Mitra masih galau memikirkan masalah ini saat Traitot mendatanginya. Mitra berterima kasih atas bantuan Traitot tadi, tapi dia menegaskan bahwa bantuannya tadi hanya sekedar membantu sesama teman.
Baiklah, Traitot mengerti. Dia tidak akan mendesak Mitra, biarlah waktu yang akan membuktikan ketulusannya terhadap Mitra. Mitra cuma menanggapinya dengan senyum canggung.
Na hendak menutup cafenya saat tiba-tiba Chen mendatanginya. Na akhirnya memberinya segelas kopi, tapi dia menuntut Chen untuk bayar dobel soalnya Chen datang saat dia sudah mau tutup dan membuatnya harus menyalakan mesin kopinya lagi.
Chen hampir tersedak mendengarnya. "Sejak aku lahir, belum pernah aku bertemu seseorang yang sepelit dirimu."
"Bagaimana kau bisa menemukan tokoku?"
"Tokomu ada namanya, kan? Kenapa juga aku tidak bisa menemukannya?"
"Jadi kenapa kau datang kemari? Jangan bilang kalau kau ingin minum kopi malam-malam."
"Sejujurnya, aku datang supaya aku bisa bernapas sendiri."
Na langsung sadar kalau dia ada masalah. Tapi bukankah hidupnya Chen baik? Pekerjaannya juga baik, pacarnya juga lumayan. Dia sudah melihat konferensi pers yang diadakan pacarnya Chen.
Sepertinya pacarnya Chen itu sangat mencintai Chen, bisa dilihat dari ucapannya yang sangat jelas. Cuma satu yang tidak dia ungkapkan terang-terangan dalam konferensi pers-nya, yaitu meminta Chen untuk menikahinya.
Chen setuju. "Sangat jelas sampai-sampai kuping ibuku berasap."
"Oh, aku mengerti. Masalah calon ibu mertua dan calon menantu."
Betul banget! Lalu, apa Na punya solusi akan masalah ini? Tanya Chen. Na yakin kalau Chen pasti sudah mengetahui jawabannya. Dia tidak bisa putus hubungan dengan ibunya dan dia sendiri juga yang memutuskan untuk mengencani seorang selebritis.
"Lalu apa yang harus kulakukan?" Tanya Chen.
"Hadapilah dan terimalah kenyataan. Kau tidak boleh melarikan diri dari masalah ini."
Prin curhat sama Gun di bar. Dia mengaku masih memikirkan apa yang dia inginkan. Wanita itu sudah mengkhianatinya, berbohong padanya dan menipunya. Tapi kenapa dia tidak bisa melupakannya?
"Maksudmu, Khun Paramita?" Tanya Gun.
"Aku berusaha memandangnya secara optimistis, tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang dia inginkan. Dia menangis, memohon padaku untuk mengakhiri segalanya. Tapi lihatlah apa yang dia lakukan padaku. Dia membuatku merasa bahwa dia hanyalah seorang wanita yang suka bersenang-senang, membuatku semakin terhasut."
Menurut Gun, sebesar apapun kebencian Prin pada Paramita, seburuk apapun pikiran Prin terhadap Paramitra, tapi Prin tetap tidak bisa melupakannya. Maka itu artinya, Prin telah jatuh cinta terhadap musuhnya. Selamat!
Chen akhirnya menemui Pam dengan membawakan sebuket bunga untuknya. Pam langsung berakting terharu, dia pikir Chen tidak akan menemuinya lagi, dan maaf atas kemarahannya pada Chen waktu itu. Waktu itu dia sedang sedih dan marah.
"Lalu kenapa kau mengadakan konferensi pers tanpa berdiskusi dulu denganku, Pam? Kita melibatkan orang lain seperti ini, itu tidak baik. Ibuku juga tidak senang."
Pam mengklaim bahwa dia mengadakan konferensi pers karena para reporter itu yang terus menerus meneleponnya tiada henti dan menanyakan apa yang dikatakan ibunya Chen waktu itu.
Dia kan selebritis, dia harus menghargai kebaikan para reporter, makanya dia mengadakan konferensi pers itu. Chen dengan polosnya percaya, bahkan berjanji akan membawa Pam menemui ibunya sekali lagi kapan-kapan. Chen yakin ibunya melakukan itu karena Ibu mengkhawatirkan Pam.
Pam senang dan langsung memeluk Chen. Chen pun senang, berpikir bahwa masalah ini sudah selesai dengan baik berkat menuruti nasehat Na tadi.
Mitra sedang mengawasi si kembar bermain saat Gun datang dan menanyakan Bibi Waew. Mitra memberitahu bahwa Bibi Waew sedang sibuk dan bersiap balik ke Amerika, dia bekerja di sana sebagai perawat.
"Oh, ibunya temanku juga tinggal di sana, tapi aku tidak tahu beliau tinggal di negara bagian yang mana."
Bu guru datang memanggil anak-anak untuk masuk kelas. Pim pun pamit pada ayahnya sambil tos lucu, sedangkan si kembar pamit pada Mitra dengan memberinya kecupan di pipi.
Gun dan Mitra tinggal berduaan saja sekarang. Canggung, Mitra pun mengajak Gun untuk ngopi bareng di coffee shop terdekat. Mitra baru ingat untuk memberinya kartu nama dan dari situlah Gun akhirnya menyadari siapa Mitra, dia wanita yang disukai Prin.
Mitra jelas bingung melihat Gun yang tiba-tiba bengong, dia kenapa? Kenapa mukanya mendadak pucat? Gun canggung menyangkal. Tepat saat itu juga, tiba-tiba Prin meneleponnya. Tapi Gun langsung me-reject-nya.
Prin sebenarnya sudah tiba di depan tempat les saat tiba-tiba dia mendapat pesan dari Gun yang mengklaim bahwa kelasnya Pim dibatalkan dan sekarang dia membawa Pim keluar.
Gun dan Mitra hendak keluar hendak keluar saat itu, tapi langkah kaki Gun membeku seketika begitu melihat Prin di luar. Dia buru-buru balik sebelum Prin melihat mereka dengan alasan dompetnya ketinggalan, tapi Pim dengan polosnya memberitahu bahwa dompetnya ada di sakunya.
Untungnya saat itu juga, Prin membalas pesannya lalu pergi. Lega, Gun langsung mengajak anak-anak untuk makan pizza.
Nanthawan memanggil Pam untuk bertemu dengannya berdua saja. Pam sudah senang saja, tapi Nanthawan menegaskan bahwa apa yang dilakukan Pam dalam konferensi pers-nya, mengumumkan secara terang-terangan bahwa Chen adalah milik Pam, sama sekali tidak akan bisa menaklukkannya.
Nanthawan sebenarnya kagum juga sama Pam, karena Pam jelas sudah membuktikkan bahwa dirinya adalah orang yang kalau sudah menggigit, tidak akan pernah melepaskan. Pam kesal mengklaim kalau dia dan Chen saling mencintai.
"Cinta? Hanya dengan sekali melihat saja, aku bisa tahu kenapa kau mengencani Chen. Wajar saja, wanita yang tidak punya apa-apa sepertimu, selain reputasi yang bisa menghilang suatu saat nanti. Aku mungkin harus mencari pondasi yang kokoh dulu."
"Apa sebenarnya yang Ibu inginkan? Katakan saja terus terang."
"Aku tidak akan menghalangimu dengan Chen... jika suatu hari nanti kau bisa memiliki sesuatu yang setara atau lebih daripada Chen. Baru saat itulah kau boleh bicara padaku terkait pernikahan. Karena wanita sepertimu, hanya dengan kau buka mulut, aku bisa tahu apa yang ada di dalam dirimu."
"Apa Ibu meremehkanku?"
"Iya. Aku meremehkanmu. Karena aku bisa membacamu dengan jelas. Hei, Napasiri, jangan kau pikir bahwa Chen adalah ladang uang atau tambang emas yang bisa kau gali. Aku hanya punya satu pilihan untukmu, jika kau tidak bisa menerimanya, maka kau tidak akan bisa memikulnya. Kalau begitu, pergilah sejauh mungkin dari hidup Chen... selama kondisimu masih bagus, selama masih belum ada perang."
Pam kesal. Chen baru datang saat itu dan dengan riang menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Nanthawan mengklaim kalau dia hanya menanyakan kabar Pam lalu mengajak Pam makan bersama mereka.
Pam masih terdiam penuh dendam saat Chen mengantarkannya pulang. Dia bahkan tidak mendengarkan Chen sampai Chen harus menegurnya. Chen jelas penasaran dan cemas melihatnya seperti itu, apa Pam baik-baik saja?
"Menurutku, ibuku sudah mulai melunak tentang hubungan kita." Komentar Chen dengan polosnya.
Pam mengiyakannya saja, mengklaim kalau dia baik-baik saja. Dia meyakinkan sekali lagi bahwa dia mencintai Chen dan tidak akan ada apapun yang bisa menghalangi hubungan mereka. Tapi sekarang dia harus bersiap untuk kerja, dia harus menghadiri sebuah event. Pam pun pamit dengan wajah sok manisnya.
Usai menidurkan anak-anak, Mitra mendatangi Bibi Waew yang sedang sibuk berkemas dan langsung memeluknya manja. Dia tidak mau Bibi Waew pulang.
"Kau sudah besar tapi masih memohon padaku seperti anak kecil."
Bibi Waew penasaran apa yang terjadi antara Mitra dengan Gun hari ini? Dengan hanya sekali melihat saja, Bibi Waew bisa tahu kalau Gun tertarik pada Mitra.
Tapi Mitra ngotot menyangkal, meyakini kalau mereka hanya bergaul dengan baik. Malah kalau ada kesempatan, dia mau membawa anak-anak untuk liburan ke resort-nya Gun.
Bibi Waew setuju. "Bibi juga ingin kau memiliki seseorang yang bisa menjagamu dengan baik. Mungkin segalanya akan menjadi lebih baik."
"Aku masih belum siap membicarakan masalah ini."
Bibi Waew prihatin melihatnya. "Mitra, jangan biarkan penderitaan masa lalu, menyakitimu di masa kini. Karena itu tidak akan bisa membuatmu menemukan kebahagiaan di masa depan. Mengerti tidak?"
"Apa aku... masih punya masa depan yang bagus lagi?"
"Bibi percaya bahwa orang baik sepertimu, kau pasti akan menemukan kebahagiaan. Pasti!"
Bersambung ke part 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam