Keesokan harinya, Guan Chao lagi-lagi sudah keluar rumah sedari tadi pagi. Qiao Yi heran, apa Ibu tidak khawatir kalau Guan Chao melakukan hal yang tidak-tidak.
Ibu santai saja, yang penting kan Guan Chao tidak bikin masalah. Mereka akhirnya berangkat untuk membeli sepatu baru buat Qiao Yi.
Yan Mo menemani ibunya shopping di mall. Tapi dia tidak tertarik sedikitpun dengan acara ini. Bahkan saat Ibu tanya baju mana yang menurut Yan Mo paling abagus, Yan Mo asal saja menjawab, sama aja.
Ibu sampai gregetan dibuatnya. "Apa seperti ini sikapmu saat belanja bersama Qiao Yi?"
Yan Mo kaget mendengar ibunya tahu tentang Qiao Yi. Yah, Ibu mengaku sudah tahu tentang Qiao Yi dari Da Chuan. Jadi siapa yang membeli kaos Tom and Jerry itu, Yan Mo apa Qiao Yi?
"Ini tidak seperti yang Ibu pikirkan."
"Merasa bersalah, yah? Ibu bahkan tidak bilang apa yang ibu pikirkan, bagaimana kau bisa tahu?"
Yan Mo mendadak ngambek dan langsung keluar.
Qiao Yi dan ibunya juga mendatangi mall yang sama dan melihat-lihat sepatu di salah satu toko. Qiao Yi langsung menyukai salah satu sepatu bermerk tapi tentu saja harganya sangat mahal, tidak ada diskon lagi.
Qiao Yi terpaksa menolak tawaran pegawai toko untuk mencoba sepatu itu dan pergi. Mereka akhirnya pergi ke kios penjual sepatu murah. Tapi Qiao Yi tampak gengsi berada di sana.
Ibu Yan Mo jadi kepo dengan gadis yang dilihat Yan Mo itu dan langsung berniat mendekatinya, tapi Yan Mo malah bilang kalau dia tidak mengenal gadis itu dan bergegas pergi.
Jelas saja reaksinya itu membuat Qiao Yi sedih dan kecewa, mungkin mengira Yan Mo pura-pura tidak mengenalnya karena malu punya teman miskin seperti dirinya. Qiao Yi jadi kesal sekarang.
Bahkan saat Ibu menawarinya mencoba sepatu, dia langsung menolak. Ibu bingung dan mulai emosi, katanya tadi dia mau beli sepatu. Ibu bahkan sudah bersusah payah memilihkannya untuk Qiao Yi, dia tidak masuk akal sekali.
"Aku sudah sangat masuk akal! Ibu mau aku gimana lagi?!" Sentak Qiao Yi lalu pergi dengan kesal.
Keesokan harinya di sekolah, Guru Gao mengumumkan bahwa besok ujian akhir semester akan dimulai dan pertemuan wali murid juga akan segera diadakan.
Qiao Yi sekarang jadi ngambek sama Yan Mo sampai-sampai dia menolak catatan matematika yang Yan Mo tawarkan padanya dan langsung pergi begitu saja.
Tapi saat Yan Mo batuk-batuk, Qiao Yi sebenarnya masih peduli dan mencemaskannya. Dia bahkan sengaja membuat dirinya sendiri sakit dengan meletakkan es-es batu di kasurnya dan membuka jendela kamarnya sepanjang malam.
Ujian akhirnya selesai dan nilai-nilai mereka diumumkan. Qiao Yi lumayan ada peningkatan, sekarang dia masuk 400 besar.
Tapi Yan Mo malah jadi cemas saat melihat Qiao Yi masuk dengan mengenakan masker dan batuk-batuk, mengira Qiao Yi sakit gara-gara ketularan dirinya.
Ah, ternyata Qiao Yi membuat dirinya sendiri sakit biar dia bisa berbagi obat buat Yan Mo. Yang jadi masalah, Yan Mo sekarang sudah sembuh. Wkwkwk! Aduh, kasihan banget Qiao Yi. Malu, Qiao Yi langsung pura-pura tidur. Yan Mo jadi canggung tak tahu harus bagaimana.
Malam harinya, Ibu heran melihat Yan menatapnya terus seolah ingin mengatakan sesuatu. Ada apa? Yan Mo agak ragu bagaimana harus menyampaikannya, tapi akhirnya dia mengaku kalau 'dia' sedang marah.
Ibu langsung paham siapa yang dimaksudnya, pasti Qiao Yi, kan? Apa Yan Mo melakukan kesalahan padanya?
"Aku tidak tahu."
"Beri saja dia hadiah. Memberi hadiah bisa menyelesaikannya. Apa yang kau berikan padanya untuk tahun baru?"
"Memangnya harus kasih?"
Tentu saja. Hadiah adalah cara terbaik untuk mengekspresikan perasaan. Memberi hadiah pada orang lain juga bisa membuat diri sendiri menjadi lebih bahagia.
Ibu bahkan mendadak antusias mau menemani Yan Mo membeli hadiah... yang langsung ditolak mentah-mentah sama Yan Mo. Pfft!
Walaupun masih marah, tapi Ibu tetap perhatian pada Qiao Yi dan memberinya obat. Guan Chao heran melihatnya sakit, apalagi melihat wajah marah Ibu, apa Qiao Yi membuat Ibu marah lagi? Dasar! Sudah bertahun-tahun, tapi Qiao Yi masih saja belum belajar.
Ayah juga heran dengan Qiao Yi, ada apa dengannya belakangan ini? Sepertinya dia stres. Ibu memberitahu Ayah kalau Qiao Yi ingin sepatu baru, tapi harganya terlalu mahal, jadi Ibu tidak membelikannya. Makanya Qiao Yi ngambek.
Ayah tak setuju dengan sikap Ibu, mereka harus adil, jangan cuma membelikan segala sesuatu untuk Guan Chao.
Ibu menegaskan kalau dia sudah adil, dia cuma memberi 100 dolar untuk Guan Chao. Ayah tak percaya, sepatu baru yang Guan Chao beli itu sepertinya jauh lebih mahal dari 100 dolar.
Ngomong-ngomong tentang anak-anak, mereka mendapat undangan dari sekolah untuk pertemuan para wali. Mereka dapat dua undangan, masing-masing sebagai walinya Guan Chao dan Qiao Yi... dan tiba-tiba saja Ibu dan Ayah ribut memperebutkan posisi untuk jadi walinya Guan Chao.
Ayah ingin jadi walinya Guan Chao, tapi Ibu tak setuju. Guru Gao kan sudah tahu kalau Ibu adalah walinya Guan Chao. Ayah tak terima, Ibu enak bisa jadi pusat perhatian karena terkenal sebagai walinya Guan Chao, Ayah yang nggak enak karena harus menahan malu jadi walinya Qiao Yi yang selalu mendapat ranking rendah.
Tak ada yang mau mengalah, mereka sontak melakukan hompimpa... dan Ayah kalah. Pfft!
Di sekolah, Guru Gao mendadak berdendang riang... lalu sengaja pamer kartu ucapan tahun baru yang dia dapatkan dari Wu Yi pada Guru Tong.
Tapi Guru Tong dengan santainya membuka lacinya... memperlihatkan puluhan kartu dari murid-murid. Wkwkwk! Malunya Guru Gao cuma dapat satu surat.
Berusaha mempertahankan harga dirinya, Guru Gao langsung nyerocos tentang kartunya yang harganya mahal. Dia lalu membuka isinya.
Tapi begitu membaca suratnya, dia mendadak speechless karena Wu Yi malah menulis kalimat romantis. (Pfft! Pasti salah kirim deh)
Ayah baru datang tak lama kemudian dan langsung duduk di samping Ibunya Yan Mo lalu memeriksa rankingnya Qiao Yi yang sekarang di urutan 36, lebih tinggi dari sebelumnya.
Ibunya Yan Mo yang awalnya diam saja, mendadak menyapa Ayah dengan antusias dan memperkenalkan dirinya adalah Ibunya Yan Mo, si juara satu.
"Anak anda pintar sekali," puji Ayah.
"Pintar apanya? Selain belajar, dia tidak bisa apa-apa."
Tiba-tiba Ibu memperhatikan dan menilai wajah Ayah yang lumayan ganteng. "Biasanya anak perempuan mirip ayahnya. Qiao Yi pasti sangat cantik! Putri anda pasti sangat cantik."
"Err... lumayan." Ayah rada canggung dengan sikap aneh Ibu.
Rapat dimulai begitu Guru Gao datang. Tapi Wu Yi malah sedang kesal di depan gerbang sekolah gara-gara ibunya malah baru datang.
Ibu bahkan tidak ingat di mana letak ruang kelasnya. Sekretarisnya Ibu mencoba menjelaskan kalau Ibu barusan ada meeting, tapi Wu Yi tak mau tahu.
Saat Yan Mo melewati lapangan basket, Da Chuan langsung mengajaknya main basket. Yan Mo kan lagi sakit, jadi dia harus banyak olahraga biar cepat sembuh.
Yan Mo awalnya menolak karena mau membeli sesuau, tapi ucapan Da Chuan ada benarnya juga.
Dia akhirnya mau juga main basket lalu membuka jaketnya... yang kontan membuat semua mata menatapnya dengan heboh gara-gara dia pakai kaos Tom and Jerry.
Yan Mo ternyata jago juga main basketnya. Qiao Yi kebetulan lewat di lapangan basket itu dan langsung tersenyum geli melihat Yan Mo pakai kaos pemberiannya itu.
Ibu Wu Yi sepertinya benar-benar sibuk, bahkan saat mereka dalam perjalanan pulang, ia terpaksa berhenti di tengah jalan gara-gara menerima berbagai telepon. Dia bahkan berkta kalau dia akan pergi ke luar kota lagi hari ini.
Wu Yi kesal banget mendengarnya. Terserah deh, turunin aja dia di lampu merah, dia mau nonton. Terang saja Ibu langsung mengomelinya panjang lebar dan membanding-bandingkan kisah hidupnya yang dulu pernuh perjuangan sehingga membuatnya tumbuh menjadi orang yang kompetitif dan kritis.
Tidak seperti Wu Yi yang hidupnya terlalu enak-enakan sehingga dia jadi malas seperti ini dan suka bikin masalah. Wu Yi malas banget mendengarnya, sudah jutaan kali Ibu menceritakan kisah hidupnya, Wu Yi sampai hapal di luar kepala. Lagian memangnya dia bikin masalah apa lagi? Dia selalu bersikap baik di sekolah dan nilai-nilainya selalu stabil.
"Wu Yi, kau sudah besar sekarang. Kau harus belajar untuk bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri. Aku tidak akan bisa selamanya berada di sisimu. Masalah nilai-nilaimu, aku bisa mencari orang untuk mengajarimu. Asalkan kau berusaha keras, aku bisa menerima berapapun nilaimu. Tapi kali ini masalah serius, aku harus bicara denganmu tentang masalah ini!"
Wu Yi bingung, masalah apa yang Ibu maksud? Maka Ibu pun langsung memperlihatkan surat yang dia berikan pada Guru Gao itu. Saat itulah Wu Yi baru sadar kalau dia sudah salah ngasih surat dan langsung bergegas mencari Da Xiong.
Tapi Wu Yi sama sekali tidak curiga dengan reaksinya Da Xiong itu saking paniknya dengan ketakutannya sendiri dan memohon maaf karena sudah salah ngasih surat ini ke Guru Gao.
Da Xiong paham dan langsung berakting sok ngambek. Yah sudahlah, Wu Yi kan sudah menjernihkan masalah ini, jadi tidak masalah. Wu Yi senang.
Pada hari tahun baru, Yan Mo mendapat hadiah sebuah album Beatles kesukaannya. Sementara Qiao Yi tercengang mendapati hadiah sepasang sepatu Nike asli yang begitu didambakannya, sekarang sudah ada di hadapannya begitu dia baru bangun tidur.
Pastinya itu hadiah dari kakak kembarnya yang biarpun suka menggodainya tapi sebenarnya sangat menyayanginya. Hadiah yang dibelinya dari hasil kerja kerasnya sendiri.
"Semua orang mendambakan hadiah saat tahun baru, ulang tahun, berbagai peristiwa spesial lainnya. Itu adalah bukti kita dicintai. Dan beberapa orang yang hadir dalam hidup kita. Mereka yang mencintai kita adalah hadiah terbaik yang diberikan Tuhan pada kita."
Epilog:
Guru Gao galau. Masih yakin kalau Wu Yi ada perasaan sama dia, makanya dia mencoba mencari berbagai referensi. Parahnya lagi, tiba-tiba dia menemukan sebuah artikel yang sontak membuatnya jadi tambah ngeri: Seorang murid bunuh diri setelah cintanya ditolak gurunya. Pfft!
Karena itulah waktu Guru Gao bicara pada Ibunya Wu Yi, dia meminta Ibu untuk bicara baik-baik pada Wu Yi, jangan marah, tuntun dia dengan sabar, dan tanya sama Wu Yi... kebaikan apa yang Wu Yi lihat dari dirinya sehingga Wu Yi menyukainya, dia bersedia berubah demi Wu Yi kok. Wkwkwk!
Ibu jelas panik mendengarnya dan buru-buru pergi. Heran dia, kenapa putrinya bisa suka sama orang seperti ini.
Bersambung ke episode 7
1 Comments
Ya ampun akhirnya di lanjut jugaa kakkk..makazihhh..semangatt kakk
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam