Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 23 - 1

 Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 23 - 1

Wei Yi bertanya-tanya, seandainya Yu Yin adalah Mo Mo, apa dia akan marah karena tidak memberitahunya tentang kepergiannya ke Jerman?
 

"Sebaiknya kau tanya sendiri padanya." Ujar Yu Yin karena melihat Mo Mo datang menghampiri mereka.
 

Maka kemudian, Wei Yi membawa Mo Mo ke lab. Mo Mo antusias banget ingin mencoba jas putihnya Wei Yi dan memaksa Wei Yi untuk mencopotnya lalu berakting ala-ala profesor fisika.

Setelah ragu sesaat, Wei Yi akhirnya mendudukkan Mo Mo dan bicara serius padanya. Dia mengaku kalau nilai ujiannya lebih baik daripada Zhou Lei.

"Selamat!" Ucap Mo Mo

"Jadi, aku terpilih untuk bergabung dalam pertukaran pelajar ke Universitas Heidelgberg di Jerman bersama Prof Jiang dan seniorku."

Mo Mo masih juga belum nyambung dan santai saja mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sambil mengucap selamat... sampai akhirnya dia baru sadar sedetik kemudian dan langsung kaget. Jerman?

"Berapa lama?"

"Lebih dari 6 bulan."

"Kapan?"

"Kampus sekarang sedang mempercepat visa untuk kami. Paling cepat 2 minggu. Universitas itu mengirim undangan akhir tahun lalu, jadi prosesnya cukup lama."


"Kau sudah tahu sejak tahun lalu dan baru memberitahuku sekarang?" Mo Mo mulai marah sekarang.

"Karena aku tidak yakin kalau aku memenuhi syarat. Mungkin saja Zhou Lei lebih berhasil daripada dalam ujian karena dia selalu serius, sedangkan aku sibuk jatuh cinta denganmu."

Mo Mo tak percaya mendengarnya. "Maksudmu aku mengganggu studi-mu?"

"Maksudku bukan begitu."

"Siapa lagi yang akan pergi?"

"Prof Jiang, Lu Jian Shi, dan Xie Yu Yin."

Kesal, Mo Mo langsung mengembalikan jasnya Wei Yi, memperingatkan Wei Yi untuk tidak mengikutinya lalu pergi.

 

Malam harinya, Wei Yi cs berkumpul di kedai pinggir jalan dan Mo Mo cs datang tak lama kemudian. Tapi Mo Mo masih ngambek, jadi dia sengaja mengambil tempat duduk jauh dari Wei Yi.

Tapi Niu Niu malah memprotesnya hingga terpaksa Mo Mo harus duduk di samping Wei Yi. Dia berusaha bersikap ceria seperti biasanya. Tapi dia tetap dingin pada Wei Yi, dia bahkan menolak memandang Wei Yi.


Saat akhirnya mereka pulang, si gendut dan Fu Pei mabuk berat dan ujung-ujungnya bikin keributan di jalan. Shan Shan sampai kesal melihat tingkah Fu Pei dan langsung membentaknya.

Maka Fu Pei langsung saja berusaha meredakan amarah Shan Shan dengan nempel-nempel ke Shan Shan dengan gaya sok imut. Dan sepertinya tingkahnya itu mulai menginspirasi Wei Yi.


Saat mereka berjalan pulang berdua, Wei Yi langsung pura-pura mabuk sambil nempel-nempel ke Mo Mo. Mo Mo jelas tak percaya, tadi dia baik-baik saja kok mendadak mabuk sekarang. Wei Yi tak peduli dan langsung oleng lagi ke Mo Mo. Mo Mo tetap tak percaya tapi akhirnya dia terpaksa harus memapah Wei Yi pulang.


Setibanya di rumah, Mo Mo langsung membanting Wei Yi ke sofa dengan kesal. Tapi saat dia mau mengambilkan air minum untuknya, Wei Yi langsung mencengkeram tangannya, dia tidak haus kok.

"Apa kau benar-benar mabuk?"

"Iya."

Mo Mo tak percaya. "Kutanya untuk yang terakhir kalinya. Apa kau yakin kalau kau mabuk?"

Wei Yi mulai ketakutan mendengar nada suaranya dan seketika itu pula akhirnya dia berhenti pura-pura. Baiklah, kalau begitu katakan. Kenapa Wei Yi tidak bilang-bilang padanya kalau Wei Yi mau pergi ke Jerman bareng Yu Yin?!

"Aku sudah bilang kok."


Kesal, Mo Mo langsung beranjak bangkit. Tapi Wei Yi dengan cepat mencengkeram tangannya. Dia tahu kalau dia salah karena tidak bilang-bilang sejak awal.

Dia tidak terlalu memikirkan hal ini sebelumnya karena dia sudah terbiasa membuat keputusannya sendiri sejak dia kecil. Biasanya dia akan memberitahu orang tuanya setelah dia membuat keputusan. Itu cara paling efektif untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.

"Karena mereka tidak punya banyak waktu untukmu?"

"Karena mereka tidak mengerti apa yang ingin kulakukan. Tapi jika kau tidak suka cara seperti itu, aku akan mengubah gayaku untukmu. Bagaimana?"

Mo Mo tampak mulai luluh mendengarnya, tapi mukanya masih jutek. Wei Yi tanya apakah Mo Mo ingin dia ke Jerman?

"Memangnya kau mau mundur kalau aku menolak melepaskanmu?"


Wei Yi langsung mengangguk dengan serius. Mo Mo benar-benar tersentuh melihat reaksinya itu hingga akhirnya dia langsung memeluk Wei Yi dan mengalah.

"Lakukan saja sesuai rencanamu. Aku akan menunggumu."

 

Keesokan harinya, Mo Mo mengantarkan Wei Yi ke rumah sakit buat divaksin sebelum ke luar negeri. Dia benar-benar setia mendampingi Wei Yi, bahkan membantu menutup mata Wei Yi saat Wei Yi ketakutan melakukan cek sample darah.

Di bahkan menggenggam erat tangan Wei Yi dan menyalurkan kekuatan batin saat Wei Yi ketakutan divaksinasi padahal suster melakukan tugasnya dengan baik sampai Wei Yi tidak merasa kesakitan saat disuntik.

Tapi saat dia hendak divaksin kedua, suster malah menyerahkan tugas itu ke suster magang yang belum berpengalaman nyuntik dan kali ini Wei Yi benar-benar merasa kesakitan sampai Mo Mo jadi panik sendiri dan ujung-ujungnya malah Wei Yi yang harus menenangkan Mo Mo.


Dia terus meyakinkan Mo Mo kalau dia baik-baik saja saat mereka berjalan keluar. Tapi Mo Mo yang masih cemas, langsung lari ke sisi kanannya dan mendapati lengannya Wei Yi masih berdarah.

Dia langsung lari kembali ke dalam untuk mendapatkan cotton bud tepat saat Ibu Mo Mo menelepon Wei Yi dan menanyakan persiapannya ke luar negeri? Apa Mo Mo cari masalah dengannya?

"Itu sudah hampir tiba." Ujar Ibu ambigu. Wei Yi jelas bingung apa maksudnya. Maka kemudian Ibu menjelaskan sesuatu padanya tepat saat Wei Yi melihat Mo Mo kembali dengan membawa beberapa cotton bud untuknya.


Kita kemudian mendengar apa yang Ibu katakan pada Wei Yi tentang Mo Mo. Ibu ternyata meminta Wei Yi untuk tidak marah pada Mo Mo. Karena saat Mo Mo sedang sedih, dia akan berbeda dari biasanya. Pertama-tama, biasanya Mo Mo akan selalu cari perkara dengannya.

Benar saja. Saat Wei Yi sedang nge-teh seperti biasanya hari itu, Mo Mo tiba-tiba saja membentaknya tanpa alasan yang jelas lalu merebut gelasnya. Lalu yang kedua, biasanya dia akan mulai bersikap dingin dan menganggapnya tak ada di dunia ini.

Hari itu saat Wei Yi lagi belajar sambil nge-teh, Mo Mo tiba-tiba datang sambil menyabetkan tongkatnya kesana-kemari untuk memukuli nyamuk-nyamuk nakal di sekitar Wei Yi. Dan tepat saat Wei Yi hendak meminumnya, tiba-tiba saja dia menyemprot baygon ke atas kepala Wei Yi. Wkwkwk!


Dan yang terakhir, biasanya dia akan menempeli Wei Yi kayak lem yang susah dilepas. Saat Wei Yi mask kamarnya hari itu, dia malah mendapati Mo Mo sedang duduk di dalam kopernya lalu dengan terisak dia meminta Wei Yi untuk membawanya juga.

"Baiklah. Berbaringlah" Ujar Wei Yi yang kontan membuat tambah mewek.

"Kau tidak boleh pergi ke Jerman sendirian. Kau tidak boleh minum bir Jerman sendirian. Kau tidak boleh meninggalkan sendirian!"


Wei Yi langsung saja menggendongnya dan meyakinkan kalau dia pasti akan segera kembali. Mo Mo jadi tambah sedih mendengarnya dan langsung memeluknya makin erat.


Akhirnya tibalah saatnya Wei Yi pergi ke Jerman. Mo Mo mengantarkannya ke bandara, tapi dia sengaja mengulur waktu dengan minta dibelikan makanan ini dan itu.

Tapi sayang, pada akhirnya mereka tetap harus berpisah. Mo Mo yang tadinya berusaha tegar, langsung menangis, bahkan menolak memeluk Wei Yi.

"Aku pasti akan segera kembali."

"Aku akan merindukanmu."

Mendengar itu, Wei Yi pun langsung memeluknya dan membiarkan Mo Mo menangis dalam pelukannya. Dia benar-benar cemas, apa Mo Mo bisa hidup sendiri?


Seketika itu pula, Mo Mo tiba-tiba bersikap sok tegar dengan pamit duluan lalu berjalan pergi, padahal dia pergi dengan berlinang air mata.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments