Sinopsis Long For You Episode 10

Sinopsis Long For You Episode 10

Nyonya Min tiba di rumah Xue Ji bersama sekretarisnya, tapi Xue Ji memperingatkannya untuk masuk sendirian. Nyonya Min menyapanya dengan sinis. "Apa kabar, Elisa?"


"lama tak bertemu, aku hampir tidak mengenalimu. Sudah 40 tahun lebih kan? Bagaimana hidupmu? Berapa umurmu?"

"68 tahun. Waktu telah banyak berlalu, kami semua menua... tapi kau masih sama."

"Katakan saja apa maumu?"

"Aku ingin kau memberiku kesempatan sekali lagi."

"Kesempatan bagimu untuk tidak mati? Biar kau tetap abadi seperti ini dan hidup selama ratusan tahun ke depan? Apa kau begitu menyukai dunia ini?"

Nyonya Min mengaku kalau dia masih ingin terus hidup karena dia ingin mendapatkan kembali kesempatan yang pernah hilang. Xue Ji menolak, tak peduli biarpun Nyonya Min menjanjikan seluruh kekayaannya untuknya.

Xue Ji tidak butuh uang sebanyak itu. Dia sudah pernah memberikan kesempatan untuk Nyonya Min dulu, waktu Nyonya Min berusia 30 tahun, tapi Nyonya Min sendiri yang memberikan kesempatan itu pada orang lain lalu pergi melarikan diri.

Flashback.


Xue Ji memberitahu Nyonya Min yang waktu itu masih muda bahwa dia akan memberi Nyonya Min kesempatan sesuai janjinya. Tapi dia tidak bisa jamin akan berhasil atau tidak, karena Xue Ji sendiri bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya mengalir dalam tubuhnya.

Mendengar ketidakpastian itu, alih-alih menggunakan dirinya sendiri, Nyonya Min muda justru memberikan kesempatan itu pada wanita lain. Xue Ji setuju lalu menyuntikan darahnya ke wanita itu.

Tapi alih-alih ketularan hidup abadi seperti Xue Ji, tubuh wanita itu tiba-tiba berubah memerah seluruhnya sebelum kemudian sesak napas, sekarat dan akhirnya mati dalam waktu yang sangat cepat. Nyonya Min muda ketakutan bukan main, sementara Xue Ji benar-benar merasa bersalah.

Flashback end.


Nyonya Min bertanya-tanya, malah sebenarnya selama ini dia selalu penasaran. Jika dia yang menerima suntikan itu waktu itu, apakah akan berhasil?

Xue Ji tak percaya mendengarnya, wanita itu mati tapi Nyonya Min bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun, malah bertanya-tanya apakah itu akan berhasil pada dirinya sendiri. Wanita itu mungkin tidak pernah tahu bahwa dia berada dalam bahaya besar waktu itu.

"Pergilah, tak ada lagi yang perlu kukatakan padamu." Usir Xue Ji.

Nyonya Min pantang menyerah dan terus berusaha memohon, ini keinginan terakhirnya. Dia tahu ini berbahaya, karena itulah ia akan tetap menerima hasilnya biarpun gagal.

"Aku sudah memberimu kesempatan dan kau sudah menggunakan kesempatan itu. Dan lagi, kau membuat orang yang tidak bersalah, mati."

Masih belum menyerah juga, Nyonya Min sontak berlutut dan bersujud di hadapan Xue Ji sambil terus memohon-mohon.

Xue Ji sinis melihatnya. "Tidak perlu melakukan hal semacam ini, nyonya bangsawan yang penuh percaya diri."


Chun Shan baru pulang saat itu sambil memapah Jiang Hui yang sudah mabuk. Chun Shan cepat-cepat membawa Jiang Hui masuk dan membaringkannya di kasur. Tapi saat dia hendak pergi, Jiang Hui tiba-tiba menggumamkan namanya dalam tidur dan memohon padanya untuk tidak pergi meninggalkannya dan berterima kasih karena Chun Shan telah menemaninya. Chun Shan tersenyum mendengarnya.
 

Jiang Hui terbangun keesokan harinya dengan kepala nyut-nyutan. Dia jadi menyesal, bagaimana dia bisa kerja kalau begini?

"Yah tidak usah kerja." Santai Chun Shan.

"Kenapa kau sama persis seperti Xue Ji yang selalu bebas dan nganggur di rumah? Apa kau juga tuan muda dari keluarga kaya?"

"Iya. Bagaimana kau bisa tahu?"

"Jadi di rumah ini, hanya aku seorang yang kerja banting tulang demi endapatkan uang?"

"Betul. Kami semua bergantung padamu." Canda Chun Shan


Mengalihkan topik, Chun Shan tanya apakah Xue Ji mengenal si nyonya yang kemarin bersujud di hadapan Xue Ji? Nyonya yang katanya menculik Jiang Huai itu.

Jiang Huai kaget, sama sekali tidak ingat tentang Nyonya Min kemarin. Chun Shan menduga-duga, apa mungkin Nyonya Min sedang memohon sesuatu pada Xue Ji? Atau punya hutang banyak pada Xue Ji?

Jiang Huai tak yakin, Nyonya itu kaya raya kok. Bahkan mobil yang dibuat untuk menculiknya juga mobil mewah. Tapi... memang sih Xue Ji lebih kaya.


Ibu mendatangi Jiang Huai di tempat kerjanya. Kali ini ia membawa kabar buruk, semua uang investasinya yang diinvestasikan pada sebuah perusahaan, dibawa kabur ke luar negeri.

Dan sekarang, Ibu tidak punya rumah untuk pulang. Soalnya selain menginvestasinya uang mereka dan saudara-saudara mereka, Ibu juga menghipotekkan rumah mereka.

Polisi bilang kalau orang-orang itu sudah melarikan diri ke luar negeri.  Karena itulah, Ibu datang untuk meminta bantuan Jiang Huai untuk meminjam sedikit uang dari temannya yang kaya itu.

Jiang Huai tak percaya mendengarnya, jadi ini alasan kedatangan Ibu? Tapi Jiang Huai tidak bisa meminjam uang sebanyak itu dan tidak punya uang sebanyak itu juga. Ibu ngotot menyuruh Jiang Huai memikirkan solusi, Ibu akan tunggu kabar darinya di rumah kakaknya.

Di tengah kebingungannya, Nyonya Min mendadak muncul menawarkan bantuannya untuk Jiang Huai. Tapi tentu saja bantuannya tidak gratis.


Malam harinya, Jiang Huai bergulingan dengan galau memikirkan penawaran Nyonya Min tadi. Nyinya Min akan membantu melunasi hutang ibunya asalkan Jiang Huai mau memberikan permintaan hadiah ultahnya (dari Xue Ji) pada Nyonya Min.

Itu memang penawaran yang adil. Tapi... sepertinya Nyonya itu tidak akan hidup lama. Apa tidak masalah melakukan itu? Tapi, sekarang ini dia sangat membutuhkan penawaran itu. Tapi bagaimana caranya memberitahu Xue Ji?


Keesokan harinya saat Xue Ji membangunkan Jiang Huai, dia malah mendapati Jiang Huai demam tinggi. Daan itulah Jiang Huai punya kesempatan untuk memberitahu Xue Ji bahwa dia ingin hadiah ultah yang dijanjikan Xue Ji, diberikan untuk Nyonya Min.

Xue Ji langsung setuju tanpa mempertanyakan apapun alasan Jiang Huai. Bagaimanapun ini adalah hadiahnya Jiang Huai, jadi dia berhak untuk memberikan hadiah ini untuk siapapun.

Jiang Huai terharu. Sebenarnya dia memang sudah bisa menduga kalau Xue Ji tidak akan menolak permintaannya. Kecemasan yang dia rasakan semalam, tiba-tiba menghilang.

"Aku merasa sangat tenang dan hangat, perasaan seperti ini tak pernah kudapatkan dari ibuku sebelumnya. Xue Ji, jika tidka ada kau dalam duniaku, apa yang harus kulakukan?" Batin Jiang Huai.


Xue Ji langsung menelepon Nyonya Min dengan sinis, akhirnya harapan Nyonya Min terkabul. Nyonya Min jujur mengakui kalau gadis itu sedang butuh uang dan dia punya kemampuan untuk menyelesaikan masalah gadis itu.

"Terima kasih, Xue Ji."

"Kau harusnya berterima kasih pada Jiang Huai. Dialah yang memberikan hadiahnya untukmu." Ujar Xue Ji lalu menutup teleponnya. Chun Shan turun tak lama kemudian dan memberitahu demamnya Jiang Huai sudah reda.


Li Zhe mendatangi perusahaan agensi Yin Hua (agensinya Shi Yi) untuk membahas kerja sama kedua perusahaan. Tapi Li Zhe punya satu syarat penting, yaitu Gu Shi Yi harus menandatangani kontrak dengan perusahaannya. Baru setelah itu, perusahaannya Li Zhe akan memulai promosi global untuk semua artisnya Yin Hua.

"Aku tidak setuju." Protes Nona Lin yang mendadak menyela rapat. Li Zhe jelas tercengang mengenali wajahnya, wajah pembunuh orang tuanya. Mereka pernah bertemu sebelumnya, kebetulan kah?


Teman-temannya Shi Yi dengan cepat mendapat kabar bahwa grup mereka akan segera bubar karena perusahaan SR (perusahaannya Li Zhe) ingin tanda tangan kontrak dengan Shi Yi.

Kabarnya Shi Yi akan diorbitkan jadi artis solo. Perusahaan SR bahkan rela membayar kompensasi pembatalan kontraknya Shi Yi dengan perusahaan Yin Hua.


Nona Lin datang saat itu dan membenarkan kabar yang mereka dengar. Tapi dia menegaskan bahwa dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Mereka satu grup dan dia tidak akan membiarkan usaha mereka tersia-sia.

Biarpun Shi Yi jadi artis solo, tapi mereka akan tetap debut sesuai rencana. Masalah mereka akan tanda tangan kontrak dengan perusahaan SR atau tidak, itu tergantung keputusan Shi Yi.

"Aku tidak mau," tolak Shi Yi.

Nona Lin senang. "Aku menghormati keputusanmu dan akan menolak tawaran SR. Kuharap masalah ini tidak akan memengaruhi kalian. Kalian teruslah latihan dengan giat." Dia lalu pamit sambil errr... melempar senyum malu-malu ke Shi Yi. (Dia suka Shi Yi?)


Para pegawai di perusahaannya Li Zhe galau karena mereka melihat bos mereka tampak mondar-mandir dengan gelisah di ruangannya. Mereka sampai tidak berani masuk untuk menyerahkan dokumen-dokumen mereka. Ada apa yah dengannya? Baru kali ini mereka melihat bos mereka seperti itu. Pasti ada yang tidak beres.

Jelas dia sedang memikirkan si pembunuh orang tuanya yang tidak menua sama sekali itu. Tapi bagaimana bisa? Benar-benar dia atau cuma seseorang yang mirip?

Dia langsung memanggil sekretarisnya dan menyuruhnya untuk menyelidiki presdir Yin Hua, Nona Lin Bei La itu. Temukan segala informasi yang bisa dia dapatkan. Termasuk apakah dia pernah oplas sebelumnya atau tidak.


Jiang Huai mondar-mandir galau. Xue Ji sampai gregetan melihatnya, ada apa sih dengannya? Jiang Huai memberitahu kalau hari ini adalah ultahnya Shi Yi.

"Oh... Hah?! Hari ini ultahnya Gu Shi Yi? Kenapa tidak bilang sedari tadi!" Xue Ji mendadak heboh dan langsung bersiap pergi.


Shi Yi sedang fokus menatap ponselnya saat Xue Ji mendadak muncul mengagetkannya sambil bawa kue ultah dan mengucap selamat ulang tahun untuknya.

"Bagaimana kau tahu hari ini ulang tahunku?"

"Jiang Huai yang bilang. Ulang tahun kalian cuma beda beberapa hari. Apa kalian sudah selesai latihan?"

"Iya."

"Kalau begitu, ayo kita pergi ke taman hiburan bersama. Aku ingin sekali pergi ke taman hiburan."

"Ini ulang tahunmu atau ulang tahunku?" Protes Shi Yi. "Akulah yang seharusnya menentukan lokasinya."

"Tapi aku benar-benar ingin pergi ke taman hiburan. Ayolah, ayolah, yah?"

"Hmm... oke."



Mereka akhirnya kencan ke taman hiburan dan Xue Ji langsung ingin naik bianglala. Shi Yi tidak mau, tapi Xue Ji ngotot soalnya dia sering lihat adegan naik bianglala di film-film. Dia ingin mencobanya sekali saja.

"Aku takut ketinggian." Aku Shi Yi. "Aku tidak mau naik."

Xue Ji kecewa. Baiklah kalau begitu. Sepertinya dia harus naik sendiri.  Mendengar itu, Shi Yi akhirnya nekat ikut naik. dia benar-benar ketakutan saat mereka naik semakin tinggi dan Xue Ji malah sengaja menggodanya dengan bergerak-gerak dan menggoyang kapsul bianglala mereka.

Shi Yi sampai protes dan baru saat itulah Xue Ji diam. Dia akhirnya mengalihkan pandangannya ke luar dan langsung kagum melihat pemandangan dari atas.

"Ternyata dunia ini jauh lebih indah daripada yang kukira."

"Tidak pernah naik bianglala. Aku sungguh tidak mengerti bagaimana kau tumbuh selama ini?"

"Mengolokku? Ini juga pertama kalinya bagimu."


Geli melihat ketakutan Shi Yi, Xue Ji langsung pindah duduk di sebelahnya. Kalau saja dia tahu Shi Yi takut naik bianglala, dia pasti akan mengajak Shi Yi sedari dulu.

"Lihatlah dirimu sekarang, kau bahkan tidak bisa bergerak. Apapun yang akan kulakukan padamu, kau tidak akan bisa melindungi dirimu. Muehehehe~~~~"

Tapi tiba-tiba Shi Yi menatapnya tajam, "siapa bilang aku tidak berani bergerak?" Ucap Shi Yi lalu menarik Xue Ji mendekat dan mengecup keningnya.

Bersambung ke episode 11

Post a Comment

0 Comments