Sinopsis To Get Her Episode 2 - 2

Sinopsis To Get Her Episode 2 - 2

Malam harinya, dengan berbekal peta buatan Mu Yan, Zheng Zheng mendatangi paviliun yang dimaksud yang terletak cukup jauh di tengah hutan bambu. Sudah ada 3 orang pria bercadar yang menunggunya dan semuanya menatapnya dengan tajam. Jelas mereka semua komplotannya Zhen'er yang asli.


Zheng Zheng akhirnya bergabung dengan mereka sambil cengengesan bego, tapi tiba-tiba pria pertama membentaknya, kenapa Putri tidak pakai cadar?

"Bai! Kita tidak boleh memanggil nama dan gelar lengkap di sini! Apa kau lupa?!" Bentak pria kedua. Hmm, dari cara bicaranya sepertinya dia pemimpin mereka.

Si pemimpin tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekati Zheng Zheng sambil berkata bahwa mereka tidak boleh lupa apalagi melanggar peraturan mereka. Apa slogan mereka?

"Bunuh Pangeran ke-3 dan berhasil jadi Putra Mahkota!" Kompak Bai dan pria ketiga.


Zheng Zheng yang tidak mengerti apa-apa, akhirnya cuma ikutan bersorak. Tapi tiba-tiba si pemimpin menempelkan pedang ke lehernya. Hari ini Bai memberitahunya bahwa Zhen'er menghalangi aksi mereka sehingga mereka gagal membunuh Pangeran ke-3. Apa itu benar?

Cepat-cepat menguasai diri dari ketakutannya, Zhen'er sontak mendorong pedangnya sambil protes panjang lebar karena pria itu memanggil namanya. Bukankah mereka sudah sepakat untuk tidak saling sebut nama asli. Dia sudah melanggar peraturan.


"Kita tidak bisa hidup tanpa ambisi setiap hari seperti ini. Itulah alasannya." Ujar Zheng Zheng

Para pria bingung. Zheng Zheng beralasan bahwa semalam dia menghentikan aksi mereka karena dia sudah tahu sebelumnya bahwa Pangeran-ke-3 sudah menyiapkan rencana untuk melakukan penyergapan dadakan dari luar. Ada mata-mata.

Bai yang awalnya tak mempercayainya, mendadak teringat beberapa gadis dan pelayan di rumah bordir waktu itu beberapa kali menatapnya. Mereka akhirnya memercayai bualannya. Fiuh! Untung saja tidak ketahuan.

 

Si pemimpin langsung murka, licik sekali si Pangeran ke-3 itu. Untung saja mereka sudah punya rencana cadangan dan langsung menyuruh mereka untuk mendekat. Tapi kemudian ketiga pria itu malah menatap Zheng Zheng dan tanya apakah dia sudah menyiapkannya? Zheng Zheng jelas bingung apa maksudnya.


Tak lama kemudian, dia berlari pulang secepat mungkin dengan panik karena ternyata rencana si pria kedua adalah meracuni makanannya Si Yi.

Begitu tiba di rumah, dia melihat Si Yi hendak minum. Zheng Zheng sontak panik menampiknya sampai minuman itu terjatuh. Dia mau ngomong kalau di situ ada racunnya, tapi napasnya terlalu ngos-ngosan sampai dia tidak bisa bicara. 

Si Yi sama sekali tidak mencurigai apapun, malah mengira Zheng Zheng membantunya menampik minuman itu cuma karena ada lalat di dalamnya dan langsung mengomeli si pelayan.


Keesokan harinya saat Si Yi masih ketiduran di meja, Zheng Zheng datang membawakan beberapa masakan buatannya sendiri. Si Yi masih belum bangun juga, maka Zhen'er dengan sengaja meniup-niup masakannya untuk memancing Si Yi bangun, dan berhasil.

Si Yi sampai kaget melihat Zhen'er mendadak ada di hadapannya. Tapi dia heran melihat Zhen'er memasak untuknya, ada apa dengan Zhen'er belakangan ini?

"Tidak ada apa-apa. Walaupun aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi aku janji akan berubah dan menjadi orang yang baik."

Dia juga memberikan hadiah berupa sumpit baru untuk Si Yi yang terbuat dari perak (untuk mendeteksi kemungkinan adanya racun dalam makanan). Dia juga menasehati Si Yi untuk berhati-hati mengingat dia adalah seorang pangeran, siapa tahu ada orang jahat yang ingin mencelakainya.

Selalu periksa semua makanan dan minumannya pakai sumpit perak ini. Dan yang paling penting, jangan lagi pergi ke tempat semacam rumah bordir. Cobalah makanannya.


Si Yi pun mencoba sayur labu siamnya. Jelas tak enak, tapi melihat keantusiasan Zheng Zheng membuatnya tak tega mengatakan yang sebenarnya dan akhirnya dia cuma nyengir canggung saat Zheng Zheng tanya apakah masakannya enak.

"Walaupun kami sudah putus, tapi aku tidak membencinya karena wajah tampannya." Batin Zheng Zheng.

Si Yi lama-lama risih dilihatin terus. "Aku percaya padamu, tapi bisakah kau berhenti menatapku? Aku sedang makan sekarang."

Oh, baiklah. Zheng Zheng  pun mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Tapi tiba-tiba Si Yi merasa sakit. Waduh! Zheng Zheng cemas seketika, Si Yi kenapa?

"Perutku sakit."


Zhen'er sontak panik memanggil Dai Fu. Ternyata dia keracunan makanan gara-gara makan kentang yang sudah berakar, apalagi Zhen'er tidak memasaknya sampai benar-benar matang, kentang semacam itu bisa beracun. Untung saja Si Yi cuma makan sedikit, sehingga dia hanya pusing dan diare.

"Ini salahku. Maafkan aku, Tu Si Yi." Zheng Zheng benar-benar merasa bersalah.

Tak enak, Si Yi langsung membela Zhen'er dan meyakinkan Dai Fu bahwa Zhen'er hanya berniat baik. Dai Fu mau mengambilkan obat untuknya kalau begitu, tapi Zheng Zheng menyuruhnya untuk menjaga Si Yi saja, sementara dia sendiri pergi mengambilkan obatnya.


Begitu berduaan, Dai Fu sontak menggodai sikap Si Yi yang membela Zhen'er tadi. Padahal sejak mereka menikah, Si Yi biasanya selalu mengabaikan Zhen'er.

"Dai Fu, apa kau memperhaikan bahwa belakangan ini dia sangat berbeda?"

Dai Fu setuju, dia rasa perubahan temperamen Zhen'er yang tiba-tiba pasti ada hubungannya dengan stimulasi yang dia derita. Mungkin gara-gara Si Yi ke rumah bordir waktu itu.

"Betul, betul, betul. Dia pasti sangat mencintaiku. Dia baru menyadari betapa berharganya aku saat kehilangan aku. Kasihan dia. Dia tidak tahu kalau aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya." Ujar Si Yi narsis. Dai Fu cuma bisa menatapnya dengan malas.


Malam harinya, Zheng Zheng membawakan obat untuk Si Yi dan menanyakan keadaannya. Si Yi dengan sopan memberitahu bahwa sekarang dia sudah cukup baik setelah 7 kali diare. Wkwkwk!

Dia bersikeras menolak minum obat. Tapi Zheng Zheng yang sudah menduga kalau dia akan berkata seperti itu, mencoba meyakinkan bahwa obatnya sama sekali tidak pahit. Dia bahkan meyakinkan Si Yi dengan cara mencicipi obat itu untuknya dan mengklaim bahwa rasa obatnya kayak arak.

"Bagaimana kau tahu aku tidak suka obat?"

"Aku tahu saja," renung Zheng Zheng sedih.

Dia lalu mengajak Si Yi bersulang obat itu sambil menikmati sinar rembulan. Tapi Si Yi masih saja ngotot tidak mau minum. Zheng Zheng pantang menyerah dan terus meyakinkan Si Yi bahwa rasanya benar-benar kayak arak, ayo cobalah.

Dia sendiri terus meminum obat itu dengan ekspresi seolah dia benar-benar menikmatinya... hingga akhirnya dia sukses meyakinkan Si Yi untuk meminum obatnya selayaknya meminum arak. Tapi begitu Si Yi meminumnya, dia langsung protes. Obatnya pahit! Zhen'er membohonginya.

"Setidaknya kau tidak berpikir kalau ini pahit. Itulah yang kuinginkan. Habiskan obatnya lalu beristirahatlah."


Si Ya datang saat itu dan langsung kesal melihat Zhen'er. Dia dengar kalau Si Yi keracunan makanan, Si Ya merasa itu tidak wajar, jadi dia mengganti semua juru masak di kediaman ini.

Si Ya sontak memalingkan muka dengan canggung. Tapi kemudian Si Ya mengucap informasi yang menarik perhatiannya. Ayahanda Kaisar besok akan kembali dari perjalanannya ke selatan. Apa Si Yi sudah menyelesaikan masalah yang ditinggalkan Ayahanda sebelum beliau pergi? Dia tidak boleh kalah dari Pangeran ke-2.

"Tak kusangka Ayanda akan kembali secepat itu. Tapi aku tidak peduli, aku tidak ingin berkompetisi." Ujar Si Yi.

Tapi walaupun Si Yi tidak punya keinginan untuk merebut tahta, Zheng Zheng bertekad akan membantu Si Yi naik tahta agar mereka bisa keluar dari game ini. Dan Ayahanda Kaisar bisa jadi orang paling penting dalam misi.


Keesokan harinya, bersama-sama mereka masuk ke istana. Pangeran ke-2 dan istrinya sudah tiba lebih dulu. Tapi begitu Zheng Zheng kontak mata dengan Pangeran ke-2 - Tu Si Cheng, dia sontak tercengang mengenali mata itu. Dia si pemimpin dari komplotan pembunuh bercadar yang dia temui di paviliun Yingcuisi waktu itu.

Parahnya lagi, Zheng Zheng mendapati bukan cuma Pangeran ke-2 yang menatapnya, Si Ya dan bibinya Si Yi juga menatapnya dengan kejam. Dan dia benar-benar tidak mengerti kenapa mereka menatapnya seperti itu.


Kaisar datang tak lama kemudian dan langsung menanyakan persiapan masing-masing pangeran dalam menangani masalah yang dia tinggalkan untuk mereka. Tapi kedua pangeran malah sama-sama canggung sebelum kemudian sama-sama mengklaim bahwa persiapan mereka bagus.

Kalau begitu, Kaisar mau mengetes mereka setelah makan nanti. Para pelayan masuk tak lama kemudian, membawakan hidangan untuk semua orang.

Tapi tepat saat itu juga, Zheng Zheng melihat Si Cheng mengangkat alis padanya. Zheng Zheng mendadak curiga dengan makanan mereka dan langsung menghentikan Si Yi sebelum dia sempat memakan pangsitnya.

Dia lalu menusuk pangsit itu dengan jarum peraknya dan mendapati jarum peraknya menghitam. OMG! Ada racunnya. Parahnya, dia melihat Kaisar juga hendak memakan pangsit itu.
 

Zheng Zheng sontak panik dan langsung lari ke arah Kaisar sambil berteriak-teriak menyuruh semua orang untuk tidak makan lalu menendang mangkok pangsitnya Kaisar dengan gaya heboh bin lebay. Semua orang jelas kaget melihatnya.

Zheng Zheng lalu menusuk pangsit itu dengan jarum peraknya dan lagi-lagi mendapati jarumnya berubah menghitam. Dengan bukti itu, dia dengan bangga menunjukkannya pada semua orang.

Ada orang yang berani meracuni pangsit mereka. Untung saja dia menemukannya tepat waktu. Jika tidak, pasti akan terjadi tragedi. Si Yi panik, apa maksud Zhen'er?

"Aku serius. Lihatlah, jarum perak ini menghitam begitu aku menusukkannya ke dalam pangsit. Seseorang pasti meracuninya."


Tapi tiba-tiba Si Cheng memberitahu Zheng Zheng bahwa tahun ini mereka panen wijen, makanya Kaisar hari ini mengadakan pesta makan wijen. Dan apa yang Zhen'er tuduhkan sebenarnya pangsit wijen yang melambangkan kemakmuran wilayah Chuxing, makanya jarumnya berubah menghitam.

Zheng Zheng tak percaya, mana ada pangsit isi wijen. Tapi kemudian dia mencoba menjilat jarumnya sambil mengedarkan pandangannya, dan langsung kaget mendapati semua hidangan benar-benar dipenuhi dengan wijen putih dan wijen hitam.


Kaisar jelas murka. "Beraninya kau! Lin Zhen'er karena ayahmu tengah melakukan tugas di luar melindungi negara, aku mengizinkanmu menikahi Si Yi. Tapi bukan berarti kau bisa melakukan apapun semaumu."

Si Yi berusaha membelanya, tapi Kaisar sontak membentaknya dan berbalik mengomeli Si Yi karena tidak mendidik istrinya dengan baik. Belajarlah dari Si Cheng!

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments