Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 3 - 1
Tahun 2018...
Qiao Yi baru pulang jam 2 subuh dan ternyata Yan Mo masih menunggunya. Qiao Yi langsung semangat beralasan kalau dia baru pulang selarut ini gara-gara temannya baru putus sama cowoknya. Makanya dia menemani temannya itu minum-minum.
"Dia bilang kalau mereka sudah bersama selama 3 tahun, tapi pada akhirnya putus juga. Dia kira kalau cinta mereka akan bertahan selamanya. Aku bukan wanita beruntung, tapi kupikir keberuntungan terbesar dalam hidupku adalah memilikimu jadi suamiku~~~"
Yan Mo dengan manisnya membuatkan air madu untuknya, tapi rayuan Qiao Yi sama sekali tidak berpengaruh padanya. Yah, dia sungguh terharu jika Qiao Yi berpikir begitu. Tapi jangan anggap ucapannya ini sebagai maaf.
"Sekarang jam 2 subuh. Minum ini dan tidur." Omel Yan Mo lalu masuk kamar.
Qiao Yi, Wu Yi, dan Da Chuan bercerita bahwa mereka bertiga pernah terlibat masalah semasa sekolah dulu. Mereka dituduh mencuri segel sekolah.
Guru Gao waktu itu berusaha membela mereka bertiga, tapi Pak Kepala Sekolah tak percaya. Apalagi setelah ia mengecek CCTV yang jelas memperlihatkan mereka bertigalah pelakunya.
Awal ceritanya dulu adalah karena ada beberapa petugas yang datang ke sekolah untuk mengecek kebersihan sekolah mereka. Makanya Pak Kepala Sekolah memerintahkan mereka untuk bersih-bersih.
Waktu itu mereka merasa kesal dan tidak adil soalnya Pak Kepala Sekolah cuma memerintahkan para murid yang rankingnya rendah, makanya mereka berniat mau balas dendam waktu itu. Tapi... pada akhirnya, mereka malah mengacau.
Flashback tahun 2006...
Qiao Yi, Wu Yi, dan Da Chuan dengan setengah hati membersihkan kantor Kepala Sekolah. Paranya lagi, Pak Kepala Sekolah juga mengomeli mereka seolah mereka adalah para pendosa yang harus bertobat dengan cara bersih-bersih sekolah.
Tak lama kemudian, datanglah seorang guru yang membawakan sebuah kotak yang berisi gigi palsu baru buat Kepala Sekolah.
Da Chuan yang berdiri paling dekat meja Kepala Sekolah, melihat beliau menaruh kotak gigi palsu itu di dalam laci, bersebelahan dengan kotak lain yang bentuk dan warnanya sama persis. Da Chuan dan Wu Yi langsung lirik-lirikan penuh arti.
Di luar, mereka langsung mendiskusikan rencana balas dendam mereka. Sebenarnya Qiao Yi nggak setuju, tapi Da Chuan dan Wu Yi gencar membujuknya hingga akhirnya Qiao Yi tak punya pilihan selain menyetujui mereka.
Jadi begini rencana Da Chuan. Salah satu dari mereka berjaga dan yang satunya ikut dia masuk ke dalam. Kedua gadis itu sontak kompak menyatakan diri mau jadi bagian jaga aja. Pfft!
Kesal, Da Chuan akhirnya berinisiatif menyuruh mereka main tebak-tebakan. Coba tebak, jari kakinya Da Chuan ada berapa? Pfft!
Bingung, Qiao Yi menjawab lima jari dan Wu Yi menjawab enam jari. Jelas jawabannya cuma lima dan Da Chuan langsung menyeret Qiao Yi bersamanya.
Da Chuan lalu menelepon Pak Kepala Sekolah, pura-pura jadi kurir yang mengantarkan paket untuknya sehingga Pak Kepala Sekolah harus keluar dari ruangannya.
Begitu memastikan Pak Kepala Sekolah sudah keluar, Da Chuan langsung menyeret Qiao Yi masuk. Yang jadi masalah, Da Chuan ternyata salah ambil kotak. Niatnya mau mengambil kotak berisi gigi palsunya Kepala Sekolah, mereka malah mengambil kotak berisi segel sekolah.
Dan begitulah bagaimana kemudian mereka disidang di ruang kantor Kepala Sekolah dan Guru Gao berusaha menyelamatkan ketiga muridnya itu dengan meminta belas kasihan Kepala Sekolah.
Tapi Kepala Sekolah menolak, ia bahkan yakin kalau ketiga siswa itu pasti akan mengulangi perbuatan mereka. Bukannya bicara baik-baik, Da Chuan malah memperkeruh suasana dengan nyolot omongan Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah jadi tambah kesal dan langsung saja memutuskan untuk mengeluarkan mereka dari sekolah. Jelas saja Qiao Yi dan Wu Yi langsung panik.
Qiao Yi dengan takut-takut mengaku kalau mereka sebenarnya cuma mau mencuri gigi palsunya Kepala Sekolah. Wu Yi langsung menimpali dengan antusias bin lebay, dia beralasan kalau gigi palsunya Kepala Sekolah tuh bagus banget dan mereka mau membuat gigi palsu yang sama buat Guru Gao. Wkwkwk!
Canggung, Guru Gao asal saja mengiyakan omongan Wu Yi dan mengklaim kalau giginya sebenarnya nggak bagus. Makasih yah anak-anak. Pak Kepala Sekolah jelas tak percaya dan menuduh mereka berbohong.
Tiba-tiba Yan Mo datang dan menyatakan dirinya adalah walinya Da Chuan. Wkwkwk! Semua orang bingung, kedua paman dan keponakan itu pun kompak menjelaskan hubungan keluarga mereka.
"Ayahku adalah pamannya dia," Ujar Da Chuan.
"Ibu saya adalah keponakan ayahnya (Da Chuan)." Timpal Yan Mo.
Tapi Kepala Sekolah sama sekali tidak peduli apapun hubungan mereka dan terus menuntut apa sebenarnya yang mereka lakukan?!
Da Chuan jadi tambah kesal dan ujung-ujungnya malah menyalahkan Kepala Sekolah sebagai penyebabnya. Kepala Sekolah-lah yang memaksa mereka melakukan ini! Kepala Sekolah-lah yang mendiskriminasi mereka berdasarkan ranking mereka.
"Kami ini siswa, bukan budak anda! Kami bahkan rela mati demi menegakkan kebenaran dan kebebasan, tapi kami tidak terima dikeluarkan dari sekolah!" Ujar Da Chuan berapi-api. Wkwkwk!
Kepala Sekolah sampai melongo mendengar keberaniannya itu. Parahnya lagi, Da Chuan tiba-tiba saja kepedean duduk di hadapan Kepala Sekolah lalu mencoba bernegosiasi dengannya.
"Jika dalam ujian tengah semester nanti kami ada perkembangan, maka hapus semua kesalahan kami. Bagaimana?"
Kepala Sekolah menatapnya dengan senyum sinis. "Baiklah... BERDIRI!"
Baiklah, dia akan menuruti mereka. Jika mereka bisa naik ranking dan masuk dalam daftar 100 besar dalam ujian nanti, maka semua kesalahan mereka akan dihapus. Tapi... jika mereka gagal, lihat saja apakah akan ada sekolah yang mau menerima murid-murid pencuri segel sekolah.
Qiao Yi dan Wu Yi yang jelas tidak pede, sontak ketakutan dan berusaha memohon-mohon maaf pada Kepala Sekolah. Tapi Da Chuan malah dengan entengnya meremehkan situasi dan menyetujui tantangan Kepala Sekolah itu. Apa susahnya masuk dalam 100 besar?!
Yan Mo membantunya menjelaskan. Ada 12 kelas, masing-masing kelas terdiri dari 60 siswa. Jadi totalnya adalah 739 murid... dan baru saat itulah Da Chuan mulai ngeh dan mendadak panik. Wkwkwk!
Guru Gao lagi-lagi berusaha menyelamatkan mereka dengan meyakinkan Pak Kepala Sekolah bahwa ketiga orang ini takkan bisa melakukan tantangan itu. Lagian cara Pak Kepala Sekolah ini bisa dianggap membuli mereka loh.
Jadi begini saja, asalkan mereka bertiga ini bisa naik ranking dalam ujian bulanan bulan depan, maka mereka akan dimaafkan.
Dan bahkan sebelum Pak Kepala Sekolah sempat menjawab apapun, Guru Gao langsung ngasih mereka isyarat dan ketiga siswa itu kompak mengucap terima kasih seolah Pak Kepala Sekolah sudah setuju lalu bergegas pergi meninggalkan Kepala Sekolah yang cuma bisa melongo.
Sekarang mereka bingung apa yang harus mereka lakukan. Wu Yi yang paling enak. Karena keluarganya kaya maka saat dia menelepon ibunya, ibunya langsung memutuskan akan mencarikan guru les untuk Wu Yi. Kalau kali ini dia sampai gagal, maka dia bakalan harus pindah ke sekolah swasta.
Qiao Yi galau, apa yang harus dia lakukan? Biarpun Guan Chao tu kakaknya, tapi dia tidak mau minta bantuan Guan Chao. Mending dia dikeluarin dari sekolah daripada dihina. Oh yah! Da Chuan kan punya keponakan?
"Iya, kau pintar sekali. Kenapa aku tidak kepikiran dia? Mo Mo itu memang 'suka membantu'!" Ujar Da Chuan sarkastis. Tapi sedetik kemudian, Da Chuan mendadak punya ide bagus.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam