Sinopsis You Are My Hero Episode 38

Ke Lei terpana melihat Mi Ka yang tampak begitu cantik dalam balutan gaun pengantin. Mereka berdua menjadi begitu larut dalam dunia mereka sendiri sehingga Wen Bo dan Qing Xia memutuskan diam-diam pergi meninggalkan mereka.

Ke Lei menyesal sekarang, menyesal karena sudah menyetujui Mi Ka untuk pergi ke luar negeri. Tapi sudah terlambat untuk menyesalinya, jadi Ke Lei terpaksa tetap mengizinkannya pergi.

"Tapi kau harus pergi dengan status sebagai istri Xing Ke Lei." Ujar Ke Lei lalu memakaikan cincin tunangannya yang sekarang dia jadikan bandul kalung. (Bukan istri beneran sih, cuma itu sebagai simbol bahwa Mi Ka sudah ada yang punya)

Sejak itu mereka pun menghabiskan saat-saat kebersamaan mereka dengan penuh kebahagiaan.

Qing Xia dan Wen Bo melakukan pemotretan pre-wedding di markas SWAT bersama semua anggota SWAT. 


Mi Ka lalu memperlihatkan foto-foto itu pada para perawat. Tapi foto yang paling mencuri perhatian mereka adalah fotonya Ke Lei yang tampak sangat tampan. Para perawat itu sontak menggodai Mi Ka untuk segera menikahi Ke Lei, membuat Mi Ka jadi sedih karenanya.

Di jam makan siang, Dokter Shao menemukan Mi Ka makan sendirian di taman. Dokter Shao mengerti perasaannya, Mi Ka pasti mengkhawatirkan Ke Lei.

"Sebenarnya aku tahu dia merasa sedih. Tapi dia juga takut aku akan sedih. Dia juga berpura-pura seakan-akan tidak peduli."

Dokter Shao sebenarnya iri pada mereka. Mereka saling mengerti dan memahami, dan juga saling perhatian. Jika saja dia dan Ke Yao dulu seperti mereka, mungkin dia dan Ke Yao tidak akan pernah berpisah.

Dulu, di antara mereka tidak ada yang mau mengungkapkan pendapat dan perasaan satu sama lain. Saat Ke Yao bilang ingin berhenti kuliah untuk pulang dan mengambil alih bisnis keluarga, Dokter Shao berpikir bahwa itu artinya Ke Yao sudah melepaskannya.

Waktu itu Dokter Shao terlalu angkuh untuk memintanya tetap tinggal. Selain itu, dia juga berpikir melepaskan Ke Yao adalah demi kebaikannya. Dan begitulah bagaimana Ke Yao kemudian pergi dan mereka pun terpisah.

Dokter Shao menyesalinya selama bertahun-tahun ini. Jika saja waktu itu dia mencegah Ke Yao pergi, Ke Yao pasti tidak akan pergi. Dan mungkin sekarang Mi Ka harus memanggilnya 'Kakak Ipar'.

Mi Ka heran mendengarnya, biasanya Dokter Shao tidak terlalu suka bercerita. Apakah mungkin Dokter Shao bercerita sebanyak ini padanya karena Dokter Shao ingin dia menyampaikan semua itu pada Ke Yao?

"Aku merekomendasikanmu ke Pusat Kedokteran Ailun ternyata memang tidak salah. Kenapa? Karena otakmu encer." Ujar Dokter mengiyakan dugaan Mi Ka secara tak langsung.

Jadilah Mi Ka menemui Ke Yao malam harinya untuk menyampaikan semua hal yang dikatakan Dokter Shao padanya tadi dengan sedetil-detilnya.

"Dia meminjam mulutmu untuk minta maaf padaku?"

"Menurutku dia bukan minta maaf. Melainkan menyatakan cinta."

Ke Yao mengaku bahwa waktu itu dia dan Dokter Shao bertengkar gara-gara masalah Mi Ka yang akan pergi ke pusat kedokteran Ailun. Ke Yao khawatir kalau Mi Ka dan Ke Lei akan berakhir seperti mereka berdua dulu.

Tapi sekarang Ke Yao kagum pada Mi Ka yang bisa berkata pada Ke Lei kalau Mi Ka tidak bisa meninggalkannya. Sesuatu yang tidak pernah bisa dia dan Dokter Shao katakan pada satu sama lain dulu.

Ke Yao adalah orang yang selalu memikirkan dan mempertimbangkan banyak hal. Waktu itu, dia harus memikirkan orang tuanya tapi juga perasaan Dokter Shao.

Karena itulah waktu Dokter Shao terlalu gengsi untuk menahannya pergi, Ke Yao juga terlalu gengsi untuk tetap tinggal. Waktu itu jika dia bilang kalau dia mau tetap tinggal, itu artinya dia bakalan harus terus menempel pada Dokter Shao.

"Sekarang dipikir-pikir, cinta memang butuh keberanian dan dorongan."

Mi Ka sungguh tidak mengerti apakah gengsi lebih penting daripada dua orang yang saling mencintai. Setiap kali Ke Lei bertugas di malam hari, Mi Ka sering tidak bisa tidur saking khawatirnya. Terus menerus mengecek ponselnya kalau-kalau Ke Lei mengirim kabar.

Saat dia tidak mendapat kabar apapun, dia jadi berpikir berlebihan. Berpikir mungkin Ke Lei terluka atau terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Ke Yao mengerti perasaannya. Saat dia bisa tidur pun, dia pasti akan tiba-tiba terbangun tengah malam dengan hati gelisah, memikirkan sesuatu yang mungkin terjadi padanya. Bagaimanapun dia adalah kakaknya Ke Lei. Jadi dia juga mengkhawatirkan hal yang sama seperti Mi Ka.

"Untuk dua tahun ke depan, kau harus bersiap-siap. Perasaan tidak bisa bertemu dan khawatir, sangat sulit untuk menahannya."

Ke Lei bercerita padanya bahwa waktu Mi Ka bilang tidak jadi pergi, Mi Ka menangis. Ke Lei jadi sangat sedih waktu itu, dia tidak ingin masa depan Mi Ka terpengaruh olehnya.

"Kenapa dia berpikir begitu. Melihatnya tidak marah sama sekali, aku merasa sangat-sangat bersalah padanya."

"Karena itulah, tak peduli di mana pun kau berada, pergi berapa lama, cintailah adikku dengan baik, sayangilah dia dengan baik. Ke Lei benar-benar sangat baik."

"Pasti akan kulakukan, Kak Ke Yao. Kalau begitu, kau juga pertimbangkalah soal Dokter Kepala Shao."

"Baiklah."

Tak lama kemudian, Ke Yao menelepon Dokter Shao. Dengan canggung dia membahas masalah mencari rumah. Ke Yao punya kenalan yang memperlihatkan sebuah perumahan padanya, Ke Yao sudah melihatnya dan menurutnya lumayan bagus dan cocok buat Dokter Shao. Jadi bagaimana kalau Dokter Shao melihat rumah itu?

"Jadi, apakah itu hanya cocok untuk aku seorang?"

"Hmm... cocok untuk kita berdua."

Dokter Shao senang. "Oke. Kalau begitu, hari sabtu ini kita pergi melihatnya bersama, oke?"

"Oke."

Hari ini resepsi pernikahannya Qing Xia dan Wen Bo, cuma acara kecil-kecilan dan sederhana untuk teman-teman mereka saja. Bahkan Lu Feng pun datang tanpa rasa dendam, benar-benar setulus hati berbahagia untuk mereka.

Saat Ke Lei dan Mi Ka datang, semua orang sontak heboh melihat cincin berlian besar yang dipakai Mi Ka di lehernya. Ke Lei dengan rendah hati berkata kalau dia mampu membeli cincin itu berkat kerja keras orang tuanya (maksudnya dia anak orang kaya, gitu).

Acara dimulai tak lama kemudian dengan diawali oleh sambutan kedua pengantin. Qing Xia yang seorang reporter, bisa berpidato dengan lancar. Tapi Wen Bo gugup banget. Tapi saat akhirnya dia bisa bicara, kata-katanya sungguh mengharukan.

Dia mengucap terima kasih pada Qing Xia, kegigihan dan keteguhan Qing Xia-lah yang membuatnya akhirnya memiliki keberanian. Seandainya ada kesempatan untuk mengulang sekali lagi, dia pasti tidak akan begitu bimbang dan menghindar sehingga membuat Qing Xia terluka.

"Aku akan memberitahumu saat itu juga bahwa aku mencintaimu. Bertemu denganmu adalah hal yang paling beruntung dalam hidupku. Dan juga karena bertemu denganmu, aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih, Xia."

Wow, sungguh ungkapan cinta yang indah. Semua orang sontak bertepuk tangan dan bersorak heboh menyuruh pengantin pria mencium pengantin wanitanya. Wen Bo pun menciumnya mesra, dan Lu Feng langsung memotret momen itu.

Ke Lei khawatir, takut Lu Feng sedih. Tapi tidak, Lu Feng setulus hati berbahagia untuk mereka. Dia benar-benar merasa kedua orang itu sangat cocok. Qing Xia sangat periang dan bebas, dan Wen Bo bisa bersabar menghadapinya. Mereka pasti akan hidup bahagia.

Sekarang saatnya bersulang. Tapi terlebih dulu, Qing Xia berdoa, semoga sahabat baiknya, Mi Ka, akan menjadi orang berikutnya yang mendapatkan kebahagiaan.

"Xing Ke Lei, perlakukan Mi Ka kami dengan baik. Mengerti, tidak?" Ancam Qing Xia.

"Baik!"

Qing Xia mendadak punya ide bagus saat itu dan langsung menyuruh Mi Ka dan Ke Lei untuk minum sambil bersilangan tangan. Semua orang pun sontak bersorak menyemangati mereka. Ke Lei sih tidak keberatan dan dengan senang hati minum bersilangan tangan dengan Mi Ka.

Melihat kedua pengantin yang tampak begitu mesra, Mi Ka jadi teringat saat Wen Bo berkata bahwa dia mencintai Qing Xia tadi. Dan itu membuatnya sadar bahwa selama ini Ke Lei belum pernah bilang begitu padanya.

"Apa kau mencintaiku?"

Ke Lei terdiam beberapa detik sebelum akhirnya dia berkata. "Seharusnya yang kau tanyakan adalah 'Seberapa besar cintaku padamu'."

Mi Ka akhirnya pergi ke luar negeri, dan mereka menjalani kehidupan masing-masing dengan tetap rutin video call atau cuma sekedar saling sapa di chat.

Mi Ka selalu membawa gantungan kunci boneka beruang polisinya yang dia jadikan gantungan pulpen. Sedangkan Ke Lei selalu menghitung hari-hari perpisahan mereka, menulis kerinduannya di setiap tanggal dan berbagai momen spesial mereka... hingga tak terasa, dua tahun pun berlalu begitu saja. Tapi Mi Ka belum bisa pulang karena proyeknya belum selesai.

Hari itu, Ke Lei baru selesai melatih tim SWAT lain dalam sesi pelatihan tertutup, dia menjadi pelatih mereka selama 3 bulan ke depan. Setelah itu, dia video call dengan Mi Ka yang lagi makan dengan sembarangan sampai remahan rotinya jatuh ke bajunya.

Ke Lei sontak mengomeli cara makannya itu. Mi Ka sih masa bodo, senang malah karena Ke Lei cuma bisa melihatnya dari kejauhan tapi tidak bisa mengaturnya.

"Baiklah. Jika kau seperti ini, aku juga bisa tenang. Selain aku, tidak ada orang yang akan menyukaimu."

Siapa bilang? Asal Ke Lei tahu saja, di laboratoriumnya ada Davy, Taro dari Jepang dan seorang kakak senior ganteng yang semuanya menyukainya. Ke Lei langsung cemburu, orang-orang itu tidak tahu malu apa?

Pfft! Katanya tidak ada orang lain yang suka sama Mi Ka, terus apa yang Ke Lei cemaskan? Jangan khawatir. Mi Ka punya jurus ampuh untuk menolak siapapun yang tertarik padanya. Yaitu dengan cara menunjukkan wallpaper HP-nya yang memakai foto mesra mereka berdua. Ke Lei langsung senang, wallpaper-nya juga sama.

"Apa kau punya dua buah ponsel?" Curiga Mi Ka.

"Siapa bilang?... Aku punya tiga (Pfft!). Tapi yang dua sudah tidak kupakai lagi. Aku juga tidak akan menambahkan kontak lawan jenis lagi."

Ke Lei lalu meminum minuman kesukaan Mi Ka. Berhubung Mi Ka tidak ada di sini, jadi Ke Lei membantu meminumnya untuk Mi Ka.

"Kau merindukanku, yah?" Goda Mi Ka

"Ini namanya mengenang orang lewat benda."

"Aku kan belum mati. Menjijikkan!"

"Aku sudah jadi begini demi dirimu. Masa tidak ada hadiah?"

"Hadiah? Hadiahnya adalah... bulan depan aku bisa pulang lebih awal."

Hah? Serius? Serius lah, yah walaupun dia pulang hanya untuk menemani mentornya sebagai penerjemah di sebuah forum amal kedokteran. Tapi tetap saja Ke Lei senang, akhirnya mereka akan bertemu lagi.

Usai latihan, Wen Bo langsung pulang ke istri tercinta yang ketiduran di sofa menunggunya. Err... nggak ding, Qing Xia pura-pura doang biar suami tercintanya membopongnya. Mereka mesra banget deh.

Tapi ujung-ujungnya Qing Xia jadi sebal gara-gara Wen Bo malah terlalu rajin sit-up. Qing Xia sampai heran, apa tidak bisa kalau tidak latihan sehari saja?

Tapi Wen Bo tetap keras kepala karena latihan tidak boleh terlewatkan barang satu hari pun. Gemas, Qing Xia langsung saja menggodanya dengan memberinya kecupan dalam setiap gerakannya.

Mi Ka akhirnya kembali ke Cina untuk menghadiri forum medis itu dan tak sengaja bertemu Yan Shan yang juga hadir menemani mentornya sendiri. Kedua sahabat itu langsung duduk bersama untuk ngobrol.

Yan Shan penasaran apakah Mi Ka akan meneruskan studinya setelah proyeknya yang sekarang selesai. Mi Ka bilang tidak, dia tidak akan menerimanya. Tepat saat itu juga, Ke Lei menghubunginya. Oooh, Yan Shan mengerti alasannya, Mi Ka diawasi dengan ketat rupanya.

Menurut perhitungan Ke Lei, dia yakin sekali kalau sekarang Mi Ka sudah tiba di hotel. Mi Ka memberitahu bahwa meeting-nya akan berlangsung selama 3 hari. Setelah itu, dia bisa pergi mencari Ke Lei.

"Masih tiga hari lagi? Satu hari saja terasa seperti satu tahun." Keluh Ke Lei manja. Yan Shan sampai merinding mendengarnya.

"Pak Polisi, tolong jangan bermanja-manja, oke? Kirimkan lokasimu padaku."

"Kau akhirnya pulang setelah sekian lama. Aku malah tidak bisa pergi menjemputmu."

"Tidak masalah. Beri aku kompensasi setelah kau pulang."

"Oke. Terserah kompensasi apa saja."

"Sungguh? Kalau begitu, aku harus memikirkannya dengan baik. Aku sedang bersama Yan Shan sekarang, nanti aku masih harus rapat. Sampai di sini dulu, yah. Dah!"

Duh, Yan Shan benar-benar merinding mendengar kemesraan mereka.

Yang tak disangka, ternyata pekerjaannya Mi Ka berakhir lebih cepat dari perkiraan. Pada saat yang bersamaan, Ke Lei juga memutuskan untuk mengakhiri latihannya lebih cepat.

Tapi keduanya sama-sama tidak saling memberitahu tentang itu, dan memutuskan untuk saling memberi kejutan dengan mendatangi satu sama lain. Bahkan saking tak sabarannya ingin bertemu satu sama lain, mereka langsung pergi saat itu juga.

Tapi yang tidak Mi Ka ketahui, saat dia mampir ke sebuah mini market, ada seorang polisi yang sedang mengawasi pergerakan penjahat yang berada di dalam tempat itu.

Bersambung ke episode 39

Post a Comment

0 Comments