Sinopsis Long For You Episode 3

 Sinopsis Long For You Episode 3

Xue Ji santai saja menanggapi pertanyaan Li Zhe. "Aku Elisa, kau juga boleh panggil aku Xue Ji. Katanya karena aku terlahir saat salju pertama turun, makanya aku dinamai Xue Ji. Ibuku memanggilku begitu."


Tapi Li Zhe tetap menatapnya dengan penasaran. Xue Ji rasa itu wajar saja, penasaran memang sifat alami manusia.

"Siapa kau sebenarnya, sebelumnya aku tak pernah peduli tentang latar belakangmu atau masa lalu. Entah kau Elisa atau Xue Ji. Aku hanya berharap di masa mendatang, aku tidak akan menjadi orang asing bagimu. Apapun rahasiamu, itu tidak penting. Tapi bolehkah aku menjadi orang yang mendengarkan (rahasia) itu?"


Xue Ji tersenyum mendengarnya. Malam itu, lagi-lagi dia memimpikan dirinya di dunia masa lampau. Entah apa yang terjadi, dua orang yang bersamanya sepertinya sudah mati, sementara Xue Ji sendiri masih hidup tapi dalam keadaan sekarat.

Dengan tenaganya yang sangat lemah, dia menggumamkan permintaan tolong berulang kali. Lalu tiba-tiba ada bayangan seseorang yang mendekat. Entah apa yang terjadi, tak lama kemudian, Xue Ji pun siuman dalam keadaan baik-baik saja seolah tak pernah sekarat. Xue Ji langsung tersentak bangun dari mimpi itu.


Li Zhe menemukan fotonya Xue Ji di dalam album foto lama. Foto yang membuatnya semakin penasaran, apalagi saat dia mengingat percakapan mereka kemarin, saat Xue Ji memberitahunya untuk tidak perlu mencemaskannya karena senjata itu cuma berisi dua peluru.

Flashback.


"Untung saja selesai sebelum terjadi apapun. Jika tidak, aku akan mati lagi." Ujar Xue Ji.

"Mati lagi? Kau bahkan tidak takut mati di dunia ini. Kau mungkin tidak takut pada apapun, yah?"

"Jika... aku cuma bilang jika... jika ada kesempatan di masa mendatang, aku akan memberitahumu. Tapi tidak sekarang."

Flashback end.


Rasa penasaran membuat Li Zhe mendatangi Tao De dan to the point tanya seberapa banyak yang Tao De ketahui tentang Xue Ji.

Tao De tampak gugup sesaat, dan akhirnya hanya menjawab ambigu bahwa dia hanya mengetahui apa yang perlu diketahui.

"Apa kau sudah lama mengetahui rahasianya Xue Ji? Mengingat hari kecelakaannya Xue Ji, waktu itu ekspresimu juga tampak tenang seperti ini."

"Apa anda datang hari ini untuk mendiskusikan masalah Nona Xue Ji?"

"Tidak. Karena apa yang perlu diketahui, aku sudah mengetahuinya."

"Setiap orang memiliki permasalahan pribadi masing-masing. Saya bahkan tidak bisa mengurus masalah saya sendiri. Bagaimana bisa saya punya waktu memedulikan urusan orang lain?"

Li Zhe mengaku bahwa dia datang hanya untuk memberitahu Tao De untuk meningkatkan penjagaan di sekitar Xue Ji. Dia sama sekali tidak tertarik pada uangnya ataupun latar belakangnya Xue Ji.

Tapi di dalam keluarga ini, ada banyak orang yang tertarik pada semua itu. Apapun latar belakangnya, pikiran seseorang yang hidup di pulau terpencil selama bertahun-tahun seperti itu, pasti sangat kesepian.

"Sama seperti aku waktu itu." Renung Li Zhe. Dia lalu pamit, tapi dia meminta Tao De untuk merahasiakan masalah kedatangannya ini dari Xue Ji.


Percakapannya dengan Li Zhe barusan membuat Tao De termenung teringat percakapannya dengan mendiang Tuan Li dulu. Dia pernah mengutarakan kekhawatirannya terhadap Xue Ji. Dia merasa Xue Ji tidak sesederhana itu dan meminta Tuan Lee untuk memikirkan ulang masalah warisannya.

"Benar. Melihatnya seperti melihat kelemahanku. Kelemahan yang bahkan takkan bisa ditukar seumur hidup. Aku hanya memiliki penyesalan dan rasa bersalah terhadapnya. Aku hanya bisa menggunakan semua uang yang kuhasilkan untuk menebusnya walaupun aku tahu hal-hal semacam ini adalah sesuatu yang remeh baginya." Itulah yang dikatakan Tuan Li waktu itu.

 

Xue Ji akhirnya kembali ke Cina dan dijemput oleh dua orang bodyguard. Tapi begitu melihat mobil lamborghini barunya, dia langsung pergi sendiri. Dia bahkan sudah mulai belajar pakai makeup sekarang.

Dia berhenti di sebuah cafe dan santai saja melenggang masuk tanpa mempedulikan tatapan penasaran semua orang. Dia mencari akun medsos seorang wanita lalu meminta add friend dan tak lupa menyapanya lewat DM dengan ramah.


Wanita itu - Jiang Hui, bingung dan penasaran mendapat add friend dari orang asing, apalagi saat dia melihat profilnya Xue Ji yang punya tanggal ultah yang sama sepertinya.

Tiba-tiba bibi pemilik kontrakan rumahnya datang untuk mengingatkan bahwa sewanya berakhir pertengahan Juli, segera bayar atau dia harus pindah. Jiang Hui galau, jelas dia tidak punya cukup uang untuk membayarnya.


Tak lama kemudian, dia bertemu dengan temannya - Gu Shi Yi, yang datang menjemputnya pakai mobil baru. Shi Yi mengaku kalau ini sebenarnya mobil bekas temannya yang dia beli dari uang kontrak rekaman.

Biarpun begitu, tetap saja Jiang Hui iri padanya. Dia sendiri saja bahkan tidak punya cukup uang untuk meneruskan sewanya. Sepertinya dia harus pindah ke tempat yang lebih murah.


Berusaha menyemangatinya, Shi Yi mengajaknya berkeliling dengan mobil barunya. Sepanjang perjalanan, Jiang Hui terus sibuk nyerocos tentang pekerjaannya. Dia sebenarnya ingin bekerja shift malam. Tapi sebaiknya tidak, lebih baik dia memaanfatkan waktu malam untuk menulis skrip.

Shi Yi dengan cepat menawarinya sebotol air biar dia berhenti bicara. Tapi kemudian dia memberitahu Jiang Hui bahwa ada seorang temannya yang bekerja di cafe. Kebetulan sekarang cafe itu sedang membuka lowongan pekerjaan. Apa    mau coba? Jiang Hui tentu mau.


Tapi setibanya di cafe, Shi Yi entah bagaimana malah tak sengaja menyerempet mobil mewahnya Xue Ji sampai jadi lecet. Jiang Hui cemas, biaya perbaikan mobil ini pasti mahal banget.

Xue Ji muncul saat itu, tapi dia berbohong kalau dia meminjam mobil ini dari temannya. Dengan riang dia menduga kalau Shi Yi pasti tidak punya asuransi mobil. Kalau begitu, maka mereka harus membayar kompensasinya pakai uang mereka sendiri. Kira-kira berapa yah? Dia yakin tidak banyak.

Jiang Hui sampai heran mendengarnya. Kenapa Xue Ji malah senang banget. Dia menduga pasti karena mobil ini bukan punyanya, jadi Xue Ji tidak perlu bertanggung jawab.

Jiang Hui meminta maaf. Tapi dia memohon pengertian Xue Ji karena mereka cuma mahasiswa yang tidak punya banyak uang. Makanya, dia memohon agar Xue Ji menghubungi si pemilik mobil agar dia bersedia menurunkan uang kompenssinya.

 

Shi Yi dengan cepat menyela, mengakui bahwa ini kesalahannya sendiri dan dengan gaya sok seolah dia punya banyak uang, meminta Xue Ji untuk memberikan tagihannya.

Jiang Hui berbisik geram mengingatkannya untuk tidak berakting sok cool. Saat itulah Shi Yi akhirnya menurunkan harga dirinya dan meminta Xue Ji untuk memberi keringanan pada mereka.

Maka Xue Ji pun meminta nomor telepon mereka berdua biar bisa dia hubungi lain hari. Dan dia langsung pergi setelah mendapatkan kedua nomor mereka.

Shi Yi langsung pergi setelah itu dan Jiang Hui melamar kerja di cafe tersebut. Dengan penuh tekad dia meyakinkan calon-calon atasannya bahwa dia akan berdedikasi penuh terhadap pekerjaannya karena dia tidak punya waktu untuk bersenang-senang, dandan, apalagi berkencan. Dan dia langsung diterima kerja.


Xue Ji lagi-lagi bermimpi tentang dirinya di zaman kuno dan lagi-lagi dia melihat sosok misterius yang membawa lentera berjalan di hutan dan mendengar suara seorang pria yang meminta maaf berulang kali. Xue Ji pun tersentak bangun dari mimpi itu.

 

Di tempat lain, seorang nyonya konglomerat bernama Nyonya Min, mendapat diagnosis buruk dari dokter yang memeriksanya. Dia menderita kanker pay~~~ra stadium akhir. Dan terlalu beresiko untuk melakukan operasi mengingat usia Nyonya Min yang sudah menua.

Tapi Nyonya Min yang merasa sudah hidup cukup lama, menerima kabar itu dengan lapang dada dan ingin menjalani sisa umurnya dalam damai saja daripada kesakitan.

Sekretarisnya datang tak lama kemudian, mengabarkan bahwa Xue Ji sudah kembali ke negeri ini, tapi mereka belum menemukan keberadaannya. Hmm, sepertinya dia tahu siapa sebenarnya Xue Ji dan dia tahu hanya Xue Ji seorang yang bisa menyelamatkannya dari penyakit mematikannya ini.


Saat Jiang Hui sedang kerja, Xue Ji tiba-tiba meneleponnya dan minta bertemu. Dia ingin membicarakan masalah kompensasi mobil.

Mereka bertemu tak lama kemudian dan Xue Ji memberitahu bahwa biaya kompensasinya sebesar dua ratus ribu yuan. Jiang Hui tercengang mendengarnya, dia harus mendiskusikan masalah ini dengan Shi Yi dulu.

Xue Ji punya ide lain agar mereka bisa membayar kompensasi itu lalu bertanya. "Apa kau mau jadi kepala pelayanku?"

"Kepala pelayan? Itu kan kalau di masa lampau semacam pembantu?"

"Menjadi kepala pelayanku tidak begitu melelahkan kok. Aku sendirian dan aku tidak akan mengganggu jadwal kuliahmu. Kalau kau bersedia bekerja selama 1 tahun. Kompensasi itu akan terhapus."


Tawaran yang menarik, tapi tentu saja Jiang Hui ragu. Maka Xue Ji mengaku bahwa selama beberapa tahun ini, dia tinggal di luar negeri. Dia kembali baru-baru ini. Dia tidak punya keluarga di negara ini. Makanya dia ingin tinggal bersama teman yang ditakdirkan.

"Kecelakaan mobil juga bisa dianggap sebagai takdir?"

"Bukan. Aku belum memperkenalkan diriku pada kejadian sebelumnya. Halo, Jiang Hui. Namaku Li Xue Ji."

Jiang Hui kaget, jadi dia Xue Ji yang mengontaknya lewat medsos? Xue Ji yang tanggal ultahnya sama dengannya? Xue Ji dengan senang hati membenarkan. Jiang Hui makin tidak mengerti, bagaimana Xue Ji bisa tahu tentangnya?

"Sepertinya kau tidak tahu yah, ibu kita dulu teman." Ujar Xue Ji.

"Apa?!"


Jiang Hui langsung menceritakan masalah ini ke Shi Yi. Tapi terlepas informasi dari Xue Ji itu, Jiang Hui sama sekali tidak begitu ingat tentang Ibunya Xue Ji. Dulu waktu kecil dia hilang, terus ibunya Xue Ji-lah yang membawanya ke kantor polisi.

"Oh yah, Xue Ji bilang kalau dia meneleponmu tapi kau tidak mengangkatnya. Apa kau berencana menghindari hutang selamanya?"

Shi Yi menyangkal dan beralasan bahwa ada terlalu banyak missed call, dia tak bermaksud tidak mengangkatnya kok, dia hanya tidak bisa mengangkatnya.

"Aku memutuskan untuk menerima tawaran kepala pelayannya. Sepertinya oke, sekalian bisa menghemat uang sewa rumah. Hanya saja akan ada lebih banyak pekerjaan rumah."

"Aku yang menabrak mobil itu. Aku tidak ingin melibatkanmu."

"Lagipula aku memang butuh tempat tinggal. Ah sudahlah, terima aja. Dadah!"

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments