Sinopsis Long For You Episode 4

Sinopsis Long For You Episode 4

Li Zhe juga kembali ke Cina. Dalam perjalanan dari bandara, sekretarisnya langsung membombardirnya dengan segudang jadwal kegiatan, tapi dia membaalkan jadwal di malam hari karena ada urusan pribadi lalu mengirim pesan ke Xue Ji. Tapi kemudian dia memperhatikan ada orang yang membuntutinya.


Shi Yi hendak rekaman saat teman bandnya datang dan menyuruhnya keluar karena ada seorang wanita cantik yang mencarinya. Wanita itu sepertinya mantannya Shi Yi, tapi sekarang dia ingin balikan sama Shi Yi dan terang-terangan mengaku kalau dia datang karena kangen sama Shi Yi.


Tapi Shi Yi jelas tak suka dan menanggapinya dengan ketus, mengingatkan wanita itu bahwa mereka sudah berakhir dan itu adalah keputusan wanita itu sendiri. Wanita itu jadi kesal, dia menyesalinya dan baginya ini belum berakhir. Jadi dia ingin mereka balikan.

Bos mereka datang saat itu, si wanita langsung memanfaatkan kesempatan untuk menawarkan diri bekerja di perusahaan ini. Yah, dia memang sudah tanda tangan kontrak dengan perusahaan manajemen lain, tapi waktu itu dia tanda tangan tanpa berpikir. Si Bos menolak dengan sopan. Sebaiknya dia berusaha dulu sebaik mungkin di tempat kerjanya yang sekarang.


Si Bos lalu mengajak Shi Yi masuk lagi sambil mengomelinya, katanya mereka sudah putus? Dia kan sudah bilang tidak boleh pacaran. Dia tidak mau Shi Yi buang-buang waktu pada hal lain. Berlatihlah dengan baik, perusahaan menginvestasikan banyak dana untuk mereka.

Rekaman pun dimulai. Menurut si Bos sebenarnya, Shi Yi punya segala kualitas untuk jadi artis solo, suaranya bagus walaupun masih perlu banyak latihan, wajahnya juga tampan.


Malam harinya setelah menemui Xue Ji, Jiang Hui tiba-tiba saja menyuruhnya untuk mengantarkan Xue Ji pulang. Shi Yi tidak setuju, tapi Jiang Hui ngotot seolah Shi Yi wajib menuruti perintahnya. Dia sendiri lalu pergi duluan.

Berduaan di mobil, Shi Yi menegaskan sekali lagi bahwa dia sendiri yang menabrak mobil itu dan tidak ingin melibatkan temannya dalam perkara ini. Dia benar-benar bersalah karena Jiang Hui yang harus membayar hutangnya.

"Kalau begitu kau beruntung karena Jiang Hui ada di sana bersamamu waktu itu." Santai Xue Ji.

"Seberapa tidak sukanya kau padaku?"

"Kuberitahu kau, kita ditakdirkan bertemu satu sama lain di dalam mimpi. Tapi aku tidak akan bilang kalau ini takdir yang baik."

Tapi jelas saja ucapan Xue Ji itu terdengar aneh bagi Shi Yi, apa Xue Ji sudah gila? Mana buktinya?

"Aku tidak punya bukti. Buktinya adalah kau sendiri yang harus memikirkannya, apakah kita berjodoh atau tidak? Jika kau tidak memimpikanku, berarti kau bukan orang itu." Ujar Xue Ji. (Oh, jadi Shi Yi orang yang dia cari-cari itu?)

Dia meyakinkan Shi Yi bahwa dia pasti bisa membuktikannya. Ini benar-benar sangat penting baginya. Tapi Si Yi tetap tak mempercayainya dan menduga bahwa tujuan Xue Ji mendekati Jiang Hui hanya untuk ini.


Tepat saat itu juga, Li Zhe tiba dan sontak menatap tajam Shi Yi dan Xue Ji galau berdiri di antara kedua pria itu.


Tak lama kemudian, Xue Ji menyambut Li Zhe ke kamar hotelnya. Li Zhe penasaran apakah ada yang berbeda setelah Xue Ji kembali ke negara ini? Xue Ji menyangkal, memangnya harus ada yang berubah?

"Begitu aku kembali, aku langsung dibuntuti oleh seseorang." Ujar Lee Zhe

"Kau pikir Qin Shi yang membuntutimu?"

"Kalau bukan, lalu menurutmu siapa?"

"Aku punya banyak musuh lain." Santai Xue Ji.

"Pantas saja. Jadi orang itu yang kau cari-cari?"

"Sekarang ini belum jelas. Kau tinggal di mana sekarang?"

"Bolehkah aku tinggal..."

"Tidak boleh!"

"Cuma bercanda. Istirahatlah."

Li Zhe pun beranjak bangkit. Tapi sebelum pergi, dia terang-terangan berkata. "Semoga orang yang kau impikan malam ini... adalah aku."

Li Zhe tampak benar-benar sedih. Di tempat lain, Shi Yi tidak bisa tidur saking gelisahnya memikirkan ucapan Xue Ji tadi.

 

Keesokan harinya, Li Zhe me-review para artis hendak mereka rekrut dan mendapati salah satunya adalah Shi Yi yang merupakan calon penyanyi yang hendak mereka debutkan.


Shi Yi sepertinya kurang tidur saat menelepon Jiang Hui dan dengan heboh memperingatkan Jiang Hui untuk jauh-jauh dari Xue Ji. Tuh cewek gila dan berbahaya, terus-menerus ngomong tentang mimpi.

Yang jadi masalah, dia tidak tahu kalau Jiang Hui saat itu sedang bersama Xue Ji. Dia bahkan memberitahu bahwa Xue Ji akan tinggal untuk sementara waktu di rumahnya sampai Xue Ji menemukan tempat tinggal.

Xue Ji juga bilang bahwa jika Shi Yi punya ide lain tentang uang kompensasi itu, maka Shi Yi harus membawa uang itu dan bicara sendiri sama Xue Ji.


Dia langsung menutup teleponnya setelah itu. Tapi dia penasaran, Xue Ji benar-benar bicara tentang mimpi-mimpi itu pada Shi Yi? Memangnya Xue Ji percaya sama hal-hal semacam itu?

"Beneran. Aku tidak bohong. Aku punya banyak buku yang berdasarkan kisah nyata."

Xue Ji langsung mengeluarkan beberapa buku yang semuanya berkisah tentang pengalaman orang-orang terkait mimpi. Jadi, orang yang ada dalam ingatan Xue Ji itu Shi Yi? Tanya Jiang Hui. Xue Ji membenarkan.

"Lalu di dalam mimpimu, apa hubunganmu dengan Shi Yi?"

"Hmm, entahlah. Kuharap Shi Yi bisa mengingatnya sendiri."

Jiang Hui tidak bisa ngobrol lebih lanjut karena harus kerja. Dia menyerahkan kunci rumahnya pada Xue Ji dan pamit, tapi dia penasaran apa rencana Xue Ji hari ini?

"Aku berencana mau keliling dan mencari rumah. Oh, aku juga harus pergi mengunjungi si pemilik Lamborghini."


Nyonya Min dikunjungi oleh seorang pria bernama Tuan Qi. Nyonya Ming tampak antusias menyambutnya. Entah apa hubungan mereka, mereka seperti mantan yang lama tak bertemu dan saling merindukan. Tuan Qi penasaran kenapa Nyonya Ming menolak melakukan pengobatan?

"Diobati atau tidak, hasilnya akan tetap sama. Efek kemoterapi sangat besar. Rambut akan rontok dan gigi akan copot. Aku tidak mau hidup dengan penampilan jelek."

"Aku hanya berharap kau bisa tetap hidup."

"Aku akan hidup. Akan kupikirkan solusi lain untuk bertahan hidup"

"Aku akan menunggumu. Aku akan menunggumu kembali, seperti janjiku sebelumnya. Aku akan menunggumu."


Xue Ji mulai protes karena beberapa hari ini, dia makan mie instan terus dan menyarankan Jiang Hui untuk mencari makanan lain. Bukankah tempat kerjanya Jiang Hui punya banyak makanan enak?

Mengabaikan protesnya, Jiang Hui tanya apakah Xue Ji sudah menemukan rumah? Xue Ji mengaku sudah menemukannya, mereka bisa pindah bulan depan.

"Apa? Tapi kita harus pindah minggu depan. Terus gimana dengan 3 minggu berikutnya? Kita harus menemukan rumah yang bisa kita tinggali sekarang juga!"

Xue Ji santai, Jiang Hui ikut tinggal bersamanya di hotel saja. Masalah barang-barang, dia sewa tempat penyimpanan untuk sementara waktu. Tapi Jiang Hui keberatan kalau harus mengeluarkan uang lagi.

Dia penasaran kenapa Xue Ji kembali ke negara ini? Buat kuliah? Atau kerja? Xue Ji menolak menjawab dan hanya berkata ambigu bahwa dia sudah punya rencananya sendiri. Nanti akan dia beritahu sedikit demi sedikit.

 

"Tapi sepertinya kau tidak punya (rencana)." Komentar Jiang Hui tak percaya.

"Kita masih punya waktu 1 minggu untuk mengurus segalanya. Jangan cemas."

"Kau optimistis sekali. Hebat."

Xue Ji penasaran, apa Jiang Hu tahu di mana tempat tinggalnya Shi Yi? Jiang Hui rasa, Shi Yi tinggal bersama para anggota band-nya. Mereka kan mau debut, makanya mereka harus banyak berlatih. Mereka cukup hebat loh, baru training 8 bulan tapi sudah mau debut.

"Apa menurutmu dia akan sukses?"

"Aku tidak tahu. Tapi keberuntungannya biasanya selalu bagus. Bahkan sekalipun tidak populer, tapi pasti tidak akan seburuk itu."

"Kalau begitu, aku harus membuatnya ingat padaku secepatnya sebelum dia jadi terkenal."


Shi Yi sedang sikat gigi saat tiba-tiba bel pintunya berbunyi. Jiang Hui dan Xue Ji mendadak datang dengan membawa semua koper mereka, mau numpang tinggal di sini soalnya rumahnya Xue Ji belum selesai direnovasi.

"terus kenapa kau tidak bilang-bilang dulu sebelumnya?" Protes Shi Yi.

"Karena kami benar-benar tak punya tempat tujuan lain."

Xue Ji dengan sengaja mengungkit-ungkit hutangnya Shi Yi sehingga Shi Yi tak punya pilihan lain selain menerima mereka.

Xue Ji sontak antusias. Bahkan dengan seenaknya dia masuk ke kamarnya Shi Yi lalu melemparkan dirinya ke kasurnya Shi Yi. Dan saat Shi Yi mulai protes lagi, dia langsung mengungkit-ungkit hutangnya Shi Yi lagi hingga terpaksa Shi Yi mengizinkan kedua wanita itu untuk tidur di kamarnya, dia sendiri akan tidur di sofa. Tapi dia memperingatkan Xue Ji untuk tidak menyentuh barang-barangnya.


Berduaan dengan Jiang Hui di dapur, Shi Yi protes karena mereka datang tanpa bilang-bilang dulu. Jiang Hui sebenarnya juga tidak tahu kalau rumah yang dimaksud Xue Ji ternyata rumahnya Shi Yi, tapi sebaiknya dia bersabar saja-lah demi hutangnya.

"Kau harus mengawasinya. Bisa mati aku kalau bosku sampai tahu. Bagaimana bisa dia mengganggu orang lain seenaknya?"

"Menurutku Xue Ji tidak seburuk itu. Dia selalu bahagia setiap hari. Dia juga pemberani. Setiap kali dia memikirkan sesuatu, dia langsung melakukannya."

"Benarkah? Kenapa aku merasa setiap kali dia melakukan, dia melakukannya tanpa berpikir lebih dulu dan menyerah di tengah jalan. Tak pernah punya rencana, gila dan bodoh. Kau tahu aku tidak suka orang semacam itu."

"Tapi, kurasa Xue Ji mungkin anak orang kaya. Jadi tidak masalah jika terjadi sesuatu yang salah."

"Aku hanya berharap 20 hari kedepan akan berlalu secepat mungkin."


Xue Ji mendadak muncul dan langsung mencari makanan, dia lapar, mau keluar cari makanan. Jiang Hui heran mendengarnya, bukannya dia baru saja makan 2 jam yang lalu?

"Aku lapar lagi," santai Xue Ji.

Teman-temannya Shi Yi baru kembali saat itu dan Xue Ji tampak antusias ketemu teman-temannya Shi Yi.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments