Sinopsis Wait My Youth Episode 2 - 2
Sementara Tian Ye cuma sibuk baca komik, Jia Ze mendengarkan ide-idenya Can Can tentang apa-apa saja yang mau dia tulis di papan buletin.
Awalnya Tian Ye memang tampak tidak tertarik. Tapi saat Can Can berkata bahwa bagian kedua yang ingin dia tulis adalah tema musik, dia langsung terdiam mendengarkan ucapan Can Can.
Apalagi saat Can Can berkata kalau dia mau menggunakan lagunya Lao Lang yang berjudul 'Kau Yang Duduk Di Sampingku'. Tian Ye sontak berdehem memperingatkannya.
"Yang kumaksud bukan kau! Ini cuma karena lagu ini populer."
"Apa hubungannya denganku?"
"Lan Tian Ye!"
Jia Ze lalu membantunya menulis di papan. Tapi saat Can Can memintanya untuk menggambar, dia cuma bisa menggambar babi. Maaf, dia tidak pintar menggambar.
"Tidak masalah. Aku malah bersyukur kau membantuku. Tidak seperti beberapa murid!" Sindir Can Can.
Merasa dirinya disindir, Tian Ye langsung beranjak bangkit lalu mulai menggambar orang main gitar dan gambarnya bagus juga. Can Can benar-benar kagum.
Dia lalu menggambar orang main piano dan gambar seorang gadis berambut pendek sedang menangis. Can Can nggak nyambung, siapa yang dia gambar itu?
"Lihatlah dirimu sendiri di cermin, maka kau akan tahu."
"Maksudnya?... Ini bukan aku, aku nggak nangis!"
Berkat kerja sama mereka bertiga, Can Can akhirnya bisa menyelesaikan papan buletin itu dengan cepat. Dan di bagian paling pojok tertulis credit bahwa penulisnya adalah Can Can dan penggambarnya adalah Tian Ye.
Keesokan harinya saat Can Can baru tiba di kelas, dia melihat semua orang mengerumuni papan buletin. Can Can senang, mengira mereka mengagumi hasil karyanya. Bagaimana, bagus kan?
"Lumayan, lumayan. Su Can Can, tak kusangka ternyata kau sangat berani." komentar salah satu siswa.
Can Can malu, mengira mereka mengagumi bakatnya. Tapi sedetik kemudian barulah dia sadar apa maksud komentar anak itu. Ternyata ada orang yang usil menggambar love di antara kedua nama Can Can dan Tian Ye. Wkwkwk!
Tian Ye baru datang saat itu dan langsung marah melihat tulisan di papan itu. Can Can sontak menyambar penghapus papan tepat berbarengan dengan Tian Ye yang juga memegangi penghapus papan itu.
Tian Ye benar-benar marah padanya, mengira Can Can lah yang menggambar love itu. Dia kan sudah bilang kalau dia tidak suka sama Can Can! Can Can berusaha menjelaskan bahwa bukan dia pelakunya, tapi Tian Ye tidak mau dengar.
Parahnya lagi, Jia Ze juga menyaksikan segalanya. Can Can jadi tambah galau, dia disalahpahami lagi.
Ngomongnya sok banget nggak suka Can Can, padahal malam harinya di rumah, Tian Ye malah menatap kasetnya Can Can sambil senyum-senyum.
Keesokan harinya, Mei Li berinisiatif menggemboskan ban sepedanya Can Can lalu membisiki Can Can tentang ide bagusnya.
Lalu saat mereka pulang siang harinya, Can Can sengaja menunggu di parkiran sepeda. Lalu saat Jia Ze datang bersama Tian Ye, dia langsung mengeluh lantang tentang ban sepedanya yang bocor. Apa yang harus dia lakukan? Mei Li sudah pergi lagi.
"Kalau akau tidak keberatan, aku akan memberimu tumpangan." Ujar Jia Ze. Can Can senang, sesuai banget dengan harapannya.
Mereka pun bersepeda berboncengan dengan romantis...
Err, nggak ding. Itu cuma khayalan indahnya Can Can. Wkwkwk! Nyatanya, Tian Ye yang sedari tadi mendengarkan segalanya dalam diam, mendadak protes menyatakan ketidaksetujuannya. (Pfft! Cemburu yah?)
Lalu ak lama kemudian, Jia Ze akhirnya pulang sambil membonceng Tian Ye bak sepasang kekasih. Wkwkwk! Sementara Can Can memakai sepedanya Tian Ye dengan muka manyun.
Ya Ting sedang latihan celo seorang diri saat seorang pria lewat dan langsung tertarik mendengarkan permainannya. Dia bahkan langsung mengomentari permainan Ya Ting yang anehnya malah memainkan musik ini dengan sendu padahal seharusnya musik ini manis dan ceria.
Di kelas, Can Can lagi galau gara-gara dia sakit perut tapi dia tidak bisa keluar gara-gara Tian Ye sedang tidur dan menghalangi jalannya. Can Can juga tidak berani membangunkannya.
Tidak tahan lagi, akhirnya dia berinisiatif menggeser meja belakang dan Tian Ye akhirnya terbangun gara-gara itu lalu beranjak bangkit untuk memberi Can Can jalan.
Dia langsung tidur lagi setelah itu dan pastinya membuat Can Can tidak bisa kembali ke majanya. Terpaksalah Can Can mengambil bukunya lalu mempelajarinya sambil jongkok.
Tian Ye terbangun saat itu dan langsung heran. "Sedang apa kau?"
"Aku takut kalau kau berpikir aku ingin bicara denganmu."
"Memangnya aku semenakutkan itu?"
"Tidak, tidak. Kau sangat ramah."
Tian Ye akhirnya menggeser bangkunya agar Can Can bisa lewat. Can Can lalu menulis pesan bahwa dia benar-benar tidak menyukai Tian Ye. Tapi Tian Ye mengacuhkannya.
Tapi keesokan harinya saat Can Can baru tiba, dia malah mendapati Tian Ye tukar duduk di bangkunya biar dia tidak menghalangi Can Can lagi. (Dia manis juga) Can Can senang dan berterima kasih padanya.
"Lan Tian Ye biasanya terlihat menakutkan, tapi sebenarnya dia baik dan penuh perhatian." Ujar suara hati Can Can.
Saat pelajaran di mulai, Guru Huang malah menangkap basah dua murid yang duduk sebelahan, sedang saling tukar catatan. Guru Huang jadi marah dan langsung memutuskan untuk mejauhkan kedua murid itu dengan cara memerintahkan Can Can dan Tian Ye untuk ganti tempat duduk di meja tengah.
Siang harinya, Can Can dan Mei Li nongkrong di pinggir sungai sambil mendiskusikan masalah cowok. Mei Li berharap sekali akan ada seorang pria seperti pemeran utamanya Nodame Cantabile yang tampan dan pintar main biola, muncul dalam hidupnya.
Coba bayangkan, cowok seperti itu mengendarai sepeda lalu melambaikan tangan ke Mei Li di bawah sinar mentari. Dan tepat saat dia melambaikan tangannya ke udara, seorang cowok culun lewat dan langsung dadah-dadah menyapa mereka berdua
"Berhentilah bermimpi, mending kau belajar dengan tekun."
"Kenapa pemeran utama pria dalam komik atau nobel tidak muncul dalam kehidupan nyata?!"
"Kenapa tidak mungkin? Kudengar guru musik kita dari luar negeri. Katanya dia sangat tampan kayak Kang Ta."
"Bohong, aku tidak percaya padamu."
Di kelas, guru baru mereka akhirnya datang dan dia adalah pria yang kemarin mengomentari permainan celo-nya Ya Ting, namanya adalah Zhou lin dan dia adalah guru musik... dan Mei Li langsung kesengsem oleh ketampanannya.
Dia mengumumkan bahwa pihak sekolah berencana untuk membuat stasiun penyiaran, dan Guru Zhou berharap mereka mau ikut bergabung. Can Can dan Mei Li yang paling semangat mengiyakan permintaannya.
Siang harinya, mereka mendengarkan siaran radio baru sekolah mereka itu. Can Can langsung mengenali suara penyiarnya, dia Jia Ze. Can Can jadi semakin ingin bergabung dalam stasiun siaran itu, berharap dia bisa siaran bersama Jia Ze.
"Tapi kuperingatkan padamu. Tao Ya Ting ada di dalamnya." Ujar Mei Li.
"Aku jadi semakin ingin bergabung kalau gitu. Meimei Li, ayo kita bergabung bersama."
"Apa yang akan kulakukan?"
"Kau lupa? Guru musik kita ganteng banget. Masa kau tidak mau gabung?"
Hmm... itu cukup menggoda. Maka kemudian, mereka pergi pergi ke stasiun siaran itu untuk mendaftarkan diri mereka. Tapi tidak semudah itu bagi mereka untuk bergabung, karena Guru Zhou harus mewawancarai mereka lebih dulu.
Saat Guru Zhou tanya apa ketrampilan khusus mereka, Can Can dengan pedenya berkata kalau dia pintar menghapal lirik lagu. Tapi Guru Zhou tak tertarik dan menyuruhnya untuk membaca teks siaran.
Tapi gara-gara salah fokus melirik Jia Ze terus, Can Can jadi kesulitan membaca dengan benar. Mei Li buru-buru beralasan kalau Can Can cuma lagi gugup aja lalu menawarkan dirinya untuk gantian membaca.
Tapi Mei Li bacanya lebay banget kayak lagi main opera. Guru Zhou dengan tak enak hati menolak mereka, sepertinya mereka kurang cocok untuk stasiun penyiaran.
Mei Li tidak terima lalu mengusulkan ide-ide yang pasti disukai oleh para pendengar yang notabene adalah murid-murid sekolah ini. Misalnya, mereka bisa melakukan segmen musik, ngomongin fashion, artis idola, bahkan menggosip seputar dunia entertainment.
Hmm, ide yang bagus. Guru Zhou langsung berubah pikiran menerima Mei Li... tapi Can Can tetap tidak. Hancur sudah harapan Can Can untuk bisa siaran sama Jia Ze.
Berusaha menyemangati sahabatnya, Mei Li usul bagaimana kalau lain kali Can Can menunjukkan kemampuannya yaitu menulis teks siaran. Kalau Guru Zhou melihatnya, dia pasti akan merekrut Can Can.
Tepat saat itu juga, Jia Ze lewat. Mei Li sontak memanggilnya lalu minta bantuannya. Can Can benar-benar ingin bergabung di stasiun penyiaran, kemampuan menulis esainya sangat bagus loh.
Bahkan untuk membuktikannya, dia langsung menyerahkan bukunya Can Can untuk Jia Ze pelajari. Tapi Jia Ze menerima buku itu lalu pergi begitu saja, Can Can jadi kecewa, apa Jia Ze menolaknya?
Epilog:
Setelah Mei Li mengganti nama Can Can di daftar set plan itu, sebenarnya mereka memang tidak ketahuan. Tapi masalahnya, mereka tidak tahu kalau tulisannya Mei Li itu tintanya mengabur.
Karena itulah Guru Huang akhirnya menulis ulang seat plan-nya dan begitulah ceritanya Can Can bisa duduk sebangku dengan Tian Ye alih-alih Jia Ze.
Bersambung ke episode 3
1 Comments
Sukaaa
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam