Sinopsis Long For You Episode 20 - 21 [ENDING & ALTERNATE ENDING]

Sinopsis Long For You Episode 20 - 21 
[ENDING & ALTERNATE ENDING]

Kembali ke ruang tamu, Li Zhe memutuskan untuk memberitahukan masalah ini pada Chun Shan dan Jiang Hui. Keesokan harinya, Li Zhe menemui Shi Yi dan memberitahukan masalah ini padanya.


Shi Yi menuntut untuk bertemu Xue Ji sekarang juga. Tapi Li Zhe memberitahu bahwa sekarang Xue Ji sedang menjalani tes kesehatan. Dia janji akan memberitahu Shi Yi setelah Xue Ji selesai nanti.


Li Zhe, Chun Shan dan Jiang Huai baru selesai menghias pohon natal. Jiang Huai dengan riang naik ke kamarnya Xue Ji untuk mengajaknya turun dan merayakan natal, tapi malah mendapatinya sedang melihat hasil rontgent-nya.

Berusaha tetap menunjukkan wajah cerianya, Jiang Huai berkata bahwa ada Sinterklas yang menunggu dia di bawah dan membujuk Xue Ji untuk melihatnya.

Xue Ji pun pergi ke balkon dan mendapati Shi Yi menyapanya dari bawah dengan kostum sinterklas. Dia menari-nari dan membuat simbol heart besar di atas kepalanya dan sukses membuat Xue Ji tersenyum.


Xue Ji pun turun menemuinya dan tanya apakah dia Sinterklas? Semua rusanya sudah pulang, kenapa Sinterklas tidak pulang bersama mereka? Apa dia tidak membagi-bagikan hadiah pada anak-anak lagi? Shi Yi pun menjawabnya dengan menunjuknya.

Xue Ji sontak berkaca-kaca. "Aku bukan anak kecil lagi. Aku tidak boleh menerima hadiah natal. Sinterklas, pulanglah. Di luar dingin. Cepatlah pergi dan cari rusa-rusamu. Dadah."


Xue Ji berbalik pergi, tapi Shi Yi langsung menariknya ke dalam pelukannya. "Natal tahun ini sangat dingin. Kenapa kau keluar rumah dengan mengenakan baju tipis? Tanpa seizinku, kau tidak boleh keluar. Xue Ji, selamat natal."

Xue Ji pun balas memeluknya erat dengan berlinang air mata. "Selamat natal, Shi Yi."


Usai bagi-bagi hadiah, Jiang Huai berkata kalau dia menulis sebuah pesan untuk Shi Yi. Dia ingin membacakannya tapi langsung ditentang sama Li Zhe dan Chun Shan, biarkan saja Xue Ji istirahat.

Tapi Xue Ji berkata kalau dia tidak ngantuk dan ingin bersama mereka semua lebih lama. Maka Jiang Huai pun mulai membaca suratnya sembari berusaha keras menahan tangisnya.


"Xue Ji, aku pernah berpikir apakah orang-orang memiliki banyak kecemasan? Apa sebenarnya kebahagiaan sejati dalam hidup? Aku tidak punya harapan akan hidup seperti itu. Aku tidak pernah berpikir hidup seperti itu akan tercapai. Tapi kemudian... aku bertemu denganmu."

"Kau memberiku keluarga yang sebenarnya. Kau menjadi seseorang yang peduli padaku lebih daripada keluargaku sendiri. Kau selalu berkata padaku untuk selalu tabah, percaya diri, harus mengejar impianku. Keajaiban tak pernah terjadi dalam hidupku sampai saat aku bertemu denganmu."

"Xue Ji, apa yang ingin kau makan? Ke mana kau ingin pergi di masa depan? Katakan saja semuanya padaku. Aku akan belajar memasak semua makanan yang kau inginkan dan berhenti makan mie instan."

Jiang Huai tak sanggup lagi membaca lebih lanjut dan menyerahkan sisanya untuk Xue Ji baca sendiri. Xue Ji terharu mendengarnya.


Sekarang guliran Chun Shan. "Li Xue Ji, bagaimana aku harus menggambarkan orang ini? Masalah tampang, dia tidak begitu cantik. Dia sangat jelek kalau lagi nangis. Tubuhnya agak gendut karena dia suka makan jajan. Masalah kepintaran, dia menggunakan pengalaman hidupnya untuk menipu orang..."

Dan Xue Ji sontak melemparinya dengan kado. Tapi kemudian Chun Shan mulai serius saat dia melanjutkan sambil terisak sedih.

"Tapi Li Xue Ji adalah seseorang yang sangat baik. Dia sahabat terbaikku. Dia rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang asing. Dia suka segala jenis boneka. Dia hidup sangat lama tapi masih polos. Di dunia ini, aku sangat berterima kasih padanya. Dia seseorang yang kuharap akan selalu bahagia."

"Dia bilang harapan terbesarnya adalah menjadi orang normal. Bicara dan tertawa bersama orang yang dia sukai, menua bersama. Kuharap dia selalu bahagia, tanpa kecemasan, bisa makan apapun yang dia sukai, bisa tertawa dan menangis dengan nyaman, saling berpegangan tangan saat menyeberang jalan. Akua ingin sekali melihatnya hidup seperti ini. Aku rela menukar semua yang kumiliki demi semua harapannya ini..." Chun Shan benar-benar tak sanggup lagi meneruskannya dan menangis.


"Apa-apaan ini? Sekarang natal tapi kenapa suasananya sedih begini? Sudahlah. Berhentilah membaca, biar nanti kubaca sendiri." Protes Xue Ji lalu merebut suratnya Chun Shan.

Dia lalu memeluk mereka satu per satu. Hanya Shi Yi seorang yang menolak memeluknya dan langsung menghindar.


Mereka lalu berbaring bersama di karpet di mana Xue Ji mengakui bahwa selama menjadi makhluk abaci, dia terlalu angkuh. Dia selalu berpikir bahwa orang-orang yang ingin hidup lebih lama itu sangat menggelikan. Dia selalu berpikir apakah dunia seindah itu sehingga orang-orang ingin lebih lama?

"Tapi sekarang aku mengerti. Jika kau memiliki seseorang yang ingin kau lihat lebih lama, memiliki sesuatu yang ingin kau pertahankan, kau akan merasa sangat khawatir, ingin melihatnya lebih lama, hidup lebih lama biarpun cuma sesaat."

Mendengar itu, Shi Yi langsung menggenggam tangannya. "Xue Ji, aku akan selalu ada di sini."

Xue Ji terharu mendengarnya. Belakangan ini dia banyak berpikir. Beberapa orang hidup sampai berusia 60 tahun, namun ada pula orang-orang yang hidup sampai 80 tahun.

"Mungkin setelah Yu Han mati, aku akan mati besok. Tapi mungkin juga aku bisa hidup sampai beberapa tahun lagi." Isak Xue Ji.

Dia sungguh menyesal karena selama ini tidak pernah percaya pada Tuhan. Dia ingin percaya pada Tuhan dan menyembah Tuhan sekarang, akankah Tuhan membantunya?

"Xue Ji, aku akan selalu ada di sini. Jika kau rindu aku, aku akan selalu ada di sini."


Xue Ji sontak menangis, dia benar-benar ketakutan dan tidak ingin mati. Tapi sekarang dia mengantuk dan meminta Shi Yi untuk membacakannya sebuah dongeng.

Shi Yi pun mulai membacakan dongeng tentang seekor kucing yang hidup, mati dan hidup kembali berulang kali selama satu juta tahun. Selama dia hidup dia disayangi oleh satu juta manusia, dan satu juta manusia menangis saat dia mati.

Si kucing tidak pernah menangis sebelumnya. Pernah sekali si kucing menjadi milik seorang Raja, si kucing benci sama Raja karena Raja suka berkelahi dan suka memulai perang.

Setiap kali berperang, Raja selalu menaruh si kucing di tas yang cantik dan membawanya ke medan perang bersamanya. Suatu hari, si kucing mati karena panah.

Raja yang saat itu sedang bertempur, langsung lari ke si kucing dan menangis tersedu-sedu. raja akhirnya mengakhiri perang dan pulang ke istana lalu mengubur si kucing di halaman istana.

 

Pernah pula si kucing menjadi milik seorang pelaut. Si kucing benci sama si pelaut yang selalu membawanya mengarungi samudera keliling dunia. Suatu hari, si kucing terjatuh dari kapal.

Karena si kucing tidak bisa berenang, si pelaut memakai jala untuk mengambil si kucing. Tapi si kucing sudah mati tenggelam. Si pelaut pun menangis/ Dia lalu membawa si kucing ke sebuah daratan terpencil dan menguburnya di bawah pohon.

Pernah pula si kucing menjadi milik seorang pesulap di sebuah sirkus. Si kucing benci sirkus. Setiap hari si pesulap menaruh si kucing di sebuah peti, si pesulap menggunakan gergaji untuk membuat seolah si kucing terbelah dua dan mendapat banyak tepuk tangan dari penonton.

Hingga suatu hari, si pesulap tak sengaja benar-benar memotong si kucing jadi dua. Si pesulap langsung memeluk kucing yang terbelah itu dan menangis. Kali ini tak ada seorang pun yang bertepuk tangan untuknya.

Di kehidupannya yang berikutnya, si kucing bukan milik siapapun. Pertama kalinya dia jadi kucing liar dan dia sangat senang. Kucing-kucing lain banyak yang menyukainya dan menginginkannya untuk jadi pasangan mereka.

Meeka mencoba merayunya dengan memberinya berbagai makanan, tapi si kucing menolak semuanya. Pengalaman hidup-matinya selama satu juta tahun membuatnya tak terpedaya oleh rayuan gombal semacam itu. Dia mencintai dirinya sendiri daripada siapapun.


Tapi ada satu kucing yang cuek sama dia. Seekor kucing putih yang sangat cantik. Si kucing tertarik padanya dan tanya apakah dia boleh bersamanya. Si kucing putih setuju. Maka kedua kucing itu pun menjadi pasangan seumur hidup.

Si kucing putih melahirkan banyak sekali anak-anak kucing yang imut-imut. Si kucing sangat mencintai si kucing putih dan anak-anak mereka, lebih daripada dirinya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, anak-anak kucing tumbuh besar lalu pergi sendiri-sendiri dan menjadi kucing-kucing lair yang cantik. Si kucing putih mulai semakin menua.

Suatu hari, si kucing putih tak sengaja terjatuh ke perangkap tikus dan tidak bergerak sama sekali. Si kucing memeluk si kucing putih dengan berlinang air mata.

Itulah pertama kalinya si kucing menangis. Dia menangis mulai subuh hingga petang setiap hari. Dia terus menangis tiada henti. Hingga suatu hari, tangisannya tiba-tiba berhenti, terbujur kaku si sebelah si kucing putih. Si kucing pun mati dan tak pernah hidup lagi.

Satu tahun kemudian...


Shi Yi seorang diri membawa anjingnya ke pantai. Dengan memakai kaos pemberian Xue Ji dulu, dia termenung menatap laut dengan sedih.

EPISODE 21 [ALTERNATE ENDING]


Di ending versi dua ini, Xue Ji masih hidup. Saat Shi Yi termenung menatap laut bersama anjingnya, dia melihat Xue Ji datang dan langsung lari memeluknya erat.
 
Kita kemudian dibawa kembaii ke masa lampau, saat En Shan dan Xue Ji menatap bintang jatuh di langit.  Xue Ji kemudian tanya apa yang akan En Shan lakukan jika dia bisa hidup sampai 100 tahun? Dan En Shan menjawab kalau dia tidak ingin hidup selama itu karena hidup sendirian di dunia ini pasti sangat kesepian.


"Tapi jika aku hidup bersamamu, biarpun cuma satu hari, maka itu sepadan dengan hidup sendirian selama 100 tahun." Ujar En Shan. Xue Ji bahagia mendengarnya dan langsung menyandarkan kepalanya di bahu En Shan.

- THE END -

Post a Comment

0 Comments