Sinopsis Our Secret Episode 3

Malu akan kedekatan mereka, Ding Xian pun langsung kabuuuuurrrr. Tapi kemudian, dia akhirnya mau juga berusaha untuk mendekatkan diri dengan yang lain dengan cara membagi-bagikan coklat untuk Sha Di dan Zi Qi, dia bahkan tidak tersinggung lagi setiap kali Zi Qi memanggilnya 'Monster Kecil'. 

Dia bahkan menyodorkan sebiji ke mejanya Si Yue yang otomatis membuat Deng Wan Wan cemburu. Wan Wan berusaha menawarkan coklat impor miliknya, tapi Si Yue dengan manisnya memakan coklat pemberian Ding Xian dengan alasan lagi butuh asupan gula.

Sha Di dan Zi Qi bisa melihat dengan jelas bahwa ada 'sesuatu' di antara Ding Xian dan Si Yue. Zi Qi juga memperhatikan kalau Si Yue belakangan ini jadi lebih perhatian pada Ding Xian.

Hari Sabtu saat Ding Xian ditugaskan ibunya untuk mencari adiknya ke arena permainan arcade, dia tak sengaja bertemu Si Yue dan yang lain. Sha Di sebenarnya ingin mengajaknya Ding Xian sedari kemarin malam, tapi dia tidak punya nomor ponselnya Sha Di. Ding Xian canggung mendengarnya, soalnya dia memang tidak punya ponsel.

Saat Si Yue melewatinya untuk membeli koin, tiba-tiba saja dia berkata... "Hari Senin, pindah kembali (sebangku dengannya)." 

Ternyata dia berhasil membujuk Wan Wan untuk bertukar bangku lagi, tapi dengan cara menjelek-jelekkan Ding Xian, mengklaim kalau fondasi belajarnya Ding Xian buruk dan butuh dibimbing.

 

Zi Qi tiba-tiba menantang Ding Xian untuk tanding DDR dengannya. Ding Xian awalnya menolak karena dia tidak pernah main begituan. Tapi karena semua orang mendesak, terpaksa dia menuruti mereka. Sha Di dengan sengaja melepaskan tasnya Ding Xian lalu menyodorkannya ke Si Yue. Pfft!

Awalnya dia memang agak kesulitan, tapi dia belajar dengan cepat dan tiba-tiba saja sekarang dia malah lebih unggul dari Zi Qi... Hingga sukses mengalahkannya, dan membuat semua orang terkagum-kagum padanya.

 

Tapi saat Si Yue menantangnya untuk main mesin capit, kali ini Ding Xian benar-benar tidak bisa padahal dia ingin sekali mendapatkan boneka dinosaurus warna hijau. Si Yue malah dengan mudahnya mendapatkan dua boneka masing-masing untuk Wan Wan dan Sha Di. Kesal dan malu, Ding Xian langsung menolak dan bergegas pergi saat Si Yue ingin mendapatkan boneka juga untuknya. 

 

Sesampainya di rumah, Ding Xian mencoba mengungkapkan keinginannya untuk punya ponsel pada ibunya. Sayangnya tidak bisa karena keluarga mereka tidak cukup mampu untuk membeli HP.

Keesokan harinya di sekolah, Ding Xian dengan lihainya berhasil membujuk bapak wali kelas untuk mengizinkan Ding Xian pindah kembali jadi teman sebangkunya dengan alasan ingin membimbing belajarnya Ding Xian sebagai balas budi pada ayahnya Ding Xian yang telah mengajarinya tentang ilmu politik.

Pak wali kelas awalnya tak percaya kalau cuma itu alasannya. Tapi tiba-tiba ayahnya Ding Xian datang dan langsung membenarkan kalau ia memang mengajari Si Yue ilmu politik. Malah Ayah dengan antusias menginginkan Si Yue dan putrinya untuk duduk sebangku agar mereka bisa belajar bersama. Pak wali kelas benar-benar speechless gara-gara itu hingga dia terpaksa menyetujui Ding Xian pindah sebangku dengan Si Yue.

 

Begitu masuk kelas dan melewati mejanya Ding Xian, Si Yue langsung memerintahkan Ding Xian untuk pindah kembali ke meja mereka. Dan tentu saja Ding Xian langsung pindah dengan senang hati.

Yang lebih tak disangkanya, Sha Di tiba-tiba memberinya boneka dinosaurus yang kemarin diinginkannya. Tapi bukan dia yang mendapatkannya, melainkan Si Yue. Tapi Si Yue terlalu malu untuk menyerahkannya secara langsung, jadi dia menyuruh Sha Di untuk memberikannya padanya.

 

Saat hanya mereka berdua di kelas, Si Yue dengan penuh harga diri beralasan kalau dia mendapatkan boneka itu hanya karena dia sudah mendapatkan satu untuk Sha Di dan satu lagi untuk Wan Wan, jadi sekalian saja dia tangkap boneka itu untuk Ding Xian juga. Kalau tidak mau yah kembalikan saja.

Si Yue sontak merebut boneka itu, dan Ding Xian langsung berusaha mengambilnya kembali... sehingga posisi mereka jadi sangaaaaat dekat dan membuat keduanya terpana pada satu sama lain. Canggung, Ding Xian buru-buru menjauh dengan tersipu malu.

Si Yue langsung berubah sok jaim lagi dan melempar boneka itu ke Ding Xian, mengklaim kalau dia tidak butuh boneka dinosaurus jelek itu. Tapi menurut pandangan Ding Xian, boneka itu tuh buaya. Si Yue berusaha mengoreksinya kalau itu dinosaurus, ujung-ujungnya mereka malah otot-ototan antara dinosaurus dan buaya. 

Di labelnya jelas tertulis itu dinosaurus, tapi Ding Xian masa bodoh. Boneka itu sekarang miliknya. Kalau dia bilang itu buaya yah berarti buaya. Titik! Ding Xian benar-benar bahagia sekarang. Kehidupan SMA-nya yang dia kira bakalan suram, sekarang mulai semakin membaik.

 

Tapi saat hasil ujian matematika dibagikan, dia jadi sedih lagi gara-gara nilainya jauh lebih rendah dari nilainya Si Yue. Memperhatikan ekspresinya itu, Si Yue dengan senang hati mengajarinya cara yang yang baik dan benar dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

Tapi Ding Xian bahkan tidak mendengarnya saking terpesonanya sama Si Yue. Alhasil, dia jadi tidak bisa menjawab saat Si Yue tanya. Dasar! Bagaimana bisa dia masuk sekolah ini?

Ding Xian mengaku itu karena dorongan dari Bo Cong. Dulu waktu kecil, nilai-nilainya sangat jelek karena perkembangannya cukup lambat. Bo Cong-lah orang yang menyemangatinya untuk terus maju dan berkata padanya bahwa dia juga pasti bisa melakukan apa yang bisa dilakukan oleh orang lain. Jika dia tidak bisa, itu hanya karena dia kurang berusaha.

Menurut Si Yue, Ding Xian mengalami banyak kesulitan dalam belajarnya itu hanya karena caranya salah. Si Yue kan sudah pernah bilang padanya, catat saja yang paling penting.

Tapi malam harinya saat Ding Xian menyerahkan catatan terbarunya untuk diperiksa Ibu. Ibu malah mengomelinya dan menuduh Ding Xian tidak serius belajar gara-gara catatannya terlalu sedikit. Tapi saat dia bilang kalau Si Yue yang mengajarinya mencatat seperti, Ibu akhirnya tak mempermasalahkannya lagi. Ayah juga lebih suka catatannya yang seperti ini, lebih jelas.

 Keesokan harinya, Ding Xian memberikan bekal makan siang dari ibunya untuk Si Yue. Dan Si Yue dengan manisnya membalasnya dengan sebotol susu kedelai. Bahkan saat Ding Xian mengeluh tasnya berat, Si Yue langsung membantu mengangkat tasnya sepanjang jalan sampai mereka tiba di gerbang sekolah.

 

Hari ini tiba-tiba kelas mereka kedatangan murid yang baru masuk, Yang Chun Zi. Sebenarnya dia teman SMP mereka, hanya saja dia memang agak tertinggal karena sedang sakit. Dan tampak jelas hubungannya cukup akrab dengan Si Yue.

 

Cantik, pintar dan populer. Itulah Yang Chun Zi. Dia jalan saja, semua mata langsung berpaling menatapnya. Begitu memesonanya dia sampai-sampai Zi Qi ingin sekali duduk sebangku sama dia. Dan kontan saja ucapannya itu langsung mendapat jeweran dari Sha Di yang cemburu.

Menurut informasi dari Zi Qi, Ding Xian mengetahui kalau hubungan Chun Zi dan Si Yue sangat baik. Bahkan semasa SMP, banyak teman mereka yang bilang kalau Si Yue dan Chun Zi sangat serasi. Ding Xian tampak jelas cemburu, iri, kagum sekaligus minder pada Chun Zi.

 

Bapak wali kelas mengumumkan bahwa hari ini adalah pemilihan kader kelas tetap. Deng Wan Wan dengan penuh semangat mencalonkan diri untuk tetap jadi ketua kelas. Pak wali kelas sebenarnya menginginkan Si Yue yang jadi komite pembelajaran, tapi Si Yue menolak. Akhirnya posisi itu diberikan ke mantan teman sebangkunya Ding Xian yang rese.

Zi Qi berebut dengan Liu Xiao Feng memperebutkan posisi komite olahraga, tapi akhirnya dia yang menang dengan memaksa Xiao Feng untuk mengalah dengan mengiming-imingnya bola basket limited edition.

Sementara untuk komite seni, Ding Xian yang berbakat menggambar, berniat mau mencalonkan diri. Tapi sayangnya, dia teralu ragu-ragu sehingga dia kalah cepat dari Chu Zi yang dengan penuh percaya diri menggembar-gemborkan bakat seninya. Baik menggambar, menari dan menyanyi. Dia juga sudah berpengalaman sebagai komite seni selama 3 tahun masa SMP.

 

Saat Chun Zi membagi-bagikan formulir untuk mengetahui minat seni para murid, dia mendapati Ding Xian ternyata pintar menggambar. Dia bahkan melihat Ding Xian menggambar telur pindang (gambar mukanya Si Yue yang digambarkan sebagai telur pindang), seketika itu pula dia langsung merekrut Ding Xian untuk membantunya membuat seni papan tulis.

Ding Xian jadi semakin iri pada Chun Zi saat melihat Chun Zi dengan santainya mengambil pensil punyanya Si Yue padahal biasanya Si Yue tidak suka barangnya disentuh orang lain. Hubungan mereka benar-benar seakrab itu sehingga Si Yue tidak mempermasalahkan Chun Zi menyentuh barang-barangnya. 

 

Tapi saat Ding Xian tengah menggambar di papan tulis, Zi Qi tak sengaja menyenggolnya sehingga dia oleng ke belakang. Untungnya Si Yue sigap mendorongnya, tapi malah membuat mukanya Ding Xian nempel ke papan dan pipinya tercoreng kapur warna-warni. Ujung-ujungnya mereka jadi tengkar bak pertengkaran sepasang kekasih.

Karena pelafalan bahasa Inggris-nya Ding Xian ancur lebur, dia langsung meminjam buku dan CD bahasa Inggris-nya Bo Cong. Tapi Bo Cong juga bisa melihat ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ding Xian. Ding Xian akhirnya curhat tentang Chun Zi dan hubungan gadis itu dengan teman sebangkunya yang cukup akrab.

"Jadi sebenarnya yang kau pedulikan itu dia... atau teman sebangkumu? Teman sebangkumu itu laki-laki, kan?" Goda Bo Cong.

Ding Xian sontak tersipu malu berusaha menyangkalnya, meyakinkan Bo Cong kalau dia dan teman sebangkunya itu cuma teman saja. 

 

Pelajaran ternyata sudah dimulai saat Ding Xian kembali ke kelas tak lama kemudian. Dan Si Yue langsung melemparkan buku catatannya karena ternyata dia sudah membantu mencatatkan beberapa catatan penting selama Ding Xian bolos tadi. Tapi dia langsung berubah cemburu saat melihat nama Bo Cong di buku bahasa Inggris yang dibawa Ding Xian itu.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments