Tahun 2018...
Qiao Yi lagi duduk di toilet saat tiba-tiba saja dia ingin membaca sesuatu, tapi tidak ada buku dan akhirnya dia cuma bisa membaca botol shampo.
Dia bercerita kalau ini memang kebiasaannya, membaca saat lagi di toilet. "Yan Mo bilang bahwa tempatku mencari ilmu setelah lulus, pindah dari sekolah ke toilet." (Wkwkwk!)
Begitu keluar dari toilet, dia langsung berusaha merayu Yan Mo untuk membuat rak buku di kamar mandi. Yan Mo menolak, titik, nggak pakai koma. Kalau begitu, Qiao Yi akan memikirkan cara agar bisa mendapatkan keduanya.
Yan Mo tiba-tiba tersenyum manis sambil sinis "Maksudmu kalau aku tidak mengizinkan, kau akan membuat toilet di ruang belajar?" (Pfft!)
Hari itu, Qiao Yi dan Wu Yi minum-minum di luar. Dari percakapan mereka, ternyata Wu Yi juga sudah menikah. Ngomongin tentang status mereka sekarang, Qiao Yi sebenarnya kangen dengan masa-masa masih single dulu.
"Dulu tidak ada siapapun yang mengontrolku, hidupku benar-benar bebas."
"Iya. Kenapa kita menikah, yah?"
"Bukankah kau dulu melakukan kencan buta?"
"Kurasa dulu aku punya kelainan mental. Jatuh cinta pada seseorang memang butuh waktu, tapi aku selalu mendapati orang itu bego."
"Kalau aku sebaliknya. Aku cepat-cepat menikah dengan Yan Mo biar dia nggak tahu kalau aku bego."
"Bukannya Yan Mo sudah tahu?"
"Bodo amat, yang penting aku sudah berhasil membodohinya."
Flashback tahun 2006...
Hari itu, Qiao Yi cepat-cepat mengejar Yan Mo dan mengonfrontasinya. Soalnya belakangan ini dia merasa Yan Mo sepertinya sedang menghindarinya sejak waktu itu.
Yan Mo menyangkal dan beralasan kalau dia cuma sedang melakukan percobaan manusia. Efek sistem limbik dan fungsi sensorik pada emosi manusia dan respon ingatan.
"Oh, kupikir aku melakukan kesalahan yang membuatmu marah."
Yah sudah, kalau begitu Qiao Yi pergi. Tapi saat dia berbalik, dia malah kepleset dan hampir saja jatuh kalau saja Yan Mo tidak sigap menangkap tangannya.
Kontan kejadian itu menarik perhatian semua orang. Yan Mo lama-lama tidak nyaman dan gengsi dengan tatapan mereka, maka dia sengaja melepaskan tangannya dan membiarkan Qiao Yi terjatuh lalu pergi dengan sok suek.
Menjelang kompetisi olimpiade matematika, Guru Gao mengumpulkan para siswa berprestasi. Tapi selama beliau sibuk berpidato, Yan Mo malah mendengar Guan Chao malah asyik sendiri menelepon dan merayu seorang cewek.
Kayaknya tuh cewek lagi nunggu dia dan Guan Chao dengan gaya playboy-nya beralasan kalau dia lagi terjebak macet. Tapi begitu dia menutup telepon, dia malah kaget melihat Yan Mo lagi menatapnya dengan intens.
"Apa lihat-lihat? Jatuh cinta padaku?"
"Bagaimana caranya meminta maaf pada wanita?" Bisik Yan Mo.
Guan Chao geli mendengarnya. Yan Mo melakukan kesalahan apa? Yan Mo menyangkal, bukan dia kok yang salah... tapi temannya. Pfft! Guan Chao jelas tidak percaya, tapi dia iyain aja. Terus tuh cewek orangnya kayak gimana?
"Dia sangat imut."
"Imut? Berarti rada bodoh, yah?" Goda Guan Chao dan Yan Mo langsung setuju.
Kalau begitu gampang saja. Yan Mo ajak aja tuh cewek ke taman hiburan atau ajak nonton. Bagaimana kalau Guan Chao minta bantuan adiknya? Adiknya itu tipe cewek rada bodoh loh.
"Nggak perlu," tolak Yan Mo.
Wu Yi lagi-lagi kencan sama Da Xiong. Da Xiong berkatak alau dia akan menunggu Wu Yi di depan gerbang sekolah besok. Tapi Wu Yi tidak setuju, takutnya Qiao Yi tahu. Da Xiong kesal. Kenapa Wu Yi takut banget sama Qiao Yi.
Soalnya Wu Yi belum ngasih tahu Qiao Yi tentang hubungan mereka. Dia tidak memberitahu Qiao Yi sejak awal, makanya dia takut kalau Qiao Yi bakalan marah karena dia menyembunyikan masalah ini dari Qiao Yi cukup lama.
"Kau takut membuatnya marah tapi tidak peduli denganku?"
Wu Yi menyangkal, tapi Da Xiong sudah terlanjur marah dan langsung pergi meninggalkannya.
Ayah baru pulang jam setengah sebelas malam dan langsung disambut omelannya Ibu. Apalagi waktu Ayah bilang kalau ia sudah makan di luar, Ibu jadi tambah heboh ngomelnya. Ayah akhirnya ngalah biar Ibu berhenti ngomel lalu mulai memakan masakan Ibu.
"BUkankah kepala polsek itu teman sekelasmu, kenapa dia tidak menggantimu?" Omel Ibu.
"Temanku itu baru dipindahkan kemari dan dia masih belum memahami situasi di sini. Kalau bukan aku yang membantu, terus siapa?"
"Seharusnya dia lebih perhatian, sudah lama kau tidak libur."
"Ying Ying, apa kau merindukanku?" Goda Ayah.
"Ck, sikapmu tidak patut. Aku tidak peduli, pokoknya kau harus mengambil cuti minggu depan. Kalau tidak, kau tidak akan pernah bisa cuti."
Qiao Yi tiba-tiba keluar kamar dan menuntut Guan Chao untuk mengembalikan CD albumnya Jay Chou padanya. Guan Chao malah nggak mau, Qiao Yi sontak menyerangnya dengan ganas.
Guan Chao panik teriak-teriak memanggil Ibu, tapi Ibu malah mengomelinya dan mengingatkannya untuk baik pada adiknya lalu asyik berromantis ria dengan Ayah. Augh! Guan Chao stres.
Di sekolah keesokan harinya, Wu Yi meminta Miao Miao untuk meramal jodohnya dengan pacarnya. Tapi setelah membaca-baca buku ramalannya, Miao Miao memutuskan kalau mereka tidak jodoh. Hubungan mereka tidak akan bertahan lama.
Wu Yi tak percaya sambil nyinyir. "Apa kau bahkan bisa meramal?"
"Yah sudah kalau kau tidak percaya."
Tepat saat itu juga, Qiao Yi datang. Wu Yi langsung meminta Miao Miao untuk meramal tentang persahabatannya dengan Qiao Yi. Tapi lagi-lagi Miao Miao memutuskan kalau nasib persahabatan mereka tidak bagus. Hubungan mereka berbahaya.
Aewalnya mereka memang akrab, tapi lama kelamaan mereka akan mengalami krisis kepercayaan dan saling menyembunyikan sesuatu dari satu sama lain. (Wih, kok bisa bener banget?)
Dan yang paling menakutkan, Wu Yi bisa berbahaya buat Qiao Yi. Kalau Qiao Yi bersama Wu Yi, maka Qiao Yi akan sial.
Wu Yi sontak emosi tidak terima dan menuduh Miao Miao nggak masuk akal. Miao Miao menyangkal, semuanya tertulis di buku ramalan ini kok.
Kesal, Wu Yi langsung menyeret Qiao Yi keluar. Qiao Yi meyakinkan Wu Yi untuk menganggap serius ucapan Miao Miao tadi, dia cuma ingin menakut-nakuti Wu Yi saja kok.
Tetap saja Wu Yi tidak bisa tenang. Bagaimana kalau itu benar? Qiao Yi akan sial kalau bersamanya. Qiao Yi tak percaya, itu omong kosong. Dia kan baik-abaik saja, nih lihat.
Tapi baru sedetik dia ngomong begitu, sebuah bola basket mendadak muncul menghantam punggung Qiao Yi. Pfft! Mereka jadi takut sekarang.
Bahkan keesokan harinya, Qiao Yi malah melihat Wu Yi datang ke sekolah sambil membawa berbagai macam benda untuk menolak bala sambil komat-kamit merapal doa. Wkwkwk! Dia bahkan memakai kalung jimat dan bebijian yang dia tempel di dahi.
"Dari mana kau mendapatkan semua ini?"
"Semua ini adalah souvenir yang dibawa ibuku pulang dari perjalanan dinasnya."
Semua ini berguna untuk menangkal setan-setan jahat. Apa terjadi sesuatu pada Qiao Yi dalam perjalanannya ke sekolah tadi? Qiao Yi menyangkal.
Syukurlah, Wu Yi senang, berarti semua usahanya ini berhasil. Qiao Yi tahu nggak sih, kejadian kemarin tuh membuatnya takut banget.
"Nggak masalah kalau terjadi sesuatu padaku. Tapi tidak akan kubiarkan terjadi apapun padamu."
Qiao Yi canggung mendengarnya. "Wu Yi, aku benar-benar tersentuh. Tapi semua ini lebay banget."
Wu Yi menyangkal. "Segala sesuatu akan berhasil jika kau sngguh-sungguh meyakininya."
Saat pelajaran olahraga dimulai, Pak Guru mereka berpasangan dan melakukan sit-up. Wu Yi langsung lari ke Qiao Yi dan mengajaknya berpasangan dengannya.
Tapi Qiao Yi malah dengan canggung menolak dan lebih memilih berpasangan dengan Miao Miao dengan alasan Miao Miao tidak ada temannya. Wu Yi sebenarnya tahu kalau Wu Yi tuh lagi bohong, tapi dia tidak mengatakan apapun.
Wu Yi akhirnya terpaksa berpasangan dengan teman mereka yang gendut banget. Parahnya lagi, dia malah menyaksikan Qiao Yi bermain-main dengan gembira bersama Miao Miao. Wu Yi jadi cemburu.
Bahkan saat dia membuntuti mereka pasca pelajaran olahraga, dia mendengar Qiao Yi membisiki Miao Miao sesuatu kalau mengakhirinya dengan berkata. "Jangan kasih tahu ke dia, yah?"
Wu Yi sontak ikut nimbrung dan tanya mereka merahasiakan apa dari siapa? Miao Miao santai mengklaim Wu Yi lah yang mereka maksud, ini rahasia antara dirinya dan Qiao Yi.
Wu Yi langsung ngambek. Berusaha menenangkan Wu Yi, Qiao Yi berkata kalau dia akan ikut ke rumah Wu Yi untuk mengerjakan PR di rumahnya nanti.
Wu Yi sontak setuju... tapi sedetik kemudian dia mendasdak berubah pikiran dan lagi-lagi beralasan kalau dia mau pergi ke rumah neneknya.
"Kenapa belakangan ini kau sering ke rumah nenekmu?" Heran Qiao Yi.
"Nggak papa, aku cuma kangen dia aja."
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam