Ding Xian akui kalau dia memang salah karena membuat keputusan sendiri tanpa bilang-bilang ke orang tuanya, tapi dia tetap menolak pindah ke IPS. Dan yang lebih penting, dia tidak mau berpisah dengan teman-temannya.
Berusaha menjadi penengah di antara ibu dan anak itu, Ayah berusaha meyakinkan Ding Xian untuk tidak marah pada Ibu. Ibu begitu hanya karena ia menyadari Ding Xian sudah semakin dewasa dan tidak membutuhkan orang tuanya lagi, Ibu tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaannya yang sebenarnya makanya dia hanya bisa ngamuk-ngamuk.
Setelah semalaman membujuk Ibu, akhirnya mereka sepakat bahwa nilai ujian IPA komprehensif-nya Ding Xian harus mencapai 270, baru Ibu akan menyetujui pilihan Ding Xian.
Syarat itu terlalu berat sebenarnya, bahkan Si Yue tak yakin kalau Ding Xian bisa mencapai nilai 250, apalagi 270, mimpi kali. Apalagi saat Si Yue melihat hasil kuis matematikanya, dia mendapati banyak rumus yang salah.
Ding Xian sontak ngambek mendengar ejekan Si Yue itu dan langsung keluar kelas, dan bertemu dengan Bo Cong yang sekarang sudah kuliah. Dia datang karena waktu kelulusannya kemarin, dia tidak sempat selfie sama Ding Xian.
Makanya sekarang dia mengajak Ding Xian selfie bersamanya dan mendengarkan curhatan Ding Xian tentang syarat yang diajukan ibunya itu. Berusaha menyemangatinya, Bo Cong percaya kalau Ding Xian pasti bisa, dia bersedia membantu kalau ada yang tidak Ding Xian mengerti. Biarpun dulu dia mengambil IPS, tapi ilmunya lebih dari cukup untuk mengajari Ding Xian.
Ding Xian lalu pamit balik ke kelas. Tapi tiba-tiba Bo Cong memanggilnya. Dan saat dia berbalik, Bo Cong tiba-tiba memotretnya tepat saat dia tersenyum lebar dan menghadiahkan foto itu untuknya dengan harapan Ding Xian akan selalu tersenyum seperti ini.
Saat dia kembali ke kelas, dia mendapati Si Yue sudah membantunya mengoreksi rumus-rumusnya yang salah. Tapi sikap Si Yue tidak terlalu ramah kali ini, bahkan dengan nada rada ketus menyuruh Ding Xian untuk latihan mengerjakan dua set soal ujian nanti malam.
Ding Xian jadi tidak enak padanya, apalagi Si Yue masih harus mempersiapkan kompetisi matematikanya dan jadi kurang tidur karenanya. Makanya Ding Xian meminta Si Yue untuk fokus saja ke kompetisinya. Tapi itu malah membuat Si Yue jadi makin kesal dan langsung pergi.
Ding Xian sama sekali nggak ngeh kalau Si Yue sebenarnya cemburu. Tadi Si Yue sempat melihat Ding Xian pergi bersama Bo Cong dan semakin cemburu saat melihat foto pemberian Bo Cong itu.
Si Yue bahkan tidak pamitan pada Ding Xian saat keesokan harinya dia pergi ke kamp pelatihan Olipiade matematika itu. Jadilah Ding Xian selalu sendirian selama beberapa hari berikutnya, dan baru saat itulah dia merasakan betapa kesepiannya dia tanpa kehadiran Si Yue di sisinya. Selama Si Yue absen, dia semakin rajin belajar hingga tes mingguannya pun mulai mendapatkan peningkatan.
Suatu hari, Ke Ke memergoki Sha Di yang sedang membuntuti Zi Qi yang jalan sama cewek lain. Sha Di jelas-jelas cemburu tapi bersikeras kalau dia tidak cemburu. Sejak saat itu, dia dan Ke Ke jadi akrab.
Di hari ultahnya Sha Di, mereka berdua mendatangi rumahnya Ding Xian untuk menjemputnya keluar untuk merayakan ultahnya Sha Di. Tapi berhubung Ding Xian lebih memilih untuk belajar dan mempersiapkan ujian, jadi dia memutuskan tidak ikut karaokean.
Dia kangen Si Yue dan langsung mengiriminya sms, curhat tentang ketakutannya tidak bisa mendapatkan nilai yang ditargetnya dan pada akhirnya akan dipindahkan ke IPS. Tapi Si Yue tidak membalas pesannya.
Tapi saat dia hendak membeli minuman, dia malah menyadari pria di belakangnya mencuri HP-nya. Tanpa pikir panjang, Ding Xian sontak lari mengejarnya tanpa sadar si pencuri itu adalah komplotannya si pencuri di tempat biliar dan mereka bekerja sama untuk balas dendam pada Ding Xian.
Ketakutan menyadari dirinya dijebak oleh geng penjahat itu, Ding Xian sontak melarikan diri dan menyembunyikan dirinya di balik pagar.
Untungnya Jiang Chen (temannya Si Yue yang bersekolah di sekolah lain) diam-diam membuntuti Ding Xian atas permintaan Si Yue karena Si Yue mencemaskan keselamatan Ding Xian. Dia langsung mengabarkan masalah ini ke Si Yue dan menelepon Zi Qi juga untuk menyelamatkan Ding Xian.
Bahkan saking cemasnya, Si Yue nekat melarikan diri dari kamp pelatihan dan tiba duluan di sana. Dia berusaha melawan mereka tapi kalah jumlah dan akhirnya dikeroyok. Untungnya Zi Qi cepat datang, dan Jiang Chen pun datang semenit kemudian dengan membawa pasukannya.
Para penjahat itu jadi ketakutan dan akhirnya minggat. Dan saat itulah Ding Xian baru berani keluar. Si Yue lalu mengantarkannya pulang. Dia mengaku sudah membaca pesannya Ding Xian dan menyemangati Ding Xian untuk santai saja dan tidak terlalu menekan diri sendiri.
Ding Xian mengaku bahwa tes matematika mingguannya yang kemarin, nilainya cukup bagus. Tapi... nilainya pasti akan lebih bagus lagi jika ada Si Yue. Sebelum masuk, dia juga menyemangati Si Yue untuk kompetisinya dan meyakinkan Si Yue kalau dia pasti bisa tetap di IPA.
Gara-gara nekat kabur dari kamp pelatihan, Si Yue jadi dihukum lari keliling lapangan dan sekarang seluruh kepalanya basah kuyup oleh keringat. Tapi saat Ding Xian meneleponnya tak lama kemudian karena cemas kalau dia dimarahi, Si Yue berbohong kalau dia tidak ketahuan biar Ding Xian tidak cemas.
Ding Xian tidak bilang apa-apa pada ibunya tentang kejadian menakutkan yang dialaminya barusan. Ibu jadi mengira kalau Ding Xian tidak serius belajar dan langsung menyita HP-nya.
Acara ultahnya Sha Di kembali dilanjutkan. Kali ini Zi Qi memanggil beberapa teman sekelas mereka untuk memeriahkan suasana. Tapi tiba-tiba ada beberapa pria yang muncul, mengingatkan Sha Di kalau mereka adalah teman SMP-nya Sha Di dan langsung berniat mau menyeret Sha Di bermain bersama mereka.
Untungnya yang lain sigap mencegah dan Zi Qi pun langsung mengusir mereka. Para pria itu tidak terima dan langsung sok preman memberitahu Zi Qi kalau mereka dari SMA 18 (SMA-nya Jiang Chen).
Tak gentar, Zi Qi dengan santainya memberitahu mereka tentang pertemanannya dengan Jiang Chen. Sepertinya Jiang Chen memang ditakuti. Mendengar namanya saja, para pria itu langsung ketakutan dan akhirnya pergi juga. Sha Di jadi semakin kagum dan terpesona sama Zi Qi.
Secara bersamaan di tempat yang berbeda, Si Yue dan Ding Xin sama-sama mengerjakan soal ujian masing-masing. Si Yue berhasil mengerjakan soal kompetisinya dengan baik, tapi dia tetap menolak memberitahu ke mana dia pergi malam itu dan langsung melarikan diri dari Pak Liu.
Tapi yang tidak diketahuinya, sebenarnya malam itu saat Si Yue menerima telepon dari Jiang Chen, si anak rese tak sengaja mendengarnya. Dan sekarang dia melaporkan hal itu ke Pak Liu. Pak Liu langsung tak senang.
Ding Xian sendiri akhirnya berhasil mendapatkan nilai 270. Tapi Ibu malah tetap keukeuh membujuknya untuk mengambil IPS. Ding Xian jelas tak senang dan langsung memprotes sikap Ibu yang tidak jujur ini. Ibu akhirnya mengalah dan mengembalikan HP-nya Ding Xian yang disitanya.
Pak Liu yang khawatir kalau Ding Xian bisa memengaruhi murid kesayangannya, langsung memanggil Ding Xian dan menuntut Ding Xian untuk bertukar bangku dengan Zi Qi.
Ding Xian jelas tidak mau menurut begitu saja. Maka dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Pak Liu, jika dalam ujian bulan depan dia masih belum ada perkembangan, maka dia rela pindah bangku.
Saat Ding Xian menceritakan hal itu ke Sha Di, Sha Di sendiri jelas tidak setuju kalau harus pisah bangku sama Zi Qi. Apalagi sejak malam ulang tahunnya kemarin, perasaannya pada Zi Qi mulai berbeda.
Kembali ke kelas, Si Yue langsung cemburu mendapati Xiao Feng sedang tanya-tanya pada Ding Xian tentang cara mengerjakan soal. Maka dia langsung memancing Xiao Feng untuk belajar pada dirinya saja biar Ding Xian tidak diganggu Xiao Feng terus.
Tapi ujung-ujungnya Xiao Feng jadi terlalu bersemangat menanyakan soal setiap hari padanya sampai Si Yue kelelahan karenanya. Parahnya lagi, Zi Qi dengan seenaknya mendaftarkan namanya untuk pertandingan basket.
Si Yue benar-benar tidak ada tenaga untuk bertanding. Dia bahkan tidak peduli biarpun tim kelas mereka ketinggalan jauh dari tim lawan. Tapi begitu melihat Ding Xian muncul di lapangan dengan membawa poster penyemangat untuknya, energi dan semangat juang Si Yue mendadak bangkit dengan berapi-api... hingga sukses membuat tim kelas mereka menang.
Bukan hanya memenangkan pertandingan basket, dia juga berhasil menjadi juara satu dalam kompetisi matematika kemarin. Sayangnya, kecapekan selama beberapa hari kemarin membuat Si Yue benar-benar ambruk sehingga dia tidak masuk kelas saat Pak Liu mengumumkan kemenangannya.
Si anak rese tidak terima dan langsung sinis menuduh Si Yue menang berkat Pak Liu dan mencoba menghasut semua orang dengan memberitahu mereka tentang Si Yue yang melarikan diri dari tempat pelatihan malam itu.
Tapi alih-alih mendapat dukungan, seluruh kelas jelas lebih mendukung Si Yue dan balas menyerang si anak rese. Mereka jelas tidak percaya dengan provokasinya, apalagi mereka juga sudah mendengar kalau Si Yue dihukum lari sepuluh putaran malam itu. Tapi Ding Xian jadi merasa bersalah karena baru tahu kalau Si Yue mendapat hukuman malam itu, dan semua itu gara-gara dirinya.
Malam harinya, dia mencari Si Yue di rumahnya. Tapi biarpun dia sudah berusaha memanggilnya berulang kali, tetap saja tidak mendapat jawaban. Akhirnya dia nekat melempar batu ke jendela kamarnya Si Yue, tapi malah tak sengaja memecahkan kaca jendelanya. Pfft!
Ternyata tadi dia sedang tidur, ibunya juga sedang keluar, makanya tak ada yang menjawab panggilan Ding Xian. Karena Si Yue belum makan, Ding Xian pun berinisiatif memasakkan bubur untuknya. Tapi airnya banyak banget, buburnya akhirnya jadi terlalu cair kayak sup. Wkwkwk! Tapi tidak masalah, biarpun rasanya sebenarnya tidak enak, tapi Si Yue tetap memakannya, apalagi Ding Xian menyuapinya.
Ding Xian bertanya-tanya apakah Si Yue kelelahan. Dia takut kalau Si Yue terlalu lelah hingga dia jadi depresi. Si Yue penasaran, apa yang akan Ding Xian lakukan jika suatu hari nanti benar-benar akan terjadi hal seperti itu.
"Maka aku akan membantumu tanpa syarat dan menemanimu di sisimu." Jawab Ding Xian tanpa ragu.
Si Yue tersentuh mendengarnya. "Kau bodoh, yah? Aku tidak selemah yang kau pikirkan. Lagipula, pasti akan ada lebih banyak kesulitan di masa depan. Namun aku tidak akan membuatmu khawatir."
Ibu tak sengaja membaca buku dairy-nya Ding Xian di mana dia menulis segala kegiatannya, termasuk kegiatannya setiap kali bermain bersama teman-temannya. Dan itu kontan membuat Ibu ngamuk, mengira Ding Xian tidak serius belajar.
Ding Xian jelas kesal dengan Ibu yang seenaknya melihat buku dairy-nya hingga dia langsung melempar buku dairy itu keluar jendela lalu kabur. Tapi saat dia berusaha mencari buku itu di sesemakan, dia malah tidak bisa menemukannya.
Kebetulan Si Yue lewat dan memberitahu kalau tadi dia melihat ada pemulung lewat. Ding Xian sontak menangis menyadari buku dairy-nya benar-benar hilang.
Berusaha menghiburnya, Si Yue langsung mengajak Ding Xian ke rumahnya, memasakkan mie instan untuknya, dan mendengarkan curhatan Ding Xian tentang ibunya yang tidak pernah memahaminya dan tidak pernah mempercayainya.
Si Yue meyakinkan bahwa ibunya melakukan ini justru karena dia peduli sama Ding Xian. Ibunya benar-benar baik padanya. Si Yue lalu menunjukkan sebuah robot mini padanya (robot yang kita lihat di episode 1, tapi ternyata itu bukan boneka robot, melainkan robot beneran hasil ciptaan Si Yue).
Robot itu bisa dikendalikan dengan suara. Si Yue menyuruhnya menari, dan robot itu langsung menari, dan sukses menghibur Ding Xian hingga senyumnya kembali merekah. Tapi dia masih belum ingin pulang. Jadi... Bolehkah dia menginap semalam di rumah Si Yue? Si Yue sontak melotot kaget mendengar pertanyaannya.
Bersambung ke episode 10
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam