Baru saja Ke Yao dan Dokter Shao berbahagia, tiba-tiba Dokter Shao memberitahu Ke Yao bahwa Mi Ka akan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya di Ailun.
Ke Yao sontak menghubungi Ke Lei dan menyuruhnya datang ke rumahnya secepatnya, sebelum kemudian berpaling mengomeli Dokter Shao. Ke Yao tidak terima dengan keegoisan Dokter Shao yang sedari dulu selalu lebih mengutamakan profesinya doang.
Tapi Dokter Shao sama sekali tidak mengerti apa salahnya. Memangnya dia salah merekomendasikan Mi Ka ke Ailun? Justru ini akan sangat bermanfaat untuk masa depan Mi Ka.
Ke Yao tidak setuju, dia takut Mi Ka dan adiknya akan jadi seperti mereka yang putus dan terpisah bertahun-tahun. Mereka terus saja berdebat lantang, tidak sadar kalau Ke Lei mendengarkannya dan jadi sedih karenanya.
Sementara itu di rumah sebelah, Mi Ka gelisah menunggu Ke Lei. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke kamarnya Ke Lei, menatap kamar itu dengan sedih... hingga pandangannya jatuh ke tas kecil di atas meja yang di dalamnya berisi kotak cincin.
Mi Ka mengira kalau itu pasti cincin lamarannya Qing Xia yang dititipkan Wen Bo ke Ke Lei. Tapi tiba-tiba dia di-video call Qing Xia yang dengan antusias memperlihatkan cincin lamarannya padanya.
Tercengang, Mi Ka turut senang untuknya dan setulus hati memberikan ucapan selamat untuknya, tapi dia juga jadi bingung dengan cincin yang ada di meja itu.
Mi Ka langsung membukanya dan mendapati isinya sebuah cincin berlian besar. Mi Ka langsung sadar kalau cincin itu adalah cincin lamarannya Ke Lei untuknya. Ke Lei benar-benar mau melamarnya.
Sementara itu di rumah sebelah, Dokter Shao menjelaskan pada Ke Lei alasannya merekomendasikan Mi Ka ke Ailun dan bahwa Mi Ka sudah lolos seleksi awal.
Masalah kenapa Mi Ka belum memberitahu Ke Lei, mungkin karena Mi Ka tidak yakin akan bisa lolos mengingat persaingannya yang sangat ketat. Pelatihan awalnya dua tahun, tapi jika nilainya Mi Ka bagus, maka dia bisa mengajukan program tingkat lanjut, yang totalnya sekitar 5 tahunan.
Ke Yao sontak kesal memelototi Dokter Shao. Berusaha menyemangati adiknya, Ke Yao mengingatkan Ke Lei bahwa hubungan mereka selama ini sangat bagus dan kuat. Mi Ka juga orangnya lugas dan pikirannya sederhana. Jadi apapun yang ingin Ke Lei katakan, terus terang saja pada Mi Ka, tidak usah ditutup-tutupi.
Dokter Shao sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, tapi Ke Yao memelototinya duluan, dia jadi batal ngomong. Ke Lei akhirnya pamit untuk pulang.
Saat itulah Dokter Shao mengaku bahwa sebenarnya tadi dia mau ngomong bahwa biarpun Mi Ka pergi ke luar negeri, mereka tidak perlu berpisah, mereka bisa LDR. Tapi gara-gara Ke Yao memelototinya, dia jadi tidak bisa ngomong.
Mendengar itu, Ke Yao langsung memaksa Dokter untuk menyusul Ke Lei ke rumah sebelah untuk mengatakan hal itu pada mereka.
Tanpa keduanya sadari, mereka sama-sama berdiri di depan pintu dengan galau. Mi Ka galau teringat segala kenangan indahnya bersama Ke Lei selama ini. Tapi yang Ke Lei ingat adalah impian Mi Ka dan betapa berdedikasinya Mi Ka terhadap profesinya.
Setelah beberapa lama, Mi Ka akhirnya membuat keputusannya dan keluar. Tapi Ke Lei sudah tidak ada di sana. Kebetulan Ke Yao dan Dokter Shao juga keluar saat itu dan jelas sama bingungnya dengan Mi Ka saat mengetahui Ke Lei menghilang.
Mi Ka langsung sadar kalau Ke Lei sudah tahu tentang masalah dia akan pergi ke luar negeri. Seketika itu pula, Mi Ka langsung pergi mencari Ke Lei dan menemukannya termenung di bawah tiang lampu.
Mi Ka menangis saat dia memberitahu Ke Lei tentang keputusannya. "Aku tidak jadi pergi."
Ke Lei begitu terharu mendengarnya dan langsung memeluknya. Mereka lalu mendiskusikan masalah ini lebih lanjut di balkon rumah mereka. Mi Ka menyesal, tidak seharusnya dia menyembunyikan masalah ini dari Ke Lei.
Tapi dia benar-benar tidak menyangka akan lolos. Memang, melanjutkan studi ke institusi itu adalah impiannya. Tapi waktu dia tahu kalau dia lolos, dia menyadari kalau dia tidak merasa begitu senang.
"Aku lebih takut berpisah denganmu. Jadi aku memutuskan untuk tidak pergi. Besok aku akan bilang ke Dokter Kepala Shao."
Namun yang tak disangkanya, Ke Lei tiba-tiba mencubit gemas pipinya dan berkata. "Kau bodoh yah? Siapa yang bilang kalau kau ke luar negeri, kita berdua akan berpisah? Kau ini tidak percaya padkau atau pada dirimu sendiri?"
Hah? Jadi Ke Lei mengizinkannya pergi? Ke Lei mengingatkan Mi Ka bahwa mereka berdua sudah pernah melalui situasi hidup dan mati berkali-kali, jadi apa lagi yang bisa memisahkan mereka?
"Jadi, kau rela membiarkanku pergi?"
"Tentu saja tidak rela. Aku malah ingin menguncimu di dalam rumah biar kau tidak bisa ke mana-mana."
Ke Lei hanya khawatir kalau Mi Ka sendirian di luar negeri. Mi Ka mungkin akan makan tidak enak, tidur tidak nyenyak dan tidak ada orang yang menjaga Mi Ka juga di sana.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi. Jika posisi mereka terbalik dan dia yang akan pergi, Mi Ka juga pasti akan setuju. Iya kan?
"Iya. Tapi aku juga tidak akan rela."
"Tapi aku benar-benar tidak ingin kau menyesal. Bagaimanapun, ini adalah impianmu. Aku juga ingin kau pergi melihat-lihat."
Mi Ka akhirnya mengeluarkan cincin berlian itu dan bertanya apakah ini untuknya. Ke Lei malu-malu mengakuinya. Tadinya tekadnya sudah bulat. Tapi tiba-tiba muncul masalah besar ini.
Hatinya jadi agak kacau dan tidak berani memberitahu Mi Ka. Takut Mi Ka merasa terbebani lalu melepaskan kesempatan ke luar negeri itu hanya karena dia melamar Mi Ka. Tapi berhubung Mi Ka sudah melihat cincin itu, lalu apa rencananya?
Tiba-tiba Mi Ka yang berinisiatif duluan untuk melamarnya. "Xing Ke Lei, apa kau bersedia menikahiku sebagai istrimu? Tidak peduli kaya atau miskin, tidak peduli sehat maupun sakit, kau akan mencintaiku, menjagaku, menghormatiku, menerimaku sampai akhir hidup ini? Jika kau bersedia, keluarkan jari kelingkingmu. Tunggu aku kembali dua tahun lagi, beri aku upacara lamaran yang resmi."
"Sebagai polisi, aku selalu memegang teguh keputusanku. Aku akan menunggumu." Ke Lei pun langsung berjanji jari kelingking dengannya.
Hari ini Mi Ka menemani Qing Xia untuk fitting baju pengantin. Qing Xia memberitahu Mi Ka bahwa mereka sudah sepakat untuk mengadakan upacara pernikahannya di kampung halamannya Wen Bo karena alasan kesehatan ayahnya Wen Bo. Tapi mereka nanti akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk teman-teman mereka di sini.
Wah! Mi Ka sungguh tak menyangka, tuan putri seperti Qing Xia sekarang sudah berubah jadi begitu pengertian. Jelas dong, Qing Xia tidak mau menyusahkan calon suaminya yang polos itu.
"Dia orang yang polos, terus kau orang yang apa? Kau ini sungguh cinta mati padanya, yah?"
"He-eh."
"Baiklah, aku tahu."
Mumpung para pria mereka belum datang, Qing Xia tiba-tiba menyuruh Mi Ka untuk mencoba gaun pengantin yang pertama dicobanya tadi, gaun yang pertama tadi cocok banget loh buat Mi Ka. Mi Ka menolak, yang mau nikah kan Qing Xia.
"Jangan cuma lihat Xing Ke Lei membiarkanmu pergi belajar, kulihat tekadnya untuk melamarmu, tidak kalah dari Shu Wen Bo. Ayo cobalah."
Mi Ka masih saja diam, Qing Xia sontak merengek manja bin heboh hingga akhirnya Mi Ka menyerah juga dan menurutinya.
Para pria akhirnya tiba tak lama kemudian dan melihat seorang wanita berpakaian pengantin membelakangi mereka. Siapakah dia, Qing Xia atau Mi Ka?
Bersambung ke episode 38
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam