Sinopsis Long For You Episode 2

 Sinopsis Long For You Episode 2

Usai membunuh Xue Ji, kedua pria itu menyeret mayatnya ke tengah hutan, memotretnya lalu pergi meninggalkannya. Mereka lalu mengirim foto itu ke majikan mereka yang tak lain adalah Qin Shi.


Li Zhe baru saja sukses dengan kesepakatan bisnisnya lalu memutuskan pergi ke rumahnya Xue Ji. Tapi sampai beberapa lama dia memencet bel, tetap saja tak ada jawaban dari dalam rumah.


Lama-lama dia jadi cemas dan langsung menelepon Tao De, tapi Tao De mengaku bahwa Xue Ji tidak sedang bersamanya. Bukankah Xue Ji sedang bersama Li Zhe?

Li Zhe mengaku kalau Xue Ji kemarin pergi sendirian. Dia sekarang ada di depan rumahnya Xue Ji tapi sepertinya tidak ada orang di rumah.

Tao De jadi cemas juga. "Anda tunggu saja sebentar, saya akan datang sekarang."

Tao De datang tak lama kemudian dan membawa Li Zhe masuk ke rumah itu, tapi mereka tak mendapati Xue Ji di sana. Kamarnya pun kosong. Jelas Xue Ji belum pulang sejak kemarin.

Tapi dia pergi ke mana? Dia kan tidak familier dengan tempat ini mengingat dia baru saja datang ke kota ini. Apa mungkin dia tersesat? Atau mungkin dia keluyuran sampai lupa waktu?

Tao De rasa tidak. Jika dia cuma keluyuran maka seharusnya dia sudah kembali sekarang. Tao De benar-benar cemas sekarang, sebenarnya nanti sore dia mengundang Xue Ji untuk tanda tangan suatu dokumen. Apa mungkin dia terlibat kecelakaan? Ibunya Xue Ji juga meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan.

Li Zhe penasaran, tahun berapa kecelakaan itu terjadi? Tahun 1995, jawab Tao De. Li Zhe heran mendengarnya, dia baru berumur 5 tahun pada tahun 1997... Kalau begitu, wanita yang dia lihat di pulau, apa mungkin ibunya Xue Ji? Begini saja, sebaiknya mereka berdua berpencar untuk mencarinya.

 

Sementara itu di hutan, Xue Ji masih terbujur kaki di tengah hutan... saat tiba-tiba saja tubuhnya bergerak dan terbangun. Wiiiih?! Dia bangkit dari kematian!

"Tak kusangka wanita yang ingin membunuhku begitu terburu-buru," batinnya sinis.


Dia lalu menelepon Tao De dan minta dijemput di hutan. Tao De tiba tak lama kemudian dan langsung cemas melihat keadaannya. Dia kenapa? Apa dia diserang orang? Dia ingin membawa Xue Ji ke rumah sakit, tapi Xue Ji ngotot menolak.

"Jauh lebih sedikit orang yang tahu, jauh lebih baik."

"Nona, kalau saya boleh tahu. Apa sebenarnya yang terjadi?"

"Aku dibunuh orang. Pelurunya mengenai d~~aku."

Mendengar itu, Tao De cuma tampak cemas, tapi tidak merasa aneh. Melihat reaksinya yang terkesan biasa-biasa saja, Xue Ji bisa menduga kalau Tao De pasti mengetahui sesuatu tentang dirinya. Dia tahu kalau Tuan Li mengirim orang untuk memata-matainya.

Tao De mengakuinya, dia memang tahu sedikit. Tapi jangan khawatir, dia pasti akan merahasiakan masalah ini. Xue Ji percaya padanya, tapi dia tidak bisa mempercayai orang lain. Karena itulah, lebih baik sedikit orang saja yang tahu.


"Saya akan berusaha melindungi Nona sebaik mungkin. Ini juga merupakan wasiat dari Tuan Besar."

"Apa kau takut makanya sekarang kau gemetaran?"

"Tidak. Walaupun saya sudah mengalami berbagai macam hal, tapi saya tidak punya pengalaman menangani kasus semacam ini. Walaupun sebelumnya saya sudah bersiap, tapi melihat sendiri itu terjadi pada anda, saya masih agak sulit mempercayainya."

"Kau tidak takut?"

"Sejak jaman dahulu, orang-orang tidak takut akan berbagai macam hal. Baik itu sesuatu hal yang baik atau buruk."

"Terima kasih, Tao De."

Tapi, Li Zhe sedang dalam perjalanan kemari. Biar Li Zhe tidak curiga, sebaiknya Xue Ji ganti baju sekarang.


Li Zhe datang tak lama kemudian dengan cemas dan mendapati Xue Ji baru selesai mandi. Dia langsung memutar Xue Ji kesana-kemari, mengecek keadaannya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan memastikannya baik-baik saja. Tapi kenapa Xue Ji tidak pulang semalam?

Xue Ji berbohong kalau kemarin dia ketemu perampok waktu dia berkendara melewati pantai, terus mobilnya kehabisan bensin, jadi dia terjebak di tempat antah berantah.

Li Zhe heran mendengarnya, dia dirampok tapi bagaimana bisa dia mengucap masalah itu dengan begitu entengnya? Tidak seharusnya dia membiarkan Xue Ji menyetir sendirian kemarin. Dia akan suruh Tao De untuk menyewa lebih banyak pengawal untuk Xue Ji.

"Syukurlah kau baik-baik saja."

"Terima kasih karena kau sangat peduli padaku, Li Zhe."

"Aku tidak memedulikanmu, kok." Sangkal Li Zhe sok jaim.

Xue Ji geli mendengarnya. "Aku suka perasaan ini, perasaan aku tidak sendirian lagi. Perasaan seperti ada seorang anggota keluarga yang peduli padaku."

Agak canggung mendengar ucapan Xue Ji itu, Li Zhe memutuskan untuk pergi ke toilet tapi malah mendapati bajunya Xue Ji yang berlumuran darah dan tampak jelas ada lubang bekas peluru di bagian d~~a.


Qin Shi sedang membicarakan masalah pembagian warisannya dengan pengacaranya saat Tao De menelepon yang memberitahu bahwa Xue Ji untuk bertemu dengannya besok siang untuk membicarakan masalah warisan di kediaman keluarga Li.

Jelas saja Qin Shi kaget. Tapi karena tak ingin Tao De curiga, dia menyetujuinya saja. Tapi kemudian dia langsung menelepon si pembunuh dan tanya apakah mereka yakin orang yang mereka bunuh kemarin adalah Xue Ji?

Si pembunuh mengiyakannya dan membuktikannya dengan mengiriminya foto yang mereka ambil kemarin. Dan jelas-jelas foto mayat itu adalah mayatnya Xue Ji. Jelas saja Qin Shi jadi bingung dan ketakutan sekarang.


Mengetahui pertemuan Xue Ji dan Qin Shi hari ini, Li Zhe yang sekarang mencurigai Xue Ji, dengan sengaja tetap berada di kamar atas rumah keluarga Li dan diam-diam mengawasi saat Xue Ji datang dan berjalan masuk ke rumah itu.

Qin Shi benar-benar gugup saat duduk berhadapan dengan Xue Ji, sementara Xue Ji santai-santai saja seolah tak pernah terjadi apapun dan menanyakan bagaimana kabar Qin Shi belakangan ini.

"Aku baik-baik saja. Sepertinya... kau juga baik-baik saja."

"Sebenarnya belakangan ini hidupku tidak begitu baik. Dua hari yang lalu saat aku dalam perjalanan pulang dari pantai, aku mengendarai mobilnya Li Zhe, lalu... coba tebak apa yang terjadi? Aku dirampok."

Canggung dan bingung, Qin Shi pura-pura prihatin, bagaimana bisa itu terjadi? Lalu apa Xue Ji terluka? Tidak, dia baik-baik saja. Dia juga tidak perlu membayar ganti rugi hilangnya mobilnya Li Zhe karena itu ditanggung oleh pihak asuransi.


Tapi... Xue Ji tiba-tiba berjalan mendekatinya yang jelas saja membuat Qin Shi jadi semakin gugup. Tapi Xue Ji tiba-tiba tersenyum manis dan berkata. "Tapi untunglah aku tidak mengendarai mobil baruku. Jika tidak, aku pasti akan patah hati."

Qin Shi lega mendengarnya. Xue Ji mengaku bahwa dia datang hari ini karena ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Qin Shi. Karena bagaimanapun, secara hukum, Qin Shi adalah walinya. Jadi dia pikir, Qin Shi perlu tahu.

Gara-gara insiden perampokannya ini, Xue Ji berpikir... "Jika suatu hari aku tiba-tiba mati, aku ingin mendonasikan warisanku ke masyarakat."

Qin Shi pura-pura menyetujuinya saja, itu bagus. Tapi, Xue Ji kan masih sangat muda. Bukankah terlalu dini untuk mengatakan hal-hal semacam itu.

"Kau pikir aku memikirkan hal ini terlalu dini? Kalau begitu, akan kupikirkan ulang."

"Iya. Kau harus memikirkannya dengan benar. Hal semacam ini tidak boleh gegabah."

"Cuaca hari ini sangat bagus. Apa kau mau jalan-jalan bersamaku?"


Qin Shi agak ragu, tapi akhirnya dia menurutinya. Tapi begitu mereka sampai di tempat yang agak terpencil dan sepi, Xue Ji tiba-tiba berubah sikap dan mengonfrontasinya terang-terangan.

"Kau sangat menginginkan uang itu, yah? Kau tega membunuh orang asalkan kau mendapatkan uangnya, kan?"

Qin Shi pura-pura bodoh. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Kejahatan yang kau lakukan, apa kau pikir masalah ini akan selesai dengan pura-pura bodoh?"

"Aku walimu, apa kau tidak merasa kau tidak sopan bicara seperti ini padaku?"

"Wali?" Xue Ji geli mendengarnya. "Lihatlah dirimu, kau tidak bahagia hidup bersama Li Shi Zhong, kan?"


Saat Qin Shi mau menghindar dan pergi, Xue Ji tiba-tiba saja menodongkan pistol padanya yang terang saja membuat Qin Shi gemetar ketakutan.

"Setelah membunuhku, kau merasa sangat bahagia, kan? Kau tidak merasa bersalah, kan? Mereka mengirimimu foto setelah membunuhku, kan?"

Qin Shi awalnya masih bersikeras menyangkal semua tuduhan Xue Ji. Tapi sedetik kemudian dia berubah pikiran dan mengakui perbuatannya. Dia beralasan bahwa selama sepuluh tahun ini dia sangat menderita karena menikah dengan orang tua dan ditertawakan oleh semua orang.

Dia bertahan dengan harapan dia akan mendapatkan segala yang dia inginkan suatu hari nanti. Dia tidak seperti Xue Ji yang punya ibu kaya raya dan bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan sejak lahir. Sepanjang hidupnya dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri demi mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Xue Ji sinis mendengarnya. Qin Shi lucu sekali. Dia bicara seolah dia dipaksa padahal semua ini adalah pilihannya sendiri. Karena dia sendiri yang membuat keputusan itu, maka dia harus mau menanggung konsekuensinya.


"Xue Ji, pikirkanlah baik-baik. Kau harus membayar atas apa yang kau lakukan hari ini."

"Oke. Kalau begitu, mari kita coba." Xue Ji santai saja mengokang senjatanya yang jelas saja membuat Qin Shi ketakutan setengah mati.

"Ada enam lubang tapi cuma ada dua peluru. Itu artinya kau dan aku punya 2 banding 6 kesempatan untuk saling membuunh. Bukankah kau sangat ingin membunuhku? Kalau begitu, mari kita lihat, siapa yang akan beruntung kali ini."

Xue Ji dengan dinginnya memaksa Qin Shi untuk memegang senjatanya dan menantangnya untuk membunuhnya, tapi Qin Shi malah gemetaran hebat saking takutnya... hingga akhirnya dia mengakui kesalahannya dan memohon maaf.


Puas, Xue Ji pun membuang kedua peluru itu dan menyarankan sebaiknya mereka hidup dalam damai sekarang. Dia tidak akan ikut campur lagi jika Qin Shi jadi orang baik di masa mendatang.

"Tapi mulai sekarang, jangan datang dan menyentuhku lagi."

"Aku bersumpah! Aku tidak akan menyentuhmu lagi, sumpah!"

"Jika aku tahu kau punya pikiran buruk padaku lagi, kujamin kau tidak akan seberuntung hari ini."


Qin Shi akhirnya pergi. Dan baru saat itulah Xue Ji memanggil orang yang sedari tadi menguping mereka untuk keluar. Sudah berapa lama Li Zhe bersembunyi di balik pohon?

"Cukup lama."

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Aku penasaran. Siapa sebenarnya kau?"

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments