Sinopsis Before We Get Married Episode 2 - 2

 Sinopsis Before We Get Married Episode 2 - 2

Setelah beberapa saat memperhatikannya dari luar, Ke Huan akhirnya masuk. Wei Wei kesal melihatnya lagi, ngapain dia ke sini? Tentu saja untuk mencari Wei Wei.

"Aku tidak suka putus lewat telepon."


Hah? Mereka bahkan tidak punya hubungan apapun, lalu bagaimana mereka bisa putus? Ke Huan bersikeras bahwa perpisahan apapun harus diucapkan secara langsung. (Jadi dia mau nyerah nih?)

Baiklah. Kalau begitu, Wei Wei tegaskan sekali lagi. Mereka sama-sama sudah punya pasangan. Dia tidak akan pernah datang seandainya dia tahu kalau pesta itu ternyata acara kencan buta. Dia sama sekali tidak pernah berpikir untuk berselingkuh.

"Seandainya aku bisa memecet tombol delete akan semua kejadian malam itu, aku akan memencetnya tanpa ragu. Kumohon dengan sungguh-sungguh padamu, tolong berhentilah muncul di hadapanku. Setiap kali melihatmu, aku selalu teringat kejadian malam itu dan itu membuatku tidak nyaman."


Wei Wei memohon agar Ke Huan menghapus nomor kontaknya dan berhentilah menghubunginya. Ke Huan tersenyum miris mendengarnya. Wei Wei beranjak pergi... saat tiba-tiba saja Ke Huan berkata.

"Maaf. Zhou Wei Wei, aku benar-benar punya perasaan padamu. Tapi jika kau memilih untuk mengakhiri hubungan kita, kudoakan semoga bahagia. Kudoakan semoga kau segera menemukan sebuah rumah, memasuki aula pernikahan, dan hidup dengan bahagia." Ucap Ke Huan setulus hati.

Wei Wei canggung mendengar semua doanya yang tiba-tiba itu. "Terima kasih."


Tiba-tiba Ke Huan menyodok dahinya. Dia lagi memencet tombol delete. Wei Wei kan mau memecet tombol delete untuk menghapus segala hal yang terjadi.

Dia lalu menyodorkan dahinya sendiri dan menyuruh Wei Wei memencet tombol delete-nya. Wei Wei menurutinya dan menyodok dahinya... dan tampak mulai terpesona akan kedekatan mereka.

Saat Ke Huan membuka matanya lagi, dia pura-pura seolah dia tidak ingat Wei Wei lalu berjalan pergi. Wei Wei bingung dan aneh dengan sikapnya itu, tapi akhirnya mereka berpisah ke dua arah yang berbeda.


Keesokan harinya di kantor, Shu Ming mentraktir timnya makan snack. Jelas saja Timnya Ke Huan jadi iri dan langsung protes ke Ke Huan. Dia kan mau jadi CEO, masa dia tidak mentraktir mereka sih.

Ke Huan santai saja, sebentar lagi akan datang seseorang 'spesial' yang mengantarkan makanan untuk mereka.


Baru saja dia ngomong, Zi Yuan mendadak muncul dengan membawakan kudapan untuk kedua tim. Dia bahkan membawakan snack khusus untuk Bai Yang sebagai ungkapan terima kasih karena Bai Yang sudah menjaga Ke Huan dengan baik selama ini.

Semua orang bersorak senang, tapi hanya Ke Huan yang tidak tampak antusias sedikitpun. Dia bahkan terang-terangan memprotes secara halus perbuatan Zi Yuan ini.

Tapi Zi Yuan sama sekali tidak merasa salah, lagian pasar saham kan sudah tutup, apa salahnya relax dan makan kudapan.


Shu Ming dengan sok manisnya memuji pacarnya Ke Huan yang penuh perhatian ini. Ngomong-ngomong kapan mereka akan menikah? Zi Yuan dengan lancarnya berkilah bahwa Shu Ming kan belum menikah, jadi mana berani dia dan Ke Huan menikah duluan.


Mereka makan malam bersama seusai kerja. Zi Yuan mengucap selamat karena dia jadi CEO sekarang. Tapi Zi Yuan lagi-lagi mulai ikut campur dalam urusan pekerjaan Ke Huan saat dia mulai membicarakan masalah gajinya Ke Huan dan mengusulkan agar Ke Huan menegosiasikan bonus diluar gaji tetapnya. Dia bahkan menawarkan diri untuk membantu Ke Huan.

Ke Huan menolaknya dengan tegas. Di perusahaan modal ventura nantinya, dia hanya ingin relax sedikit, dia tidak peduli dengan hal lainnya.

Mengalihkan topik, Zi Yuan memberitahu kalau adiknya akan pulang dari Amerika minggu depan. Dia berhenti dari pekerjaannya.


Saat makanan kedua datang, Zi Yuan langsung mengkritiki dagingnya yang menurutnya agak dingin. Padahal dia berniat mau membooking restoran ini untuk mengurus makanan di pernikahan mereka nanti.

Sekarang kan jam kerjanya Ke Huan sudah lebih stabil dan dia baru saja jadi CEO, Shu Ming juga sudah tanya-tanya kapan mereka akan menikah. Bukankah ini saat yang tepat untuk menikah?

Dengan antusiasnya dia memberitahu Ke Huan bahwa dia bukan cuma sudah mencari-cari restoran, tapi dia juga sudah mengurus gaun pengantinnya dan cincinnya.

Tapi Ke Huan sama sekali tidak suka dengan segala hal yang dilakukan Zi Yuan tanpa sepengetahuannya itu, dia merasa seperti ditipu dan menegaskan kalau dia belum siap untuk menikah. Lagian dia belum pernah melamar, kan? Zi Yuan jelas kecewa dan canggung mendengarnya.


Seorang agen real estate membawa Wei Wei dan Hao Yi melihat-lihat beberapa apartemen, tapi tak ada satupun yang cocok.

Setelah beberapa lama, mereka akhirnya menemukan rumah yang kondisinya dan harganya paling cocok. Tapi tiba-tiba secara tak sengaja pulpennya Wei Wei terjatuh dan menggelinding sampai jauh. Hah? Rumahnya miring? Si agen real estate mendadak nyengir canggung.


Wei Wei jelas tidak setuju. Tapi Hao Yi malah bersikeras mau mengambil rumah itu saja dan berusaha membujuk Wei Wei untuk setuju dengannya.

Masalah lantai miring tuh nggak masalah. Sulit loh mencari rumah yang sesuai dengan budget mereka di daerah perkotaan. Kualitas rumah itu kan juga sesuai dengan keinginan Wei Wei.

Wei Wei tidak setuju. Mereka susah payah menabung untuk membeli rumah itu. Kalau mereka bahkan tidak bisa meletakkan telur di atas meja, bagaimana bisa itu bukan masalah?

"Kita meletakkan telur di piring."

"Bukan itu masalahnya! Rumah itu miring!"

Tapi Hao Yi terus ngotot bahwa mereka tidak akan mungkin bisa membeli rumah yang sesuai keinginan mereka dengan budget mereka. Kecuali... mereka meningkatkan budget mereka atau melupakan rencana mereka yang sekarang.

"Melupakan rencana kita yang sekarang? Maksudmu kita harus memundurkan rencana pensiun kita ke usia 75 tahun?"

Tidak harus begitu sih. Hao Yi usul agar mereka lebih mengurangi anggaran pengeluaran bulanan mereka saja. Wei Wei tak percaya mendengarnya, sekarang saja jatah makannya cuma 150 dolar sehari.


Dan di saat seperti inilah tiba-tiba saja Wei Wei mulai memikirkan kembali kata-kata Ke Huan waktu itu dan melemparnya ke Hao Yi.

"Seseorang bahkan mempertanyakan bagaimana bisa aku melakukan itu dan aku menjawab dengan lantang bahwa aku bisa. Tapi kuberitahu kau, jika kita terus begini, aku benar-benar tidak sanggup lagi melakukannya."

"Siapa orang itu?"

Wei Wei berbohong kalau orang itu adalah Ke Fei. Ke Fei melakukan itu demi kebaikannya. Mereka menghemat banyak uang demi membeli sebuah rumah. Tapi bagaimana jika dia mati sekarang? Akan selalu ada kecelakaan dalam hidup. Jika dia mati sekarang, maka sia-sia saja semua uang yang ditabungnya selama ini.

Hao Yi ngotot kalau itu tidak akan terjadi, jangan berpikir berlebihan. Ada apa sih dengan Wei Wei hari ini? Kenapa dia semarah ini? Lagi datang bulan?

"Itu dan ini tidak ada hubungannya. Aku tanya padamu tentang rencana pensiun kita."

"Rencana pensiun kita sangat sempurna. Bukankah kita sudah mendiskusikannya?"

"Apa kau bahkan pernah mendiskusikannya denganku sebelumnya? Ini rencanamu atau rencana kita. Aku hanya bertanya bagaimana kalau aku mati duluan, kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan itu."

"Kita buat saja rencana B."

"Jika aku mau mati, mana ada rencana B?! Bahkan sekalipun ada rencana B, maka itu rencana B-mu, bukan rencana B-ku."


Tak tahu bagaimana harus mendebatnya lagi, Hao Yi buru-buru menenangkan Wei Wei dengan mengusulkan agar mereka melihat-lihat rumah lain besok. Jika tetap tidak cocok juga, mereka cari saja rumah kontrakan bulan depan.

Jelas bukan itu jawaban yang Wei Wei inginkan, tapi dia tak membahasnya lebih jauh dan pamit duluan, dia ada janji dengan temannya. Tapi Hao Yi malah terus mencemaskan masalah harga makanan yang akan dimakan Wei Wei nanti.


Di sebuah restoran, Ke Huan mengajak Ke Fei minum-minum yang jelas saja membuat Ke Fei mikir yang nggak-nggak, mengira Ke Huan mentraktirnya di tempat ini dengan niatan mau membuatnya mabuk.

Dia bahkan langsung kepedean menggoda Ke Huan, tapi Ke Huan menegaskan bahwa dia mentraktir Ke Fei hanya untuk memenuhi permintaan Ke Fei. Ke Fei sendiri yang memilih restoran dan wine-nya, dia sendiri juga yang hampir menghabiskan wine-nya.

Pastinya dia menuruti semua permintaan Ke Fei ini sebagai balas jasa karena Ke Fei sudah memberinya informasi tentang tempat biasanya Wei Wei makan.

Ke Fei tak percaya cuma ini saja alasan Ke Huan menghubunginya. Tapi Ke Huan sekali lagi menegaskan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan Ke Fei. Dia mentraktir Ke Fei hanya sebagai ungkapan terima kasih.

Tentang Wei Wei, dia benar-benar suka menggoda Wei Wei. Dia suka melihat bagaimana reaksi Wei Wei karena dia tidak memiliki seseorang yang begitu menyenangkan seperti Wei Wei.

"Jadi kau mengganggunya dan tidak melepaskannya hanya karena dia menarik? Sebenarnya... aku juga cukup menarik."

Yah, Ke Huan mengakui kalau Ke Fei memang cukup menarik. Tapi saat seorang pria dekat dengan seorang wanita, maka salah satu wanita itu hanya kamuflase.

Ke Fei heran mendengarnya. "Jadi, Wei Wei hanya sebagai kamuflase?"

Bersambung ke part 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam