat Sha Di kembali, dia langsung mencium bau hari spray-nya Si Yue. Wah! Kalau cowok sudah mulai pakai hair spray, itu tandanya dia sedang berusaha mengesankan cewek yang dia sukai. Dan si cewek itu sudah pasti Ding Xian.
Ding Xian senang, tapi tetap saja dia malu sama poninya dan terus berusaha menutupi kepalanya, takut diketawain Si Yue. Tapi nggak tuh, malah di mata Si Yue, Ding Xian terlihat sangat imut. Senang, Ding Xian akhirnya lebih pede dengan poni barunya.
Karena Ding Xian tidak tahu cara mainnya, Si Yue pun langsung mengajarinya sehingga mereka menempel sangat dekat dan membuat Ding Xian tersipu malu. Tapi Si Yue malah tiba-tiba menertawainya gara-gara poninya terbelah.
Malu, Ding Xian langsung menjauh darinya dan menyatakan kalau dia sudah bisa sendiri sekarang. Dan ternyata dia memang belajar dengan cepat dan cukup berbakat sampai-sampai Zi Qi mengira kalau sebenarnya Ding Xian memang sudah bisa sebelumnya.
Ding Xian menyangkal, dia baru belajar sekarang. Si Yue pun bangga padanya dan pada dirinya sendiri yang sukses mengajari Ding Xian. Permainan jadi makin seru, Si Yue langsung melepaskan jaketnya lalu menyodorkannya ke Ding Xian, menyuruh Ding Xian memeganginya.
Tanpa mereka ketahui, Pak Liu mendatangi rumahnya Ding Xian untuk memberitahu Ibu tentang jurusan IPA yang dipilih Ding Xian. Ibu sontak tak setuju dan berniat mau menggantikannya sendiri, tapi Pak Liu jelas tidak setuju kalau Ibu asal melakukannya tanpa sepengetahuan Ding Xian.
Tapi Pak Liu sendiri sebenarnya juga kurang setuju dengan pilihannya Ding Xian. Biarpun nilai-nilainya Ding Xian bagus, tapi tetap saja dia akan kalah dari para elite jurusan IPA. Tapi mendengar Pak Liu menjelek-jelekkan putrinya, Ibu juga tidak terima dan langsung membela Ding Xian habis-habisan dan cepat-cepat mengusir Pak Liu dengan alasan kalau dia masih ada urusan.
Saat mereka hendak pulang, Si Yue memperhatikan si pria pencuri tadi sedang menarget Ding Xian. Cemas, Si Yue pun menolak ajakan karaokean Zi Qi dan lebih memilih untuk mengantarkan Ding Xian pulang.
Dia melihat si pencuri itu terus membuntuti mereka sepanjang jalan, tapi dia juga tidak memberitahu Ding Xian tentang itu dan hanya memperingatkannya untuk berhati-hati. Apalagi jika nanti dia harus pergi untuk melakukan kompetisinya, Ding Xian bakalan sendirian.
Setibanya di rumah, Ding Xian malah langsung dimarahi sama Ibu yang lagi-lagi mengungkit betapa tidak dihormatinya dirinya gara-gara Ding Xian yang seenaknya mengambil jurusan IPA. Ibu tidak terima dan menuntut suaminya untuk memindahkan Ding Xian ke IPS.
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam