Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 13

Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 13

Tahun 2007.

Ibu datang mengunjungi Yan Mo tepat saat Qiao Yi juga datang membawakan makan siang untuk Yan Mo. Ibu langsung nyerocos ingin memberitahu Qiao Yi tentang alasan putra kesayangannya sakit, tapi Yan Mo dengan cepat menyela dan berusaha mengusir Ibu secara halus.


Bahkan saat Ibu ngotot tidak mau pergi, Yan Mo langsung menatapnya dengan intens sampai Ibu jadi canggung sendiri dan akhirnya mau juga pergi meninggalkan kedua muda-mudi itu berduaan.


Yan Mo lalu memberikan beberapa buku catatan untuk Qia Yi pelajari, jangan malas. Bahkan sekalipun dia sudah pergi ke Inggris, Yan Mo akan mengecek perkembangan Qiao Yi setiap hari lewat video.

Dia sudah menentukan sebuah universitas di Inggris yang paling sesuai dengan nilai-nilainya Qiao Yi. Dia juga bisa mendapatkan beasiswa setiap tahun. Dan yang paling penting... universitas itu dekat dengan Cambridge.

"Seharusnya kau jadi guru. Guru yang sangat mencemaskan muridnya."

"Aku mencemaskanmu."

"Boleh aku menanyakan pertanyaan terakhir?"

"Katakan."

"Apa aku boleh menjual buku-buku catatan ini? Mungkin aku bisa punya cukup uang untuk beli tiket pesawat dan biaya kuliah."

Yan Mo sontak menampilkan senyum manisnya yang menakutkan. "Coba saja kalau kau berani."


Ayah dan Kepala Polisi masih melakukan pengintainya. Kali ini mereka akhirnya melihat pergerakan para pencuri kabel itu. Ayah langsung menyuruh Kepala Polisi untuk menghubungi kantor pusat, sementara ia sendiri keluar dan berusaha mendekati mereka dengan alasan minta pemantik pada mereka.

Dia hampir saja berhasil. Tapi salah satu dari mereka tiba-tiba melihat Kepala Polisi yang malah terang-terangan melihat mereka. Mereka sontak kabur. Ayah berusaha mengejar mereka saat tiba-tiba saja sebuah mobil melintas cepat... tepat ke arah Ayah. OMG!


Qiao Yi hendak keluar dari rumah sakit tapi langkahnya seketika membeku saat melihat Ayah tengah dilarikan ke ruang operasi dalam keadaan sekarat. Begitu shock-nya dia sampai dia menjatuhkan semua buku catatannya Yan Mo. Apa yang sebenarnya terjadi?

Dia menunggu seorang diri di depan ruang operasi sampai malam tiba. Guan Chao dan Ibu terburu-buru datang tak lama kemudian dan Qiao Yi langsung berpegangan pada Guan Chao.

 

Operasi pun akhirnya selesai, tapi dokter memberitahu bahwa kaki Ayah terluka sangat parah. Berusaha tetap tenang, Ibu menyuruh mereka pulang untuk mengambil beberapa keperluan.


Guan Chao mengepak beberapa baju, tapi menyuruh Qiao Yi untuk tidak ikut balik bersamanya ke rumah sakit, lebih baik Qiao Yi istirahat saja dan besok dia gantian jaga Ayah.

Melihat wajah murung Qiao Yi, Guan Chao langsung memeluknya dan meyakinkannya untuk tidak takut. "Aku ada di sini."


Qiao Yi jadi tidak bisa konsen di sekolah saking cemasnya dan terus sibukberkutat dengan ponselnya sampai Guru Gao harus menegurnya.

Tak menemukan Guan Chao di kelas untuk menuntut janji piketnya Guan Chao, Wu Yi langsung menelepon Guan Chao tapi malah cemas mendengar suara Guan Chao yang terdengar serak dan memintanya untuk menemani Qiao Yi, dia benar-benar mengkhawatirkan Qiao Yi.


Qiao Yi menelepon Ibu dan diberitahu kalau Ayah sudah keluar dari ICU, tapi masih belum sadarkan diri. Parahnya lagi, dokter bilang bahwa bagian bawah tubuh Ayah akan lumpuh. Ibu sungguh tidak mengerti kenapa musibah ini terjadi pada mereka. Apa sebenarnya salah dan dosa mereka?

"Bu, aku dan Guan Chao bersamamu. Jangan takut." Qiao Yi berusaha menguatkan Ibu padahal dia sendiri sebenarnya takut.


Kepala Polisi datang menjenguk Ayah sekaligus memberi bantuan uang sumbangan dari para rekan polisi. Ia juga memberitahu bahwa para pencuri kabel itu sudah tertangkap.

Kepala Polisi benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Ayah. "Semuanya salahku. Maafkan aku. Katakan saja padaku jika kau membutuhkan bantuan apapun. Jangan sungkan."

"Terima kasih. Sebenarnya aku tidak menyalahkan siapapun. Itu pekerjaan dan tanggung jawabnya. Di rumah, dia selalu berkata bahwa polisi ada untuk melindungi dan berjuang demi kedamaian."


Qiao Yi ada di sana dan sedih mendengarkan ucapan Ibu. Yan Mo meneleponnya saat itu, menanyakan apakah Qiao Yi akan datang menjenguknya. Entah kenapa Qiao Yi tidak menceritakan apapun dan hanya beralasan kalau dia sedang ada urusan lain sekarang.

"Kenapa kau terdengar sangat lelah?" Heran Yan Mo.

"Semalam aku begadang sepanjang malam baca buku, makanya sekarang aku lelah." Alasan Qiao Yi. "Aku tidak bisa menjengukmu besok."

"Tidak masalah. Aku sudah boleh keluar dari rumah sakit besok. Aku akan menemuimu di sekolah."

"Tidak perlu. Urus saja persiapan perjalanan ke luar negerimu."

Yan Mo benar-benar merasa aneh mendengarnya, apa Qiao Yi baik-baik saja? Qiao Yi mengiyakannya dan cepat-cepat menutup telepon.


Tak lama kemudian, Guan Chao datang dengan membawa Wu Yi yang langsung memeluknya dan meyakinkannya untuk tidak takut. "Kita akan menghadapi ini bersama-sama."


Sendirian di rumah malam itu, Qiao Yi ditelepon Ibu yang menyuruhnya untuk mengambil buku tabungan Ibu di laci. Dan dari situlah dia baru tahu tabungan kedua orang tuanya sangat terbatas, jelas mereka sebenarnya tidak mampu membiayai kuliahnya ke Inggris, ditambah lagi dengan musibah besar yang tengah menimpa mereka saat ini.


Di sekolah keesokan harinya, Yan Mo menemui Qiao Yi untuk memberikan materi yang harus Qiao Yi pelajari untuk ujiannya. Tapi Qiao Yi benar-benar tidak mood dan langsung pergi setelah mengambil buku-buku catatan itu dengan alasan mauaa menyelesaikan PR-nya.

Qiao Yi benar-benar tidak bisa konsen belajar apapun di rumah, teringat kenangannya bersama Ayah saat Ayah baru menikah dengan Ibu dulu.

Flashback.



Berbeda dengan Guan Chao yang langsung bisa menerima Ayah sebagai Ayah baru mereka, Qiao Yi justru sebaliknya. Dia memperlakukan Ayah dengan dingin, dia bahkan memanggil Ayah sebagai 'Paman' sampai Ayah jadi sedih karenanya.

Tapi Ayah tetap baik dan terus berusaha mendekati Qiao Yi dengan sabar. Suatu hari, Qiao Yi hampir saja ditabrak sepeda. Ayah sontak cemas bukan main, ia langsung mengecek kalau-kalau Qiao Yi terluka dan memarahi di pengendara sepeda itu.


Qiao Yi pun semakin lama mulai semakin tersentuh oleh kebaikan Ayah... hingga suatu hari saat Qiao Yi hendak berangkat ke sekolah, tiba-tiba dia menanyakan pertanyaan yang mengejutkan semua orang.

"Bisakah jemput aku sepulang sekolah nanti... Ayah?"

Ayah senang. "Tentu saja."

Guan Chao pun senang dan mengucap selamat untuk Ayah yang telah berhasil menaklukkan hati  Qiao Yi.

Flashback end.

 

Guan Chao muncul saat itu dan langsung memberikan buku tabungannya yang jumlahnya lumayan. Semuanya buat Qiao Yi. Qiao Yi kaget, dari mana dia mendapat uang sebanyak ini? Saat itulah Guan Chao baru mengaku kalau selama ini dia kerja menyervis komputer.

Qiao Yi kan bodoh dan tidak akan mungkin masuk universitas, makanya awalnya Guan Chao berencana menabung semua ini buat modalnya Qiao Yi buka toko. Setidaknya dengan begitu, Qiao Yi akan bisa mencari nafkah sendiri dan tidak akan merepotkannya

Tapi yang tidak Guan Chao sangka, ternyata Qiao Yi akan berusaha sekeras ini. Sekarang dia punya harapan untuk masuk universtas. Jadi Qiao Yi bisa menggunakan semua ini untuk biaya studinya ke Inggris.


Dia tidak perlu mengkhawatirkan keluarga mereka ataupun uang, lanjutkan saja semua rencananya. Guan Chao janji akan mencari cara untuk membiayai kuliahnya Qiao Yi di Inggris.

Tapi Qiao Yi menolak dengan mata berkaca-kaca sampai membuat Guan Chao panik memperingatkannya untuk tidak menangis. Yang paling Guan Chao takutkan di dunia ini adalah tangisannya Qiao Yi. Cepat-cepat menghapus air matanya, Qiao Yi ngotot menolak, simpan saja untuk keluarga mereka.


Keesokan harinya, Qiao Yi memberitahu Yan Mo bahwa dia kehilangan buku-buku catatannya Yan Mo (gara-gara terjatuh waktu di rumah sakit). Tapi dia beralasan pada Yan Mo bahwa dia hanya lupa menaruhnya di mana.

Yan Mo tak mempermasalahkannya dan berniat membuatkan yang baru saja untuk Qiao Yi. Saat itulah Qiao Yi akhirnya dengan berat hati berkata kalau dia tidak mau pergi ke Inggris.

Dia beralasan kalau ujian masuk universitas dan berbagai ujian bahasa Inggris itu terlalu berat baginya dan membuatnya sangat stres. Dia orang yang tidak punya ambisi, cukup baginya untuk masuk ke universitas lokal saja.

"Tapi kau sudah janji untuk pergi ke Inggris bersamaku."

"Itu dulu. Belakangan aku memikirkan ulang dan menyesalinya."

"Ini keputusan akhirmu?"

"Aku akan mencari dan mengembalikan buku-buku catatanmu. Kita dari dunia yang berbeda."

Yan Mo berusaha mencegahnya pergi, tapi Qiao Yi dengan dinginnya melepaskan tangannya dan berkata. "Jangan menyia-nyiakan waktumu untukku."


Qiao Yi tengah menunggui Ayah saat Da Chuan tiba-tiba muncul, entah dari mana dia mengetahuinya dan langsung protes. Kenapa Qiao Yi tidak bilang-bilang? Di mana Yan Mo?

"Aku tidak memberitahunya."

"Kenapa?"

"Aku punya rencanaku sendiri. Tolong bantu aku merahasiakannya."


Semua permasalahannya belakangan ini membuat Qiao Yi jadi mendapat nilai sangat rendah sampai membuat Guru Gao heran.

Begitu sekolah usai, Qiao Yi langsung bergegas mau ke rumah sakit. Tapi baru juga sampai gerbang, hujan tiba-tiba mengguyur deras dan Qiao Yi tidak bawa payung.

Tepat saat itu juga, Da Chuan dan Yan Mo lewat. Tapi Yan Mo langsung pergi begitu saja dan mengacuhkannya. Da Chuan ingin meminjaminya payung, tapi Yan Mo sepertinya cemburu dan dengan kejamnya menyuruh Da Chuan pergi, tidak usah mempedulikan Qiao Yi.

Padahal dia sendiri sebenarnya galau... akhirnya dia lari ke Qiao Yi, memberikan payungnya untuk Qiao Yi, sementara dia sendiri berlari menembus hujan.


Ibu benar-benar tampak kacau setelah beberapa hari menunggui Ayah di rumah sakit terus. Qiao Yi sampai cemas melihatnya dan mengingatkan Ibu bahwa Ayah menyukai Ibu yang bersih dan cantik, jadi sebaiknya Ibu mandi. Kalau tiba-tiba Ayah bangun dan melihat kondisi Ibu seperti ini, Ayah mungkin akan pingsan lagi.

Ibu akhirnya setuju untuk pulang. Sendirin menunggui Ayah, Qiao Yi memijatnya dan bergumam berulang kali bagai mantra, meminta Ayah untuk bangun.


Keesokan harinya di sekolah, Yan Mo kembali menemuinya dengan alasan meminta payungnya dikembalikan. Tapi begitu Qiao Yi mengulurkan tangannya, Yan Mo dengan cepat memasang jam tangan di tangannya dan mencengkeramnya erat.

Dia berbohong kalau ini adalah alat pendeteksi kebohongan. Detak jantung akan meningkat saat seseorang berbohong. Yan Mo yakin kalau Qiao Yi sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Qiao Yi pergi ke mana malam sebelumnya?

Qiao Yi percaya-percaya saja dengan kebohongan Yan Mo tentang jam tangan itu dan jadi gugup karenanya. Dia berbohong kalau dia ke sekolah baca buku, tapi tentu saja Yan Mo tak percaya dan terus merongrongnya hingga Qiao Yi tak punya pilihan selain jujur mengaku kalau dia pergi ke rumah sakit.

Yan Mo kaget, kenapa dia pergi ke rumah sakit? Panik tak ingin mengakuiya, Qiao Yi langsung melepaskan tangannya dan pergi secepat mungkin.


Wu Yi menemani Qiao Yi di rumah sakit malam itu dan berusaha menyakinkan Qiao Yi kalau Ayah pasti akan sembuh jika dia menjalani berbagai pengobatan. Dia bahkan menitipkan catatan medis Ayahnya Qiao Yi pada ibunya yang mau berangkat ke Shanghai besok agar mereka bisa menemukan dokter terbaika untuk Ayah. Tapi Qiao Yi ragu, bagaimana kalau tidak berhasil?

"Maka... kita belikan dia kursi roda terbaik."

Qiao Yi tersenyum mendengarnya. "Terima kasih."

"Tidak perlu. Aku tidak punya ayah. Jadi ayahmu adalah ayahku juga."


Guan Chao datang tak lama kemudian untuk mengantarkan Wu Yi pulang. Mereka saling berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Sedih melihat wajah murung Guan Chao, Wu Yi memutuskan untuk menanyakan sesuatu.

"Kau tidak pernah menyukaiku, kan?"

Guan Chao langsung canggung, tak tahu harus menjawab apa. Dia benar-benar merasa bersalah pada Wu Yi. Berusaha bersikap biasa-biasa saja, Wu Yi menekan emosinya sambil pura-pura protes, seharusnya Guan Chao bilang dong biar mereka bisa berbagi uang taruhannya.

"Guan Chao, bisakah kita berjanji pada satu sama lain? Mulai sekarang, baik dalam situasi apapun, sehat ataupun sakit, kaya ataupun miskin, bahagia ataupun sedih, aku - Hao Wu Yi, akan selalu menjadi teman baikmu! Ayo, janji."

Dia bahkan memaksa Guan Chao untuk berjanji jari kelingking dengannya dan meyakinkan Guan Chao untuk tidak merasa bersalah padanya. Dia sudah tidak marah lagi kok.

"Sampai jumpa... teman." Wu Yi pun pergi sembari menangis diam-diam. Guan Chao sendiri pun tampak galau melihat kepergian Wu Yi.


Yan Mo sedang mengepaki barang-barangnya saat Da Chuan tiba-tiba tertarik dengan jam tangannya Yan Mo. Da Chuan santai saja memakainya. Tapi Yan Mo memanfaatkan saat itu dan berbohong kalau itu adalah polygraph. Mempercayai kebohongannya, Da Chuan panik dan berusaha melepasnya.

Tapi Yan Mo dengan cepat mencengkeram erat tangannya dan mulai menginterogasi Da Chuan tentang Qiao Yi. Ke mana Qiao Yi pergi waktu itu dan apa yang dia katakan pada Da Chuan.

Da Chuan berusaha menyangkal dan pura-pura bodoh, tapi kebohongannya benar-benar kentara sangat jelas. Apa sebenarnya yang Da Chuan sembunyikan darinya? Da Chuan terus ngotot menyangkal dengan gugup.


"Fei Da Chuan. Kau berbohong padaku. Kau keluargaku tapi kau berbohong padaku."

Da Chuan jadi merasa bersalah dan akhirnya mengalah. Dia sebenarnya ingin memberitahu Yan Mo, tapi Qiao Yi keras kepala memintanya untuk menyembunyikannya dari Yan Mo.

"To the point aja."

"Ayahnya mengalami kecelakaan mobil."

Bersambung ke episode 14

Post a Comment

0 Comments